seven

712 41 0
                                    


Aku berpikir, bahwa aku juga harus memberikanmu kenang-kenangan. Aku melihat gelang di tanganku. Ya, aku juga mempunyai gelang yang terukir namaku juga. Apa ini yang namanya kebetulan? Mungkin saja takdir?

Perbedaannya, nama di gelangku tidak memakai huruf sambung melainkan kapital. Risya Anindia Syifa.

Aku melepas gelangku dan memberikannya pada Raffa. Ku lihat wajah Raffa sedikit terkejut, namun ia segera menormalkan raut wajahnya.

Raffa tersenyum, lalu berkata ' mengapa kamu lepaskan gelangmu?'

Aku menjawab 'karena aku ingin memberikanmu gelangku.'

Aku menarik tanganmu dan memansangkannya di pergelangan tangan kirimu.

'Kamu mau gak nemenin aku jalan-jalan sekitar sini sama aku?' aku hanya mengangguk, untuk menjawab pertanyaanmu.

Kamu memegang tanganku, dan mengajakku berkeliling. Kebetulan ada yang menjual gulali, kamu membelikanku gulali lalu kita makan berdua sambil duduk ditaman.

' kamu tahu? Meski kita hanya kenal tidak lama. Tapi aku merasakan nyaman saat berada di dekatmu' katamu yang mengamit jemari tanganku dan menggenggamnya.

Aku hanya diam, tak bicara apa-apa.

Kamu melihat jam di pergelangan tanganmu, lalu tersenyum kecut.

' sudah saatnya. Aku akan berangkat sebentar lagi. Ada baiknya aku akan bersiap-siap. Aku harap kamu bisa menjaga dirimu, rajin ibadah, teruskan cita-citamu untuk menjadi atlit karate. Jika takdir mempertemukan kita, aku harap kamu masih mengenalku dan tidak melupakanku. Kalau kamu mau tahu, aku suka sama kamu. Jaga dirimu ya. ' kata-katamu sukses membuatku tak mampu lagi membendung air mataku.

Aku menangis, kamu menarikku ke pelukanmu dan mendekapku erat. Hangat. Nyaman.

'Aku tidak akan melupakanmu, kamu juga menjaga dirimu disana. Jangan lupa ibadah, aku juga menyukaimu. Sejak kita bertemu.'  aku melepaskan pelukan kita dan menghapus air mataku.

KaratekaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang