TDATC : Chapter 2

109 7 0
                                    

"Hoi, wakan-wakan. Si kambing udah dateng nooooh.. Kita kasih sambutan yuk ah, Cuss."

Ampun deh, baru aja keluar dari kandang buaya, eh sekarang sudah dapat sambutan dari kandang singa. Iya, aku tau kok pemilik suara bariton barusan, meskipun aku sedang berhenti berjalan dan berdiri tegak 10 meter dari sumber suara.

Elang. Ketua kelasku yang sombongnya minta ampun. Salah satu ancaman terbesar anak-anak dari klan nerd. Bermulut merica (baca : pedas) dengan seribu satu kata mematikan, suka menindas yng lemah, dsb, dst. Intinya jika kalian mendengar atau berkesempatan bertemu langsung dengan 'Elang', pasti yang muncul pertama kali di otak kalian adalah gambaran manusia berperilaku negatif, psikopat abal, dan bullyer sejati.

Well, mungkin sedikit berlebihan. Tapi memang itulah kenyataannya, kawan.

Aku melanjutkan langkah kakiku yang sempat terhenti. 'Ayolah, kamu sudah biasa diperlakukan tidak adil. Tidak usah paranoid deh ah. Paling parah juga kamu babak belur.' Ujar batinku menyemangati.

'Huffft, tarik nafas... hembuskan.'
Huuu..haaa..huuu..haaa. Selesai. Sekarang aku siap lahir-batin.

Aku menggeser pintu masuk.

Jeng..jeng..

Tidak terjadi apa-apa.

Wow, ini keajaiban dunia. Biasanya aku selalu basah kuyup setelah melewati pintu masuk kelas.

Kurasakan semua pasang mata menoleh ke arahku. Tapi aku tidak peduli.

Aku bahagia sekarang. Yaa, aku berpikir mungkin saja mereka sudah bosan mengerjaiku. Kata-kata si Elang barusan hanya gertakan. Ya, pasti begitu.

Aku menuju bangkuku di pojok ruangan dekat jendela. Eits, sebentar. Aku harus memastikan semua benar-benar aman bukan?. Kursi? beres, tidak ada lem atau kotoran. Meja? oke, bersih. Waktunya duduk dengan damai.

Kulepaskan ranselku. Lalu menaruhnya di kolong meja, tak lupa memasukkan tanganku serta. Terakhir kusandarkan kepalaku di atas meja. Dan mulai memainkan nada sumbang dengan mengetukkan jari di kolong meja.

Pagi yang indah.

Sekitar 5 menit kemudian, bel pelajaran pertama berbunyi. Mrs.Clark datang dengan wajah sumringahnya. "Selamat pagi, anak-anak." Aku menegakkan kepalaku. "Selamat pagi, Mrs.Clark." Kami membalas serempak.

"Oke, saya akan mulai mengabsen."

"Andrey?"
...
"Oke, Dennis?"
...
"Good. Frank?.."
Begitu seterusnya. Semua nama dipanggil sesuai urutan abjad.

Peraturan wajib di kelas Mrs. Clark : bagi yang namanya disebut, harus segera mengacungkan tangan. Cukup kekanakan memang, tapi begitulah. Peraturan tetaplah peraturan. Dilanggar berarti kau mengantarkan hidupmu lebih dekat dengan Ruang Konseling.

Semua berjalan seperti biasa, sampai giliran namaku disebut.

"Jenny?"

Aku menarik tanganku dari kolong meja. Tapi, hei, tidak bisa. Aku berusaha menarik tanganku lagi. Tetap saja tidak bisa.

Mrs.Clark menatapku dengan alis terangkat sebelah. "Jenny?"

Aku terlalu fokus pada tanganku sampai tak sadar mengabaikan panggilan Mrs. Clark. 'Ayolah, apa sih yang kau lakukan di dalam, tangan bodoh?' batinku geram.

"Miss Jenny? Apa kau bisa mendengarku?" Aku menoleh ke arah Mrs. Clark. Nada dingin kentara sekali dalam ucapannya. "Y..Yes, Mam." Aku menjawab dengan takut-takut.

"Well, tolong jelaskan padaku kenapa kau TIDAK-MENGANGKAT-TANGANMU, Miss Jenny?" Mrs.Clark menekankan suaranya pada kalimat 'tidak mengangkat tanganmu'.

Aku semakin ketakutan. Kupandang sekelilingku dengan gelisah. Kini semua mata menoleh ke belakang menatapku. Bukan karena peduli, tentu saja, tapi karena mereka ingin menertawakanku.

"M..ma..maaf, Mrs.Clark. A..aku tidak bisa menarik tanganku keluar." Aku mengatakannya sambil menahan malu. Mrs.Clark memandangku tidak mengerti. Dia menghampiri mejaku dan melongok ke dalam kolong meja.

"Apa yang terjadi?" Setelah bertanya demikian, dia mencoba membantu menarik tanganku. Hasilnya, tanganku bahkan tak bergerak se-inci pun. Tapi Mrs.Clark sepertinya tak mau menyerah begitu saja, dia semakin gigih menarik tanganku. Dan..

Krakk..

Lengan bajuku sobek sampai bagian bahu. Baiklah,

izinkan aku tenggelam ke dasar bumi sekarang.

Tbc..

Hai-hai, readers. Tolong tinggalkan jejak ya ^^
Caranya gampang, tinggal teken tombol vote nya keras-keras biar lega nooh :v
Hehe, lagi butuh saran juga nih :3 Menurut kalian cerita ini gimana sih? ada yang suka nggak?? Atau ada yang perlu diperbaiki??? Apapun itu, katakan ya.. :3

Makasih. #peluk cium, mmuach :*

The Devil and The CinnamonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang