Satu - Kisah

12.7K 349 7
                                    

Aku memutar bola mataku malas saat Tyas Dan Ana kembali berbicara tentang hubunganku Dan James. Demi Tuhan, sebaiknya Aku menolak saja dan langsung pulang saat Ana memaksaku Untuk setidaknya meminum secangkir teh di salah satu cafe begitu kami selesai belanja.

Kukira wanita yang memiliki badan yang lebih mungil dariku Itu hanya ingin membuatku dan Tyas berbaikan dari perang dingin kami. Ternyata sahabatku ini malah membahas kembali jenis hubungan yang kumiliki dengan James.

"Hei , Nona! Apa kau tidak mendengarku?" Kata Tyas menyebalkan.

"Jawabanku tetap sama, girls. Aku belum siap berhubungan serius. Baik Itu dengan James atau dengan laki-laki lain." Tyas Dan Ana mendelik seakan Tak terima jawabanku.

Tyas lalu memekik "Kalian bahkan sudah berhubungan lebih Dari Lima tahun!"

"Tujuh Tahun lebih tepatnya" Kata Ana menegaskan.

Aku benci tatapan menuntut dua sahabatku ini. Kami berteman hampir sepuluh tahun sampai Aku kenal betul mereka dalam mode 'bicara serius' saat ini.

" Kalian jelas tau kenapa Aku Dan James Tak pernah ketahap Itu, guys." Aku menyesap green tea Ku seakan-akan Tak perduli desah kesal mereka.

Percakapan kami berhenti lama sampai keheningan di antara kami menjalar seakan-akan kami bukan sahabat bertahun-tahun yang duduk bersama di meja ini. Sesekali Tyas mendelik kepadaku seakan ingin mengatakan sesuatu Lagi,tapi Tak bisa. Lain dengan Ana yang malah tampak berfikir rumit.

"Lalu, apa yang akan terjadi kedepannya dengan kalian?"Kata Ana akhirnya.

"Tak Ada, Ana."kataku, Tak tau jawaban apalagi yang lebih tepat Dari Itu.

" lalu katakan sampai kapan kalian begini ? Kali ini Aku mengajakmu melihat keblakang, Alit. Kalian saling mencintai, saling mendukung selama ini." Kata Ana. " tapi lihat sekarang? Aku bahkan tidak tahu siapa yang berselingkuh atau menjadi selingkuhan!" Lanjutnya.

Aku terdiam lama Tak bisa menjawab. Jenis hubunganku dan James memang tidak bisa di katakan wajar. Kami memadu kasih, bercinta, saling mengikat dalam hubungan kasat mata. Karna sejujurnya kami masing-masing mempunyai kekasih entah pantas kami sebut selingkuhan atau apalah. Kami Tak perduli. Yang jelas, Aku dan James sama-sama tak pernah meninggalkan satu sama lain.

Dering ponselku terasa sangat nyaring di tengah diamnya kami. James menelefon. Aku mengangkatnya mengatakan kalau laki-lakiku itu bisa menjemputku sekarang. Kulihat sekali lagi kedua sahabatku mengerang gemas tanda tak setuju, tapi Aku hanya mengangkat bahu pura-pura tak perduli.

"Mau kemana kau malam ini dengan James?" Tanya Tyas begitu aku mematikan sambungan telefonku, matanya sinis sekali.

"Kami akan menginap di rumah keluarga James, kau tau, kemaren ia baru saja bertengkar dengan mereka." Aku coba mengingatkan.

"Ugh, kau bahkan selalu jadi pelariannya, wanita yang di setujui keluarganya. Kenapa kau tidak pernah menjadi satu-satunya?" Kata Ana penuh keluhan.

" you know that we don't want to be in relationship. Just that." Kataku "Ah, Aku juga pulang duluan, James akan segera menjemput di lobby" lanjutku lalu merapikan barangku dan bangun Dari sana tanpa mau mendengar apapun lagi.

Aku tidak terlalu lama menunggu James datang menjemput di lobby mall. Aku memintanya mampir sebentar ke salah satu supermarket di dekat rumah keluarganya sekedar membawa buah tangan. Lalu melanjutkan lagi perjalanan kerumah keluarga James.

UncommitedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang