SHINE POV
Setelah berpuas diri menangis, gue segera meraih ponsel yang sedari tadi bergetar dalam tas gue. Getaran itu mendadak berhenti ketika gue berhasil meraihnya, meninggalkan jejak 7 misscall dan beberapa notifikasi pesan lainnya dari sahabat – sahabat gue.
Segera gue memutuskan untuk menelpon Kiran, orang terakhir yang panggilannya terabaikan belum sempat gue jawab. Setelah 3 kali bunyi nada sambung, suara lembut Kiran langsung terdengar dari seberang.
' Shine...lo kemana aja sih? Kita-kita panic nyariin lo dari tadi, mana tadi lo nggak nongol di café sepulang kuliah!' ucap Kiran dengan nada terdengar panik.
Gue cuma bisa meringis mengingat alasan kenapa gue batal bertemu teman-teman gue tadi, " Sori...gue lagi ada masalah Ran...."
'Lo kenapa Shine? Ada masalah apa? Lo abis nangis ya?? Cerita dong jangan bikin gue panic, lo dimana sekarang, gue samperin sama anak-anak ya??' Kejar Kiran tanpa henti, begitulah sahabat gue satu ini. Gue merasa beruntung punya sahabat se care dia.
"Nggak usah, biar gue aja yang samperin lo sama anak-anak, kalian dimana?"
' Di Apartemen Shine, formasi lengkap nih, yaudah buruan kesini ya...kita tungguin, hati-hati dijalan' Ucap Kiran mengakhiri pembicaraan.
Dengan segera gue bangkit menuju kamar mandi setelah sebelumnya melepaskan jaket yang gue kenakan dan melemparkannya ke tempat tidur. Dari kaca besar yang ada di dalam kamar mandi gue melihat sosok yang menyedihkan di dalam sana, refleksi dari diri gue sendiri. Dengan kaos yang terkoyak di lengan sisi kiri, mata sembab kebanyakan menangis dan muka yang benar-benar memprihatinkan.
Segera gue lepaskan seluruh pakaian yang menempel di badan gue dan kemudian mengguyur seluruh badan gue dengan air dingin yang mengucur di bawah shower. Berharap guyuran air itu ikut menyapu air mata gue yang lagi-lagi menetes tanpa permisi.
Setelah setengah jam berada dikamar mandi, gue segera bersiap untuk pergi ke apartamen Kiran. Dia tinggal di apartemen itu bersama Audi. Letaknya yang tidak jauh dari kampus kami membuat apartemen Kiran menjadi semacam base camp bagi kami ber enam. Kami sering mengadakan acara movie marathon bersama sampai pagi, serta kegiatan – kegiatan berkumpul lainnya di apartemen itu jika kami sedang malas beraktivitas di luar.
Tadinya gue mau sekalian ikut tinggal disana bersama Kiran dan Audi, sayangnya kamar di apartemen Kiran hanya ada satu itupun sudah lebih dulu ditempati oleh dia dan Audi. Apartemen kiran memang nggak terlalu besar, tapi selalu member rasa nyaman bagi kami berenam. Lagipula mama nggak memperbolehkan gue tinggal disana, toh mama sering pergi-pergi dari pada dirumah, dia nggak mau rumah yang kami tinggali kosong tanpa penghuni.
"Ngapain dia masih disini??" ucap gue dengan nada tajam kepada mama saat gue hendak meninggalkan rumah dan mendapati Dallas masih duduk di ruang keluarga bersama dia.
" Mulai hari ini Dallas akan tinggal dirumah ini bersama kita Shine!", ucap mama dengan nada tegas.
Gue Shock, gimana bisa?? Kegilaan macem apa lagi sih yang ada di otak mama gue itu?? Nggak ngerti gue sama jalan pikirannya. Disamping mama Dallas hanya menatap gue dengan pandangan datar.
"Kegilaan macem apa lagi sih ini ma?? Ngapain juga dia harus tinggal disini sama kita?? Emang dia gelandangan yang nggak punya rumah apa???", ucap gue emosi.
"SUNSHINE!! Mama bilang jaga bicara kamu, mama nggak pernah ngajarin kamu untuk nggak sopan sama orang lain!!", mama bangkit dari duduknya dan mendekat ke arah gue diikuti Dallas dibelakangnya.
Gue tersenyum sinis, " Jelas aja nggak pernah ngajarin, orang dari kecil mama nggak pernah ada disamping aku, apalagi untuk ngajarin aku"ujar gue
Mama hanya diam tanpa membalas ucapan gue, dari raut wajahnya terlihat sekali bahwa dia merasa bersalah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hello Sunshine! ( completed )
ChickLitHai nama gue Shine, dan gue nggak pernah akur sama nyokap gue!! Gue benci banget sama dia, guess what?? 3 kali gue pacaran, 3 kali pula cowok gue mutusin gue gara-gara mereka kepincut sama nyokap gue yang....hell!! harus gue akui dia lebih seksi, le...