Seven

16K 767 8
                                    

Rayhan membuka matanya karena berkas sinar matahari mulai menerobos masuk melewati celah di kelopak matanya, membuatnya tersadar kalau sekarang sudah pagi hari. Kepalanya terasa sangat berat, ia tidak mengingat apapun yang terjadi semalaman. Kini ia ada di kursi penumpang di mobilnya sendiri bahkan juga ada di depan rumahnya. Rayhan mencoba mengembalikan sekumpulan nyawanya perlahan, berusaha mengumpulkan kisah semalam yang berserakan bagaikan sebuah puzzle yang tak terselesaikan.

Pergi bersama Caliandra, menemui Ayesha, Ayesha memutuskannya, dan. . .

"Lalu siapa yang bawa gue pulang? Caliandra? Sepertinya gue semalam bicara dengannya. Tapi dia gak ada sekarang? Apa sudah pulang?" Rayhan masih mencoba menyatukan semua ceritanya saat ia mendapati sebuah post it menempel di kaca spion tengah mobilnya.

Gue udah pulang. Bilang ke om tante semua baik-baik aja.

-Calia-

Jadi Caliandra yang membawanya pulang? lalu maksud semua baik-baik saja apa? Rayhan segera meraih jas yang menyelimuti tubuhnya dan masuk ke dalam rumah. Mungkin saja ia menemukan jawaban.

"Pagi Ayah," Rayhan mengucapkan salam sambil terus menunduk, berharap ayahnya tidak menyadari kekacauannya pagi ini. Karena ini hari Sabtu tentu saja ada Ayah di rumah.

Untungnya ayahnya sedang terfokus pada Koran di hadapanya,"Baru pulang? temanmu siapa yang kecelakaan? keadaannya sudah membaik?"

Bunda kemudian muncul dari balik dinding pemisah ruang keluarga dan dapur," Iya temanmu di rumah sakit mana? Parahkah kecelakaannya? Kamu sudah mengantarkan Caliandra pulangkan tapi?"

"Kecelakaan?" Rayhan tidak mengerti apa yang dibicarakan ayah dan bundanya.

"Iya, teman kamu kecelakaankan? makanya semalam kamu gak pulang. Bunda ditelepon sama tante Kartika, katanya Caliandra minta tolong sampaikan ke Bunda sama ayah. Kamu tidak tahu Caliandra menelepon semalam?"

Rayhan langsung menyadarinya, Caliandra yang mengantarnya semalam dan ia berbohong kepada orang tuanya. Jadi ternyata itu maksud pesannya tadi, "ah iya Bun, yah, Caliandra udah pulang tadi. Temen kampus aku namanya Fandy, kebetulan pas aku pulang nemuin mobilnya tabrakan, karena kenal ya aku tolong sekalian aja. Ya udah aku ke kamar dulu ya Bunda, Ayah, capek mau istirahat. Semalam belum sempat tidur."

"Kamu lain kali antar Caliandra pulang dulu, jangan membuatnya menemanimu begitu. Tidak baik. Kasihan Caliandra harus menginap di rumah sakit semalaman begitu. Nanti kamu telepon tante Kartika untuk minta maaf ya?"

"Iya bunda. Maaf."

Rayhan meraih handphone di saku celananya, mencari nama Caliandra di phonebook-nya lalu men-dial-nya. Tidak ada jawaban, hanya suara nada sambung sampai akhirnya berhenti karena tidak diangkat. Rayhan berpikir, apakah Caliandra marah padanya? Apakah benar Caliandra yang mengantarnya semalam? Lalu bagaiman Caliandra pulang? Dia kan tidak mungkin naik taksi. Kekhawatiran dan rasa bersalah menyergap diri Rayhan.

Karena tak kunjung ada jawaban, Rayhan memutuskan untuk menghubungi telepon rumah Caliandra, "Selamat pagi, bisa bicara dengan Caliandra?"

"Maaf, ini dengan siapa?"

"Saya Rayhan." Rayhan belum menyadari dengan siapa ia berbicara.

"Rayhan? ya ampun kirain tante siapa, Calianya masih tidur. Sepertinya ia lelah, tadi Calia bilang belum sempat tidur semalaman. Kenapa tadi tidak mampir?"

"Hah?" pasti tante Kartika mengira dirinya yang mengantar Caliandra, "Tadi masih pagi banget tante, takut ganggu. Maaf ya tante membuat Caliandra tidak pulang semalaman. Lain kali saya pasti antar Caliandra dulu."

I Choose YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang