New Home Or Else

47 2 1
                                    

Yeah, dah disinilah aku. Tepat di depan sebuah himpitan-himpitan bangunan kecil yang berada di atas perbukitan. Yang benar saja, Apa tempat seperti ini pantas disebut tempat tinggal? Begitu sempit dan errrr.. kumuh. Bagaimana bisa aku akan bertahan di tempat seperti ini?

Oh hampir saja aku melupakan jika aku berhasil kesini tentunya bukan karena usahaku sendiri, melainkan orang suruhan yang ayah berikan untukku hanya untuk memastikan aku sampai di tempat kumuh ini.

"Oh, akhirnya kau sudah datang, sayang!" Ujar wanita yang sedikit terlihat lebih muda dari ibu. Entah kenapa bahasa asing itu dapat kumengerti dengan mudah. Nyonya itu errr.. penampilannya terlihat seperti gelandangan. Aku menatapnya kontras dengan apa yang kupikirkan. Aku yakin nyonya itu merasa kesal akibat ulahku tadi, tetapi ia berusaha menahannya sama seperti rakyat jelata yang berada di sekolah. Beberapa pengawal itu membawa koporku yang memang terlihat besar dan meletakkannya sesuai pada tempatnya setelah nyonya itu mempersilahkanku masuk kedalam ruangan sempit itu.

Tak butuh waktu lama bagi pekerja profesional seperti mereka membenah barang-barangku. Mereka bersiap untuk pergi meninggalkanku seorang diri di tempat asing yang kumuh ini. Tak lupa salah seorang dari mereka memberi bungkusan yang cukup tebal kepada nyonya itu. Nyonya itu merebut bungkusan itu tak sabar lalu mengeluarkan isinya dan menatap sumringah. Pecinta uang, itulah penilaian keduaku setelah penampilan gelandangannya.

"Itu bayaran untuk menjaga nona Jane selama setahun ini." Itu yang dikatakannya dan tak lama lagi ia menghampiriku dan membisikkan bahwa semua sumber uangku akan di blokir dan aku hanya bisa bergantung pada sedikit uang yang baru saja ia berikan padaku. Great! Aku akan menjadi gelandangan dalam waktu dekat. Setelah itu para pesuruh ayah pamit dan pergi meninggalkanku.

Aku terkurung dalam diam di dalam ruangan sempit dan pengap ini. Aku menatap ke segala arah ruang kecil itu dan ini bahkan tak sebanding dengan lemariku yang ada di London. Bagaimana aku akan bisa bertahan? Tak lama seseorang berdiri di ambang pintu ruang kecil ini. Itu nyonya pemilik bangunan kecil ini atau bisa di panggil bibi? Tatapan padaku kali ini berubah 180 derajat dari sebelumnya. Ia terlihat seperti nyonya-nyonya rentenir.

"Hey kau! Jangan kau pikir orang tuamu membayarku untuk membiarkanmu bertingkah seperti tuan putri disini! Kau harus bekerja, setidaknya membersihkan rumah ini!"

"What?! no way! I can't do anything like that!" Aku menolak mentah-mentah apa yang ia perintahkan padaku. Tak lama dua orang putrinya yang satu terlihat gendut dan satunya lagi kurus seperti belalang tongkat masuk ke ruang kecil yang disebut kamar itu dan menyentuh semua barang-barangku yang sudah tersusun rapi.

"Jangan menolak! Tidak ada yang gratis disini!"

"What-hey! don't touch my stuff, ini bukan barang yang bisa dengan gampang kalian sentuh, rakyat jelata!"

"Apa? Ibu! dia mengatai kita rakyat jelata!"

"Sial, Dasar gadis tidak tahu diri!" Baik ibu maupun anak secara bersamaan mengerubungiku, menghajar habis tubuhku dan setelahnya kedua putri yang kudengar si gendut Bong Geum dan sikurus Bong Jeong dengan lancangnya mengambil semua baju-baju buatan designer terkenal pribadiku dan barang-barangku yang lainnya. Holy shit! such a beggar family! Mencuri semua barangku!

Ini hanya hari pertama dan aku sudah diperlakukan seperti ini oleh mereka. Bahkan aku tak tahu bagaimana bila sudah bertemu dengan suami dari nyonya sialan itu.

Malamnya aku hanya memakai pakaian t-shirt polos bewarna hitam yang sudah lusuh dan juga celana tidur yang errr.. bahkan aku ingin muntah memakainya. Bisa-bisanya mereka mengganti pakaianku dengan pakaian tidak layak ini. Dan terlebih mereka bisa bersenang-senang memakan semacam daging panggang di atas besi yang dibawahnya terdapat api, aku tidak tahu yang jelas aku yakin makanan itu lumayan lezat. Sementara aku hanya dibiarkan memakan semangkuk mie instant yang rasanya sudah sangat aneh. Aku mencoba memaksakan untuk menyuap beberapa tetapi perutku terus menolak makanan itu hingga akhirnya aku memuntahkannya tanpa sepengetahuan keluarga pencuri itu. Tak jauh dari wastafel, aku melihat kemasan mie instan yang kuyakin itu adalah kemasan mie yang diberikannya padaku. Aku meraih dan memperhatikan kemasan makanan itu. Sialnya, makanan itu sudah lewat masa layak dimakan. Damn! Mereka memberikanku makanan yang sudah kadaluarsa, sial!

***

Urgh, ini sudah tengah malam dan aku masih tidak bisa tertidur. Tempat tidur ini begitu keras hingga punggungku terasa pegal dan nyeri. Bagaimana ini? Aku tidak tahan. Aku terus mengubah posisi tidurku dari kanan kekiri dan dari kiri kekanan namun tak berpegaruh sedikitpun. Haha, begitu lucu. Seorang gadis yang selalu diperlakukan seperti tuan putri setiap harinya dalam sekejap berubah menjadi menyedihkan karena keluarga gelandangan, judul yang lumayan untuk sebuah opera sabun.

Aku bahkan bertanya-tanya bagaimana hidup Annelise tanpa diriku selama seharian ini. Oh, aku yakin ia langsung mengadakan pesta perayaan di rumah. Aku terus terkekeh dan berhenti di saat seseorang masuk ke dalam kamar kecil ini. Mataku sukses membulat saat seorang pria paruh baya yang tengah mabuk masuk ke dalam kamarku atau kamar sementaraku.

"Paman! siapa kau?!" Nafasku tak terkendali, aku begitu panik. Tatapan pria tua itu begitu kontras dengan pikiran kotor yang ada dipikirannya.

"Siapa aku? aku pemiliki rumah ini. Dan kau? gadis yang dikirim dari London itu? Wah, tak kusangka aku akan mendapatkan seorang gadis cantik malam ini." Dia terlihat memiliki pikiran bejat dan hendak menyerangku. Hell! Demi tuhan, aku takkan mau diserang oleh pria tua sepertimu! Aku mundur hingga akhirnya aku tersudut pada dinding. Pria tua itu menyeringai senang, seakan buruannya tak dapat kabur lagi dari jangkauannya. Aku begitu panik. Beberapa centi lagi ia akan menyentuhku! Tidak tidak! Mataku menangkap benda hijau yang ada di salah satu tangannya. Tanpa pikir panjang aku meraih benda itu dan menghantamnya pada kepala pria tua itu. Benda itu pecah dan kepala pria tua itu mulai mengeluarkan darah yang cukup banyak. Itulah kesempatanku lari.

"Arghhh!!!!!"

Aku berlari menuju pintu dan pergi ke pintu utama. Lebih sialnya lagi, kunci bangunan sempit ini begitu rumit hingga membutuhkan waktu bagiku untuk membukannya, pria tua itu kembali mengejarku.

"Jangan lari kau, jalang!"

"Dalam mimpimu, pria tengik!" Butuh beberapa langkah lagi dari pria itu akhirnya pintu itu terbuka. Aku segera memperbesar langkahku dan berlari ke sembarang arah. Bahkan kakiku saat ini tak mengenakan alas kaki. Tampak kini kakiku sudah mulai mengeluarkan darah. Sial sial sial!! Mereka semua mengambil barang-barang mahalku, uangku dan sekarang bahkan mereka tak tahu bahwa kepala keluarga mereka sendiri hendak berbuat mesum kepadaku.

Aku terus berlari ke arah yang menurutku aman dan akhirnya aku berhasil. Pria tua brengsek itu tak terlihat lagi. Aku berjalan terseok-seok dan bersandar pada dinding. Nafasku tersengal dan kakiku berdarah cukup parah. Ditambah perutku yang sedari tadi siang belum diisi menuntut agar diisi. Kemana aku harus pergi sekarang? ini belahan dunia asing, tak satupun orang yang kukenal disini. Dan sekarang aku... aku... pandanganku mulai menggelap dan aku kembali kehilangan kesadaran.









Don't forget to leave one comment^^

Insane Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang