Kisah Malam

3.7K 265 33
                                    

Mataku meliriknya dari balik lensa tebal. Tangannya bersiap menamparku. Aku memejamkan mataku dan.. PLAKK! Sebuah tamparan keras mendarat di pipiku yang membuat kacamataku terlempar jauh. Gawat! Aku harus segera memakainya sebelum mereka mengetahui wajahku yang sebenarnya. Tanganku dengan susah payah meraih kunci utama penyamaranku. Namun terlambat, lelaki brengsek itu menginjaknya hingga remuk.

Skenario terburuk! Argh, pipiku sudah cukup sakit oleh bajingan ini. Dan sialan Ken. Ia meninggalkanku. Aku benar-benar akan membunuhnya nanti! Arghh. Apa yang harus ku lakukan?

Aku masih menunduk tak berani memperlihatkan wajahku. Jari telunjuk dan ibu jarinya menyentuh daguku dengan kasar bersiap mengangkat wajahku. Namun sedetik kemudian aku merasakan setengah dari wajahku tertutupi sesuatu. Topeng?

"Tidak, Mari. Kau melakukan penyamaran yang buruk. Apa yang akan terjadi jika mereka melihat luka di wajahmu?" Aku membuka kelopak mataku dan menatap Iru yang sedang mengulurkan tangannya. Senyum lembutnya terukir jelas. Aku masih mencoba menerka skenario apa yang ia mainkan. Mari? Siapa Mari? Nama yang ia buat untukku? Aku masih diam. Bungkam. Aku takut jika aku menjawab dan ternyata tidak sesuai dengan skenarionya itu akan memperburuk keadaan.

"Maafkan saya, Tuan Arthur Golieth. Gadis ini adalah Mari. Mantan pelayan dari keluarga kami. Dan seperti yang Anda lihat, ia tidak terlalu baik dalam melakukan pekerjaannya karena luka di mata kiri dan pelipisnya. Kami tentu tidak bisa menerima seorang pelayan yang tidak bisa melakukan pekerjaan dengan baik. Maka kami memberhentikannya dengan sarat kami tetap menggajinya dengan memenuhi kebutuhan hidupnya. Mungkin merasa bersalah karena mendapatkan gaji tanpa bekerja, ia tetap bersikeras untuk melayani keluarga kami. Mari berkata akan selalu melindungi kami kemana pun kami pergi. Dan disini lah ia berada." Iru mengakhiri cerita buatannya masih dengan senyuman palsunya.

EH?! Jadi lelaki sialan ini adalah Tuan rumahnya disini? Pantas saja sikapnya begitu semena-mena. Hah. Sepertinya nasib Perusahaan Golieth akan begitu suram di tangannya. Dan Iru... Berani-beraninya ia membuatku menjadi pelayan tidak berguna yang setia pada tuannya. Dan aku baru menyadari bahwa Iru....telah menyadari aku ada disini. Sial. Ini sungguh mimpi buruk. Pasti ia akan menertawaiku habis-habisan nantinya.

"M-maafkan saya Tuan. Saya membuat kesalahan lagi. Saya selalu menyusahkan Anda," jawabku kikuk sembari meraih tangannya.

Lelaki berambut semi pirang yang meyebalkan itu mulai terdiam. Jarinya menyisir rambut yang seperti landak itu—atau kulit durian?

"Hmm. Cukup mulia perbuatan yang keluarga Anda lakukan. Bolehkah saya tahu dari keluarga mana Anda berasal?" Pandangannya begitu meremehkan. Sialan.

"Fixlrein. Kami berasal dari Keluarga Fixlrein, Tuan Arthur Golieth. Perkenalkan, nama saya Cecil Fixlrein," ucap Cecil menjawab lelaki itu—Arthur Golieth.

"Fixlrein?! Ah! Maaf atas ketidaklancangan saya, Nona Cecil. Saya menyuguhkan sebuah pandangan yang sangat tidak mengenakkan di hadapan Anda. Padahal saya yang mengundang Anda untuk datang kemari. Saya harap itu tidak menyinggung perasaan Anda." Arthur segera menunduk dan terlihat begitu merasa bersalah.

Memang, Perusahaan Golieth salah satu rekan kerja yang baik bagi perusahaan kami. Bukan rekan yang setara, tapi masih dua tingkat di bawah Perusahaan Fixlrein. Nama Fixlrein membuatnya tunduk dan menggantikan pandangan meremehkan seketika menjadi pandangan hormat. Ah, inilah hasil jerih payahmu membangun citra perusahaan selama bertahun-tahun, Rene. Walaupun sekarang bukan aku yang berdiri berbangga di hadapannya.

"Ah, tidak. Ini adalah salah saya yang lalai membiarkan pelayan tidak becus merusak acara indah malam ini. Saya atas nama Perusahaan Fixlrein mengucapkan mohon maaf yang sebesar-besarnya." Cecil menunduk meminta maaf.

MineTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang