Obsesiku mempelajari piano berawal pada waktu aku masih berumur 7 tahun.
Aku dan ayahku menghadiri sebuah konser tunggal klasik pada waktu itu. Sebagai anak yang masih belum tau apa-apa, aku sangat terkejut melihat tangan sang pianis yang sangat cepat dan handal dalam memainkan pianonya. Aku tidak bisa menutup mulutku pada saat itu, ayahku pun bilang aku kembali ke rumah dengan mata yang berkaca-kaca.
Karena aku lahir dari keluarga pecinta musik (ayahku sangat mengagumi musik-musik klasik seperti Beethoven dan Mozart. Ibuku penikmat musik Jazz), ayahku sangat mendukung keinginanku untuk menjadi pianis.
~~~
"Dee?"
Aku segera mengangkat tanganku sambil memberikan senyuman lebar kepada para seniorku.
"Instrumental apa yang bisa kamu mainkan?"
"Aku... Bisa memainkan piano," Jawabku pelan sambil menggaruk kepalaku.
"Mind if you show us a bit of your talent?" Tanya seorang senior sambil tersenyum.
Aku mengangguk ragu sambil berjalan ke arah piano hitam yang berada di pojok ruangan.
Seorang senior tersenyum kepadaku, menandakan bahwa aku sudah dipersilahkan untuk memainkan piano yang berada persis di depan mataku.
Aku menarik napasku pelan-pelan, memejamkan mataku, sambil mengingat not lagu yang akhir-akhir ini menjadi obsesiku.
Setelah menekan satu not terakhir, aku membuka kedua mataku setelah mendengar sorakan dan tepuk tangan dari semua orang yang ada di ruangan tersebut. Aku membungkukkan kepalaku.
Kepuasan dan rasa senangku saat melihat wajah-wajah mereka yang terlihat kagum tidak dapat kuungkapkan dengan kata-kata.
Aku mengarahkan pandanganku ke arah para senior yang sedang tersenyum kepadaku sambil mengangguk pelan.
"Selamat datang di Music Club!" Teriak seorang senior sambil berlari ke arahku untuk memberikanku jabatan tangan.
~~~
"Aku dengar kamu masuk Music Club ya Dee?"
"Dari mana kamu tau, Mindy?" Tanyaku heran sambil melepas headset yang terpasang di kedua telingaku.
"Hampir semua anak membicarakanmu hari ini, mereka bilang talentmu luar biasa. I see now you'll become popular," Mindy menggodaku sambil menaik turun kan kedua alis matanya.
"Apa sih," Jawabku sambil memasang wajah jengkel.
Saat sedang asik mengobrol tiba-tiba pintu kelasku terdorong kencang hingga menabrak dinding, membuat anak-anak di kelasku menghentikan semua kegiatannya untuk mengalihkan pandangan mereka ke arah pintu tersebut.
Terlihat seorang anak laki-laki dengan rambut yang berantakan memasuki kelas sambil memasang wajah tanpa ekspresi, bajunya kusut dan tidak dimasukkan ke dalam celananya.
Ia berjalan ke arah meja yang berada di pojok kelas dan menaruh tasnya pelan ke atas meja.
Semua anak di kelasku segera berbisik-bisik membicarakannya, tanpa terkecuali Mindy.
"Siapa dia?" Tanya Mindy kepadaku.
"Entahlah."
To Be Continued.
a/n: ku persembahkan fanfic aneh ini untuk sahabat SMA-ku, Dini, yang udah aku janjiin fanfic dari pertama kali kita kenal (kelas 1 SMA) dan baru ku kerjakan sekarang (sekarang kita udah kuliah). Maafkan temanmu yang satu ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Your Love Feels Like Music to Me
Novela JuvenilObsesiku mempelajari piano berawal pada waktu aku masih berumur 7 tahun. Aku dan ayahku menghadiri sebuah konser tunggal klasik pada waktu itu. Sebagai anak yang masih belum tau apa-apa, aku sangat terkejut melihat tangan sang pianis yang sangat ce...