001

19 2 6
                                    

Later that day, aku mendatangi Music Club untuk pertama kalinya setelah aku direcruit minggu lalu.

Salah satu senior laki-laki mendatangiku dan memberikanku senyuman.

"Hai, Dee kan?"

"Iya," Jawabku sambil membalas senyumannya.

"Aku Ash," Katanya sambil menjulurkan tangannya. Aku segera menjabat tangannya dan mengangguk.

"Permainanmu minggu lalu benar-benar mengagumkan!" Serunya sambil menepuk bahuku pelan. Aku tersenyum, "Terima kasih."

"Jangan segan-segan untuk memanggilku kalau ada pertanyaan," Kata Ash. Aku mengangguk. "I hope we can be good friends," Ash memberikan telapak tangannya dan aku segera memberikannya hi-five. "Of course."

Aku segera berjalan ke arah piano di pojok ruangan untuk memainkan sedikit nada yang baru saja ku pelajari beberapa minggu ini.

Satu persatu anggota Music Club mulai berdatangan dan menyapaku serta senior yang ada di dalam ruangan tersebut. Sampai akhirnya, muncul satu wajah yang sangat familiar bagiku.

Sambil sedikit ragu, aku berjalan pelan menuju Ash yang sedang memainkan drumnya.

"Ash!" Bisikku pelan. Ash segera melepas headset yang ia gunakan dan mengangkan alisnya penasaran. 

"Apa ada waktu sebentar?" Tanyaku pelan. Ia mengangguk dan aku segera berjalan menuju ke dekatnya.

"Dia siapa?" Tanyaku sambil menunjuk lelaki yang baru saja memasuki ruangan Music Club. Aku melihatnya mengambil gitar yang menganggur di pojok ruangan dan mulai memainkan gitar berwarna cokelat tersebut. "Rasanya aku tidak melihatnya saat open recruitment minggu lalu," Kataku heran sambil menggaruk kepalaku.

Ash segera mengalihkan pandangannya ke arah lelaki yang baru saja ku tunjuk. "Ah, dia," Jawaban Ash membuatku semakin penasaran. "Kalau tidak salah namanya Calum".

"Dia anak baru juga kan?" Tanyaku. Ash mengangguk sambil tersenyum. "Tapi kenapa aku tidak melihatnya minggu lalu?" Aku membanjiri Ash dengan pertanyaan-pertanyaanku. Aku harap dia tidak merasa jengkel denganku.

"Dia datang di saat kalian pulang," Jawabnya. Sepertinya ia sadar bahwa aku belum puas dengan jawabannya. "Waktu itu aku dan senior-senior yang lain sudah ingin menutup ruangan ini, tetapi dia datang," Ia menarik napasnya pelan. "Jadi kita menunggu sebentar untuk melihat bakatnya."

Aku hanya mengangguk.

"Maaf mengganggumu, Ash! By the way, your drum skill is amazing!" Pujiku sambil tertawa kecil. Ia hanya tersenyum dan memberikan tepukan pelan di pundakku.

Aku segera kembali ke arah piano.

Samar-samar aku mendengar seseorang menyanyikan lagu A Thousand Miles dengan versi akustik. Setiap mendengar lagu ini, aku selalu mengingat waktu-waktu pertama aku belajar memainkan piano. Lagu ini yang membuatku semakin terobsesi untuk memperdalam kemampuanku dalam memainkan piano. Aku tersenyum mengingatnya.

Aku segera mengalihkan pandanganku ke arah sumber suara tersebut, dan aku sedikit kaget saat melihat bahwa yang memainkan lagu tersebut adalah lelaki yang bernama Calum itu.

Ekspresinya saat memainkan gitar sangat berbeda dengan ekspresi datarnya saat pertama kali aku melihatnya memasuki kelas tadi pagi. Terlihat sedikit senyuman di bibirnya. Aku pun merasa heran apakah ia dan laki-laki yang tadi pagi aku lihat benar-benar satu orang yang sama.

And I need you

And I miss you

And now I wonder....

If I could fall

Into the sky

Do you think time

Would pass me by

'Cause you know I'd walk

A thousand miles

If I could

Just see you

Tonight

Akhirnya ia mengakhiri permainan gitarnya dengan sangat indah. Tanpa ku sadari aku memberikannya tepukan tangan hingga ia melihat ke arahku dengan wajah yang sedikit terkejut.

Holy shit! Aku cepat-cepat memalingkan kepalaku ke arah piano yang berada di depanku. Semoga ia tidak melihat pipiku yang kurasa sekarang sudah menyerupai warna tomat segar. 

Astaga rasanya aku ingin menenggelamkan diriku ke dalam black hole selamanya.

To Be Continued.

Your Love Feels Like Music to MeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang