Denish membuka pintu rumah, jantungnya berdetak dengan cepat.
"Hai," sapa Denish gugup. Mawar yang melihatnya hanya diam tak merespon. Lain dengan Alya, gadis ini langsung tersenyum.
"Hai juga kak, Rachel-nya ada?"
"Ada, dari tadi dia sudah menunggu, ayo masuk."
"Hai Al, hai Mawar," sapa Rachel tersenyum bahagia.
"Kalian sudah makan ?"
"Sudah tante," jawab Alya.
"Ada apa Chel ?" tanya Mawar to the point.
"Hahaha, kamu memang tidak pernah berubah."
"Kamu pakai kaca mata juga ya Mawar ?" Tiba-tiba Alex bertanya.
"Eh, Anu.. Eh...iya kak." Mawar menjawab seadanya.
"Al menurut loe bagus yang mana ?"
"Lo udah cantik toge, jadi semua pasti cakep lo pakai."
Rachel juga tau kalau semua baju itu bagus, dia seperti ini hanya ingin membantu Denish agar bisa bertemu dengan Mawar, tapi Denish malah hanya memandangi Mawar dari jauh, bukannya ngobrol atau minta nomor ponsel Mawar. Rachel kesal dengan kakaknya itu."Mawar kamu bisa bantu tante gak besok ?"
"Bantu apa tan? Kalau saya bisa pasti saya bantu."
"Temenin tante ke tempat jahit baju tante, besok Rachel sudah sibuk dengan dekor ruangannya, kamu tau sendiri kan dia itu . Alex pasti dikantor, nah Denish yang cuti besok katanya mau ada rapat."
"Aku pulang jam satu siang ma, masih bisa antar mama," Denish menjawab.
"Tapi tetap saja sama kamu itu gak asik. Nanya pendapat kamu yang ada bikin pusing Mama nanti. Semua dibilang bagus, lebih baik kamu antarin mama sama Mawar aja. Alya juga boleh kalau mau ikut."
"Eh...enggak tante, saya belum pulang kerja tante. Sabtu saya tetap kerja. Tante bareng Mawar aja, kalau sabtu dia libur."
"Bagaimana Mawar ?" Ibunya Rachel bertanya. Dan menatap Mawar dengan penuh permohonan.
"Oke Tan, aku bisa." Akhirnya Mawar mau. Setelah dia bertanya ke hatinya, "Jam satu aku sudah sampai disini."
"Tidak usah, biar Denish saja yang menjemputmu dirumah kamu. Kasi alamat rumah dan nomer ponsel kamu sama tante, biar nanti tante yang hubungi kamu bagaimana ?"
"Baiklah tante." Mawar menjawab santai.
"Ma aku juga bisa antarin mama ke tukang jahit itu." Alex berbicara kepada Mamanya.
"Ah, kamu kalau ada cewek cakep aja langsung deh nyosor. Gak boleh, kali ini Mawar mama yang punya."
"Ih Mama apaan sih," Rachel sewot melihat tingkah Mamanya.
"Eh yang biru itu bagus loh Chel," Alya tiba-tiba berkomentar.
"Oh yang ini ya Al?" Rachel menunjukan gaun yang dimaksud Alya.
"Iya yang itu bagus kok," kata Mawar setelah memberi penilaian .
"Oke gue pakai yang ini. Dan, karna memang dress code keluarga gue biru, jadi gue minta kalian berdua harus juga pakai gaun biru gimana? Kalian bisa?"
"Yah....gue gak punya," jawab Alya sedih, karna dia memprediksikan akan pakai gaun hijaunya.
"Yaudah lo pilih salah satu dari yang ada ini aja Al." Rachel menunjuk-nunjuk gaunnya yang ada disofa dekat Mamanya.
"Beneran gak apa-apa ?"
"Ya enggak lah, biasa aja kali Al. Trus kalau loe Mawar ?"
"Gue ada kok," jawab Mawar singkat.
"Mawar kamu bawa mobil sendiri ya?" tanya papa Rachel tiba-tiba, yang dari tadi tidak bersuara.
"Iya om."
"Bagaimana kalau pulang diantar Denish atau Alex saja? Ini sudah malam, biar kalian aman."
"Ouh, gak usah om. Gak apa-apa kok."
"Atau tidak kalian menginap disini saja?" Mama Rachel menambahkan.
"Tidak usah tante, kita pulang saja. Kali ini Alya yang menjawab."
"Lebih baik aku antar pulang saja." Denish akhirnya berbicara dengan Mawar.
"Tidak usah kak. Aku bisa, dan sudah terbiasa." Tolak Mawar lagi.
"Iya kak, lagi pula apartement Mawar dekat dari sini. Tidak sampai dua puluh menit sudah sampai." Alya menambahkan apa yang dijawab Mawar tadi. Terlebih dia tidak nyaman mendengar ucapan Mawar yang datar begitu.
"Om, tante, kak, kami pulang ya."
Alya dan Mawar mencium tangan papa dan mama Rachel.
Rachel mengantarkan mereka kedepan pintu. Denish pun ikut dibelakang Rachel."Sebentar." Denish menghentikan langkah Mawar yang ingin membuka pintu mobilnya. Denish menggenggam tangan Mawar. Lalu menggeserkan anak rambut yang menutupi mata Mawar sedikit, hanya sedikit saja.
Lalu mengusap pipi mawar dengan tangannya dan berkata sangat lembut. "Hati-hati nyetirnya ya." Mawar yang gugup langsung menunduk dan sudah terlihat pipinya merona. Tidak lama dia menepis tangan Denish dan bergumam "Apaan sih," katanya yang mampu di dengar oleh orang sekitarnya termasuk Denish. Mawar sepertinya ingin menjauhkan rasa itu dari dirinya.
Rachel dan Alya yang menyaksikan hanya senyum-senyum melihat adegan romantis dan lucu tersebut....
"Mawar loe mau ngapain ?"
"Mandi habis itu tidur, mau apalagi."
"Buruan ya gue juga mau mandi." Sudah tiga hari ini Alya menginap di apartement Mawar. Karena orang tuanya sedang pergi keluar kota, tapi mereka tidak sekamar, karena Alya tidur dikamar tamu. Dan Alya tidur di kamarnya sendiri.
Mawar tidak suka tidur dengan Alya, karena Alya suka kentut kalau lagi tidur. Ditambah dengan lasaknya dia. Sudah dipastikan kalau Mawar tidak akan bisa tidur."Uh, akhirnya bisa tidur juga," kata Mawar sambil berbaring dikasurnya.
Mawar mengusap pipinya yang disentuh Denish. Dia tersenyum lalu memejamkan matanya. Didunia ini hal yang paling dia sukai adalah tidur. Terkadang Mawar juga membawa bantal kecil ke kantornya untuk dia tidur sebentar."Mawar jangan lupa lo harus bangun pagi besok ya...., soalnya nantikan loe dijemput sama kak Denish." Alya berteriak dari luar kamarnya.
" Iyaa bawel," jawab Mawar geram. Karna Alya berteriak.
"Hahahaha.....terdengar suara alya tertawa."
KAMU SEDANG MEMBACA
MAWAR DERSON [ Edisi REVISI ]
Romance"Aku mencintai dia, bukan yang lain. bolehkah ku putar waktu agar penyesalan ini tidak ada di hidupku." ___Mawar Cantika Derson. "Dia membuatku jatuh cinta saat pertama melihatnya.tapi bagaimana aku bisa bersamanya kalau aku sudah menyakitinya."___...