One

40.7K 1.1K 6
                                    

Perjodohan. Kalau mendengar kata ini pasti ingatnya Siti Nurbaya. Klise! Sudah terlalu banyak cerita perjodohan disini, sayangnya Caliandra tak diberikan kesempatan untuk memilih kisah cintanya akan seperti apa. Perjodohan sudah menjadi bagian dari kisah hidupnya bahkan sebelum ia lahir di dunia ini. Semenjak usianya menginjak 15 tahun, ibu mulai memberitahunya perihal masalah perjodohan ini. Ibu menceritakan kalau sebenarnya dirinya sudah dijodohkan oleh almarhum kakeknya dengan cucu sahabatnya dan mereka akan saling diperkenalkan saat Caliandra berulang tahun yang ke-22. Ia tidak bisa dengan seenaknya mencari laki-laki untuk dijadikan kekasih hatinya. Kalau kata ibu itu salah satu caranya untuk berbakti kepada mendiang sang kakek, tentu saja dengan mengikuti titahnya sewaktu beliau masih hidup.

Jika kebanyakan anak gadis di era modern ini mungkin marah dan menolak habis-habisan, tidak begitu dengan Caliandra sendiri. Pada dasarnya Caliandra memang anak yang penurut dan sangat menghargai semua keputusan orang tuanya. Untuk kali ini, Caliandra mencoba berpikiran terbuka dengan menerima usaha kedua orang tuanya mengenalkan calon 'jodoh'-nya. Tidak ada yang salah baginya mengenal seseorang yang ditawarkan kedua orang tuanya, lagipula kata ibu kalau memang keduanya tidak cocok mereka boleh menolak.

Caliandra pikir ini bukanlah persoalan besar karena selama hampir 22 tahun ia hidup, belum ada satupun laki-laki yang bisa membuat hatinya memilih dan mengatakan kalau he is the one. Caliandra tidak jelek-jelek amat kok, cara berpakaiannya juga tidak out if style malah wajahnya bisa dibilang manis karena mata bulat dan bibir mungilnya. Jadi bukannya tidak laku, karena kalau ditelusuri tidak sedikit laki-laki yang mendekatinya. Yah meskipun ujung-ujungnya perempuan yang paling benci jika disuruh menunggu ini lebih banyak menolak daripada menanggapinya.

Namun anehnya, semua penolakan yang ia lakukan tidak pernah menyakiti hati siapapun, bahkan Gama - lelaki yang dulu menyukainya - sekarang malah menjadi sahabatnya sejak SMA.

"Gila ya hampir 6 tahun gue sahabatan sama lo, gue baru tau jadi ini alasan sebenarnya lo nolak gue dulu ya Cal? dan ini juga alasan lo sampai sekarang gak mau punya pacar?" Gama menatap Calia - sapaan khas Caliandra - tak percaya.

"Ih bukan gitu Gam, kalau masalah pacar sih emang gue belum nemuin orangnya aja. Kalau nolak lo sih emang karena feeling gue mengatakan lo playboy sejati. Dan terbukti feeling gue benar, untung aja gue ngikutin kata hati gue."

Gama menjitak kening Calia cukup keras, Caliapun mengeluh kesakitan mendapat perlakuan tidak menyenangkan seperti itu dari sahabatnya. "Bilang sekali lagi, dapetnya lebih keras loh ya!"

"Iya ampun ampun, sakit tau Gam!" Calia mengelus-ngelus keningnya berusaha menghilangkan rasa sakitnya akibat jitakan brutal Gama, "menurut gue gak penting aja cerita hal ini, lagipula gue gak tau orangnya siapa. Selama ini gak ada yang pernah kasih tau gue soal laki-laki si tuan jodoh gue ini. Kata ibu, gue gak boleh tau karena takut menganggu kehidupan gue. Kakek gue maunya, kuliah gue beres baru deh diketemuin."

"Seriusan? gue gak percaya loh jaman sekarang masih ada Siti Nurbaya yang nurut macam lo. Tapi masa gak boleh ketemu sama sekali sampai umur 22 tahun? Dianya juga gak tau lo?" Gama masih tidak percaya mendengar cerita sahabatnya ini, layaknya cerita rakyat zaman dahulu namun versi modern saja.

"Serius. Itu udah aturan dari almarhum kakek gue. Gue cuma dikasih tau namanya Rayhan, nama lengkapnyapun nggak. Katanya takut gue cari-cari orangnya dan menyabotase perjodohan ini. Dia sih harusnya juga gak tau, kan aturannya begitu. Nah minggu depan kan ulang tahun gue yang ke-22, it's the time Gam. Anehnya gue ngerasa deg-degan gak jelas begini, makanya gue rasa gue perlu cerita sama lo." Ujar Calia sambil menyeruput jus mangga yang ada dihadapannya, sedangkan Gama asik mendengarkan ceritanya sambil terus melahap ketopraknya.

"Sumpah ya gue masih gak percaya dengernya, beneran masih ada ya cerita begini? Lah kalau ternyata si Rayhan-Rayhan ini mukanya kayak tukang pukul gimana? Atau ternyata kerjaannya pembunuh bayaran gimana hayo? Lo tetap mau gitu dijodohin?"

"Gama ih! serius sedikit kenapa. Gak mungkinlah kakek jodohin gue sama laki-laki gak bener. Ibu juga gak mungkin nerima kalau laki-lakinya macam itu, emangnya ibu sejahat itu apa. Kan udah gue bilang tadi, kalau gue dan dia ngerasa gak cocok setelah kita kenalan lebih jauh, kita berdua boleh menolak kok. Lagian lo kan tau gue paling gak bisa menolak semua permintaan ibu."

"Sebenarnya sih kelihatan gampang, tinggal ditemuin aja terus kalau gak suka tinggal tolak aja. Tapi kayaknya gak bakal semudah itu deh. Ini seriusan kalau pertama liat gak suka terus boleh langsung nolak gitu?"

"Nah itu dia, gue sama dia wajib mengikuti semacam acara perkenalan selama 2 bulan yang udah disusun orang tua gue sama orang tua dia, kalau misal setelah itu salah satu dari kita menolak, ya udah it's over. Pikiran gue juga sama, kok kayaknya ini semua gak segampang kelihatannya ya Gam makanya gue jadi uring-uringan gini."

"Ya udah, kalau gitu ikutin aja skenarionya. Kalau ada apa-apa, gue pasti bantuin lo kok. Tapi gue rasa gak mungkin laki-laki ini nolak lo Cal, mana ada gitu yang sanggup menolak seorang Caliandra Pastika Wirasana. Cantik, pintar, dari keluarga terpandang pula. You're perfect Cal." Gama memuji Caliandra tulus.

"Gam, gue paling gak suka ya kalau udah menyinggung nama keluarga gue. You know me better. "

"Iya, I'm sorry Calia. Ya udah gak usah terlalu dipikirin, lo juga awalnya gak keberatan kan? Dijalanin aja, terus siap-siap deh dandan yang cantik nanti. Kali aja si Rayhan ini emang beneran jodoh lo Cal, orang-orang jaman dulu yang dijodohin kebukti bisa langgeng loh." Calia tersenyum mendengar Gama menggodanya seperti itu. Mungkin memang ia tak perlu jadi khawatir ya, lagipula dari awal dia juga menerima perjodohan ini. Kalaupun ia tidak suka, hanya perlu mengenal dua bulan dan pergi baik-baik.

*

"Rayhan, kamu jangan lupa ya ambil pesanan Bunda di Eclaire. Jangan lupa lagi, itu kan hadiah untuk Caliandra."

"Iya Bunda, nanti Rayhan ambil. Udah ya Bun, Rayhan berangkat udah siang." Rayhan terlihat menanggapi permintaan ibundanya dengan malas dan penuh beban.

Rayhan sejak awal tidak pernah menyetujui rencana perjodohan ini. Sama sekali. Lagipula ia sudah punya Ayesha. Wanita yang ia cintai, satu-satunya wanita yang ada di hatinya hanyalah Ayesha, tidak ada yang lain. Kalau tidak terpaksa, ia pasti akan tetap menentang keras acara perjodohan yang sangat tidak masuk akal ini, serasa ia hidup di zaman dahulu yang masih harus dijodohkan kanan-kiri. Lagipula ia bukannya tidak laku, bahkan Rayhan sudah punya kekasih hatinya sendiri tanpa perlu perjodohan sama sekali. Dan si putri jodohnya ini tidak mungkin sesempurna Ayeshanya.

Rayhan sebenarnya tak mengerti dengan mendiang sang kakek, apa tujuannya. Apa hanya demi menjaga persahabatan, beliau harus mengorbankan cucunya dan menambah angka perceraian di Indonesia. Loh benar kan? Kalau menikah tanpa cinta, tidak ada kecocokan, ujung-ujungnya malah berpisah. Untuk apa? Rayhan emngerang frustasi memikirkannya.

"Oke Rayhan, hanya dua bulan dan ini semua berakhir." Rayhan berbicara dengan dirinya sendiri sambil menatap lurus jalan raya yang cukup pada pagi ini, mencoba meyakinkan dirinya.

Lamunan di tengah perjalanannya menuju kampus terbuyarkan oleh suara telepon genggamnya, dari seberang sana ada suara lembut yang menyapanya, "Iya sayang, aku sebentar lagi sampai kok. Kamu dimana sekarang? Oh ya udah nanti aku langsung ke kantin aja kalau gitu. See you cantik."

Dimana ada Rayhan, disana ada Ayesha, dan juga sebaliknya. Sejak berpacaran selama 4 bulan terakhir, mereka adalah pasangan yang tidak terpisahkan. Namun karena acara pejodohan konyol itu, Rayhan jadi belum bisa mengenalkan Ayesha kepada orang tuanya. Untung saja Ayesha mengerti dengan semua penjelasan Rayhan. Ayesha akan menunggu sampai acara perjodohan ini selesai dan Rayhan bisa bebas memilih pasangannya. Menunggu sampai semua ini berakhir, harusnya tidak akan lama lagi. Ia akan waktu akan berlalu dengan cepat tanpa ia sadari seperti yang selama ini ia rasakan.

*

I Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang