Perubahan

3.6K 306 26
                                    

Aku keluar dari kamar mandi dan tidak menemukan siapapun lagi dalam kamarku. Ku langkahkan kakiku menuju cermin dan duduk di kursi di hadapannya. Ku pandangi diriku yang saat ini berdiri.

Mengapa tadi aku menceritakannya dengan mudah, ya?

Kini Iru sudah tau kebenarannya. Ya, kebenaran bahwa aku adalah seorang pembunuh. Aku tak menganggap itu salah karena aku memang melakukan tindakan yang benar. Aku tidak ingin ada korban lain selain aku. Cukup aku yang menderita. Karena Cecil adalah manusia pertama yang bisa membuatku tersenyum karena tawanya. Aku takkan membiarkan tawanya terambil oleh manusia-manusia brengsek itu. Tidak akan. Seperti mereka mengambil milikku.

Ku langkahkan kakiku melewati koridor-koridor itu. Ya, walaupun ini jalan yang sama dengan yang ku lewati 10 tahun yang lalu, tapi aku sudah tidak begitu trauma. Samar-samar telingaku mendengar suara dari balik pintu yang sedikit terbuka. Aku pun perlahan mengendap-endap dan menajamkan pendengaranku. Ternyata benar, Iru dan Ken sedang ada dalam ruangan itu.

"Mengapa Nona membunuh kedua orang tuanya?" tanya Iru.

"Kedua orang tua Nona adalah ilmuwan. Pekerjaan mereka adalah membuat senjata biologi yang biasa digunakan untuk memusnahkan manusia dengan jumlah yang sangat besar. Ya, memang kejahatan yang luar biasa terkutuk, kedua orang tuanya melakukan genosida kapanpun mereka diminta. Hasilnya tentu sangat menguntungkan dan.. kau bisa membayangkan berapa harta yang mereka dapat hanya dari selesai menciptakan sebuah virus mematikan? Ah, kau bahkan mungkin takkan dapat membayangkannya." Iru hanya terdiam dan terlihat mendengarkan dengan serius.

"Mereka mendapatkan status sosial yang tinggi pada kalangan mereka. Harta yang mereka dapat semakin meroket. Mereka semakin gila untuk melakukan kejahatan terkutuk itu lagi. Namun di balik itu semua tiada yang tahu darimana mereka bisa membuat virus yang semengerikan dan sedahsyat itu. Anak gadis satu-satunya yang mereka milikilah sumber dari segalanya. Mereka melakukan percobaan-percobaan mengerikan kepada anak gadisnya. Sungguh ironis. Mungkin tujuan gadis itu dilahirkan sejak awal hanya untuk menjadi pelengkap ambisi kotor kedua orang tuanya."

Mengapa Ken menceritakan semuanya dengan mudah? Dan kisah itu... Aku ingin melupakannya. Aku tak ingin mengingatnya. Aku ingin menghapusnya dari ingatanku. Mendengar ceritanya sungguh seperti mendengar kisah orang lain. Kisah gadis malang yang dilahirkan dengan tujuan biadab. Aku merasa.. gadis itu bukanlah aku. Ya, itu yang ku harap.

"Gadis itu menangis setiap detik tanpa ada air mata di pelupuknya, tanpa suara, dan tanpa isakan. Ia gadis yang sangat manis, senyumnya begitu menawan pada semua orang yang ia temui. Ia pendiam dan berbakat. Ia sangat pandai bermain biola. Gadis itu menjadi contoh anak idaman dambaan semua orang tua. Namun orang tua yang benar-benar memilikinya malah menginjak-injak darah dagingnya sendiri," lanjut Ken.

"Ia bertemu dengan orang tuanya hanya saat ibunya mengajaknya 'bermain'. Oh, mungkin itu adalah saat-saat terburuk dalam hidup si gadis. 'Bermain' berarti penyiksaan baginya. 'Bermain' adalah malam dimana ia akan dijadikan bahan percobaan. Terlebih lagi kadang orang tua si gadis tidak memberikan obat pelumpuh. Padahal mereka tahu bahwa obat yang akan mereka gunakan terasa seperti menyobek kulitmu dari dalam."

Kata-kata Ken membuat sarafku melemas. Aku kembali merasakan siksaan malam itu. tubuhku tersandar dan segera terjatuh dengan pelan. Tanganku memeluk tubuhku sendiri. Ini begitu menakutkan. Mimpi buruk itu kembali menghantuiku. Aku tak seharusnya berada disini. Aku tak ingin mendengarkan kisah mengerikan ini lagi. Kau harus lari, Rene! Pergi dari sini!

"Permainan mengerikan itu terus berlanjut hingga gadis itu berumur lima tahun, kemudian orang tuanya memberinya teman di dunia ini. Ya, ia mempunyai seorang adik yang bernama Cecilia. Sepertinya gadis ini begitu mencintai adiknya. Tangisan sunyi dari mulut dan raut wajahnya perlahan menghilang karena kehangatan senyuman adiknya. Cinta dan kasih sayangnya tumbuh semakin besar pada Cecil. Hingga akhirnya sehari sebelum ulang tahunnya yang kesepuluh, sebuah tragedi terjadi di ruang itu. Ruang 'spesial' itu." Ken melanjutkan kisah gadis itu—maksudku kisahku—ah, ku harap bukan kisahku.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang