Prolog - Pelukkan

20.7K 458 9
                                    

Prolog - Pelukkan

Aku terbangun merasakan tangan yang melingkar di pinggangku mempererat rengkuhanya padaku. Membuat aku semakin melesakkan kepalaku diatas dada bidang James. Saat aku mendongak mata milik James masih tertutup tapi ia malah menyesakkan wajahnya mencium rambutku.

"Bangunlah pemalas" kataku tak rela.

"Aku bahkan bangun lebih dulu darimu, Luv."katanya menyahut, tapi masih tetap memejamkan matanya.

Laki-laki ini benar-benar ingin jadi pemalas rupanya. Aku melirik weker cantik pemberian James sudah menunjukkan pukul setengah delapan pagi. Tandanya sebentar lagi mungkin kedua temanku akan pulang.

"James, setidaknya pakai bajumu dulu, takut Ana atau Tyas menyeruduk masuk" kataku sambil mengeliat di pelukannya.

Sambil melenguh keras tanda kesal, James tetap menuruti perintahku. Begitu ia selesai memakai boxer dan kaos oblongnya laki-laki itu siap kembali ke ranjang lagi. Aku hanya bisa menggeleng melihatnya bermalas-malas.

"Kau tidak ingin kerja James?" Tanyaku memastikan.

"Tidak, sayang." Katanya sambil memperhatikanku. "Ugh, apa kau tidak menggunakan sesuatu di balik kemejaku, sayang?" Sambungnya sambil mengedip genit.

"Shut up James--"

"Alit--upsss"

Aku hanya bisa mendengus melihat melihat Ana menerebos masuk lalu menutup pintunya kembali. Sedangkan James malah puas tertawa "tenang saja Ana! Kami sudah berpakaian!" Katanya membuatku memukul bantal ke badannya Itu.

.

Setelah selesai memakai pakaian, aku menyusul Ana membiarkan James sendiri dikamar. Temanku yang bertubuh mungil itu sedang memasak di dapur kecil apartment kami.

"Ada apa tadi mencariku?" Kataku sambil mengambil sosis dan membantu memotongnya.

"Aku tidak tau James menginap" Tangan Ana telaten mengangkat sosis yang sedang di goreng, lalu memasukkan sosis yang kupotong.
"Kau tidak lupa menemaniku belanja, kan?" Lanjutnya Lagi.

"Tentu saja tidak, Tyas juga sudah mengingatkan semalam. Dimana anak itu?"
Aku baru saja akan mengambil sosis yang baru matang itu kalau saja James tidak datang memelukku dari belakang lalu mendahuluiku mencomot sosis.

"Shit, panas!" Pekiknya sambil melempar kembali sosis itu.

Ana tertawa melihat kelakuan James "Itu baru diangkat." Katanya.

Aku sendiri melepas tangan james yang satu lagi dari perutku lalu menyuruhnya duduk di bar kecil kami. "Dimana Tyas" ulangku Sambil membuat kopi untuk James.

"Tak usah di tanya, ia akan datang sendiri, alit!" Katanya sambil tertawa "ah, kurasa kau bersedia menyeduh teh untukku." Lanjutnya lagi.

Sararapan kami bertiga sangat simple seperti biasa. Kopi, Teh, Roti, Sosis dan kentang goreng cukup untuk sarapan kami. Meski apartement manis ini milik tiga orang perempuan. Kami semua Tak Ada yang mau berurusan dengan dapur! Jadi wajar saja hanya Itu yang tersaji di meja kami.

"Ana, kenapa kau tak pulang semalam? " tanya James. Matanya mendelik penasaran pada Ana.

"Bukankah kalau Aku pulang kegiatan kalian akan terganggu?" Ana mengerling pada James membuat laki-laki Itu menyesal bersikap peduli pada temanku.
"Kau membuatku terdengar seperti bajingan brengsek." Keluhnya. Ana Dan Aku terkikik membuat James memasang wajah seakan-akan teraniaya.

Candaan singkat kami berhenti saat Tyas pulang. Wanita itu setengah berteriak menghampiri kami.
"Apa Aku terlambat" katanya.

"Tidak Nona cantik, bahkan princess Ku belum mandi." Ana mendelik mendengar panggilan James padaku sambil menggerutu "mungkin dia princess frog" katanya.

Aku mendelik seolah Tak peduli " Menginap di mana malam ini kau Nona?" Kataku dengan nada menyebalkan bahkan untukku sendiri.

"Hotel. Aku tau kau Tak akan suka Aku membawa pulang Erik" katanya sambil mencomot kentang.

"Dia brengsek."

"Laki-lakimu juga. Setidaknya status Ku jelas simpanannya"

Sial.

Bukan sengaja aku membanting garpu yang Ku pegang. Itu hanya reflek saat ada kata-kata yang tak ingin kudengar. Meja makan langsung hening. Suasananya langsung Tak nyaman. Dan Aku benci Itu.

"Aku akan mandi, sebaiknya kau juga bitch " kataku melirik Tyas. Lalu meninggalkan meja makan kecil Itu.

Begitu selesai mandi aku menemukan James duduk dikasur. Ia tersenyum melihatku lalu datang menghampiriku membawaku kedalam pelukan. Aku tak pernah mengerti arti pelukan laki-laki Itu. Rasanya hangat seakan meringankan perasaan yang menyesakkan di dadaku. Tapi disatu sisi aku merasa seperti seorang ibu yang menenangkan anaknya di tengah kerisauan. Tapi aku suka, selalu suka di dekap dalam pelukannya.

"Aku akan menjemput kalian begitu selesai belanja." Bisiknya lembut sambil mengeratkan pelukannya.

"Tidak usah, jemput aku saja. Biarkan Ana apalagi Tyas pulang sendiri." Kataku masih kesal dengan mulut blak-blakan milik Tyas.

"Baiklah. Hubungi Aku begitu kalian selesai."
"Baik" kataku "kamu akan pergi kemana siang ini?"

"Barusan Jessica menelefon minta di temani makan siang" jawabnya dengan suara bergetar.

Aku benci ini. Rasanya seaakan ditusuk saat mendengar nama kekasih lain James. Aku melepas rengkuhannya berpura-pura mencari sesuatu di lemari yang bisa kugunakan.

"Have fun with her." Kataku

Aku bisa memdengar helaan nafas milik James sebelum laki-laki itu menjawab. "Ya, you too, Luv."
.
.
Tbc

Hai, salam kenal buat yang bersedia membaca. Trimakasih banyak sudah mau membaca... Mohon bantuan kritik Dan saran :)

UncommitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang