Part 27

2.2K 167 20
                                    

Hahaha gue ngakak dan seneng banget baca komen dari kalian semua guys!
Nah ini special part buat kalian dan thx yang udah votes dan comments untuk cerita ini.
Happy reading!📓

***
Ini adalah hari paling melelahkan yang pernah dirasakan Diana. Hari penuh emosi dan air mata. Hari yang penuh kejutan.

Semuanya kini telah terungkap, semua hal yang dulu menyakitinya, itu semua hanyalah rencana Nick, dan Jason. Ia tidak bisa menyalahkan mereka atas apa yang menimpanya selama ini, penderitaannya, air matanya, kekecewaannya. Diana sadar bahwa mereka juga tersakiti dalam hal ini. Tidak ada amarah lagi didalam diri Diana sekarang, kini ia hanya perlu mencoba memahami semuanya secara dewasa, meskipun saat ini kondisi Nick membuatnya benar-benar merasa hancur.

Diana dan Jason memasuki kamar rawat Nick, disana terlihat Emily sedang berbicara dan tertawa bersama Nick. Diana turut bahagia melihat Nick masih bisa tersenyum dibalik penyakitnya.

Nick melihat Diana dan Jason masuk, lalu dia memanggil Diana untuk duduk di dekatnya. Diana melihat ke Jason, dan Jason menganggukkan kepalanya. Diana tidak ingin Jason salah paham atas kedekatannya dengan Nick kembali. Diana bahkan bingung harus berbuat apa terhadap mereka berdua. Diana berdiri disamping ranjang Nick serta Emily yang berada diseberang ranjang satunya.

"Emily, ini Diana. Wanita yang pernah kuceritakan padamu."

"Aku sudah bertemu dengannya. Oh, jadi ini wanita yang sangat kau cintai itu, kak?" Nick tersenyum malu, wajahnya berubah menjadi kemerahan. Sedangakan Diana hanya tersenyum kikuk.

"Jadi kalian sudah berkenalan?"

"Ya, tadi kami bertemu di taman." Jawab Diana. Tanpa banyak tanya lagi, Nick hanya menganggukkan kepalanya.

"Nick, aku harus segera pergi. Ada hal yang harus kulakukan." Tiba-tiba saja Emily meminta izin untuk pergi. Nick mengizinkannya lalu setelah mereka berpelukan dan Emily meninggalkan kami bertiga, Diana hanya diam seribu bahasa. Tidak tahu apa yang harus ia katakan dikeadaan yang canggung seperti ini.

Seorang perawat masuk membawakan satu nampan makanan. Diana pun bersyukur atas kedatangannya, dengan begitu keadaan yang canggung tadi terselamatkan.

"Mr. Davis, waktunya untuk makan, setelah itu Anda harus minum obat yang telah dianjurkan oleh dokter." Ujar si perawat.

"Biar aku yang menyuapinya." Ucap Diana kemudian mengambil alih nampan itu.

"Baiklah. Saya permisi dulu." Lalu perawat itu pergi meninggalkan mereka bertiga. Sebelum duduk untuk menyuapi Nick, Diana melirik ke arah Jason sekilas, dan ternyata Jason telah mengambil tempat di sofa. Dia membaringkan tubuhnya disana.

"Nah, sekarang kau harus makan."

"Jika kau yang menyuapiku, aku akan dengan senang hati membuka mulutku lebar-lebar." Lelucon Nick membuat Diana tertawa, dia masih belum kehilangan selera humornya. Dan Diana menyukai itu. Dia adalah lelaki kuat yang penuh optimisme. Diana melihat sedikit kearah Jason, dia hanya memejamkan matanya. Diana berpikir bahwa Jason tertidur. Syukurlah, karna jika Jason mendengar apa yang Nick katakan, Diana takut ia akan sakit hati.

"Buka mulut." Nick mematuhi Diana, dia membuka mulutnya lebar-lebar. Hal yang sama yang mereka lakukan dulu saat masih menjalin cinta itu. Nick memakan makanannya antusias bahkan dia meminta lagi asalkan Diana yang menyuapinya. Setelah makan, Diana memberinya obat. Diana tahu bahwa obat untuk penyakit kanker bukanlah untuk menyembuhkan, tetapi untuk mengurangi rasa sakit. Seketika bayangan Nick pergi darinya selamanya membuat Diana takut.

"Nah, anak pintar. Sekarang tidurlah." Ucap Diana sambil menyelimutkannya, ketika Diana hendak berdiri, Nick menarik tangannya. "Diana, terima kasih." Diana membalasnya dengan senyuman. Setidaknya hanya ini yang bisa ia lakukan untuk Nick.

Love In Paris (COMPLETED)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang