Terpesona Pandangan Pertama... (Repost)

72.3K 2.7K 64
                                    

Chapter 1

Terpesona Pandangan Pertama

Aku masih bingung atas perlakuan Mama. Aku adalah seorang mahasiswi semester akhir di salah satu universitas ternama di Jogja, prestasi dan tingkah lakuku baik di sana. Tapi tiba-tiba saja Mama menyuruhku pindah ke Jakarta. Bukannya aku nggak mau dekat dengan orang tuaku, tapi sejak kecil aku memang besar di Jogja, aku dirawat sama Oma dan Opa yang sangat aku sayangi di sini. Tapi ketika Mama menyuruhku pindah ke Jakarta, Oma dan Opa seakan-akan menyuruhku juga. Apa mereka sudah nggak sayang lagi sama aku???

Hari ini, entah hari ke berapa aku kuliah di kampus baru ini. Mungkin sudah sebulan, mungkin juga sudah lebih. Aku masih belum punya teman di sini. Entahlah... mungkin aku akan menjalani hari-hari akhir di kampus sendirian. Jujur saja, aku bukan orang yang supel, aku pendiam, pemalu, dan penyendiri, menyebalkan bukan? Satu-satunya teman yang bisa aku ajak ngobrol di sini adalah Dewi karena dia duduk di sebelah bangkuku.

Ketika nggak ada kelas, aku lebih suka menghabiskan waktuku di perpus, untuk sekadar istirahat, baca-baca buku, atau dengerin lagu lewat headset, bukankah itu cupu? Bahkan lebih cupu daripada pas masih di SMA. Aku masih belum terbiasa di sini, sama orang-orang sini. Cara ngomong mereka, cara berpakaian mereka kayaknya nggak pantes dibilang sebagai seorang yang lagi belajar. Mereka lebih pantes dibilang lagi jualan. Gimana enggak, yang dibicarakan cuma brand terbaru, model terbaru dan bla.. bla, bla... Belum lagi cara dandan yang nggak banget, menor-nya keterlaluan. Aku memang naif.

Siang ini aku terpaksa mengikuti Dewi ke kantin. Dia memaksaku ikut dengannya dengan merampas buku dan tasku, mau nggak mau aku mengikutinya. Sesampainya di kantin.....

Aku merasa sangat panas, sesak, entah kenapa, mungkin karena semua mata yang ada di sana tertuju padaku. Apa ada yang salah denganku? Cara berpakaianku? Kan tahulah yang jelas mereka yang cewek berpandangan sinis denganku. Aku cuma bisa menunduk dan mengikuti Dewi duduk di sebelahnya, di ujung kantin.

"Gimana? Di sini lebih nyaman dari pada di perpus kan?" tanyanya sambil nyengir.

What? nyaman? Terserahlah apa katanya. Aku cuma bisa mengangguk malas.

"Mau minum atau makan apa, Neng?" tanya seorang ibu-ibu, kayaknya ibu kantin.

"Es jeruk sama bakso, Buk," serobot Dewi.

"Kalo Neng?" ibu itu menunjukku dengan ibu jarinya.

"Es jeruk aja, Bu," kataku sambil tersenyum sopan. Ibu itu pun langsung berlalu masuk ke dalam kantin.

Nggak lama, ibu kantin itu kembali dengan menu pesanan kami. Bersamaan dengan itu kudengar ada ribut-ribut di luar kantin. Kelihatannya suara itu menuju ke kantin, karena makin lama makin terdengar jelas. Tiba-tiba saja berdiri beberapa cowok ganteng di depan pintu kantin dengan kaus basah dan keringatnya yang bercucuran. Aku menatap mereka dengan terpesona.

"Siapa mereka?" tanyaku pada Dewi.

Dewi yang menyantap baksonya langsung terkesiap. "Oh mereka datang. Kita beruntung bisa melihat mereka di sini," katanya sambil mengelap bibirnya yang belepotan.

"Emangnya mereka siapa sih?" tanyaku penasaran. Lebih penasaran lagi karena salah satu dari mereka nggak berhenti menatapku tajam.

"Makanya keluar, kamu sudah masuk sini sebulan lebih tapi kamu belum mengenal mereka," kata Dewi lalu menyeruput es jeruknya. "Itu yang tinggi, putih, ganteng berponi adalah Kak Renno Handoyo, pemilik kampus ini. Yang satu lagi tuh, yang kulitnya kuning kecokelatan yang dari tadi mandang kamu namanya Kak Dhanni Revaldi, cowok paling ganteng, keren dan paling kaya di kampus ini, siapa pun pengen jadi ceweknya termasuk aku. Hehehe," lanjutnya panjang lebar sambil cengengesan.

The Lady Killer (The BadBoys #1)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang