"Lama ya? Sorry Ray jadi kesorean gini. Tadi telepon Ibu dulu, ngabarin. Katanya lo disuruh mampir ke rumah, mau disiapin makan malem sama Ibu." Ia tidak yakin Rayhan menerima ajakannya, "Tapi kalau gak bisa gak apa-apa nanti gue bilangin ibu."
"Ehm. . .gue gak ada apa-apa sih, boleh deh. Udah lama juga ga mampir. Berarti udah beres kan nih? Langsung pulang aja?" Eh, tumben Rayhannya mau.
"Udah, oke let's go!" Caliandra menggerakan tangannya pertanda untuk pergi dan Rayhan yang melihatnya hanya tersenyum tipis menahan tawa. Dasar aneh! Cuma satu cewek yang kayak lo Caliandra.
Rayhan sedang bersenandung mengikuti irama lagu yang mengalun dari cd player di mobilnya. Lagunya tenang dan mendayu-dayu, sepertinya mood orang ini sedang baik sekali. Sama seperti dirinya. Buktinya saja mereka bisa enak mengobrol seperti ini. Biasanya boro-boro ngobrol, baru ketemu aja udah ribut duluan.
Dari yang Caliandra tanyakan, ia baru tahu kalau itu adalah lagu dari penyanyi dengan nama payung teduh, genre musiknya perpaduan folk-jazz. Menenangkan dan sedikit membuat mengantuk. Padahal rasanya belum sampai 15 menit ia berada di dalam mobil Rayhan, dan dirinya sudah ingin memejamkan mata. Dirinya kembali sadar ketika menyadari mobil Rayhan berbelok ke arah yang berbeda dengan jalan pulang.
"Loh kita mau kemana?"
"Jangan panik gitu gak akan gue bawa kabur. Gue mau beli kopi sebentar buat nemenin nyetir. Lo mau sesuatu gak? Kopi? atau Jus?" Dirinya jadi malu sendiri karena begitu khawatir akan dibawa kemana, padahal Rayhan hanya akan pergi ke sebuah kedai kopi saja.
"Lo tunggu di mobil aja gak apa-apa? gue cuma sebentar kok." Dirinya mengangguk setuju.
Sambil menunggu Rayhan, Caliandra mengotak-atik handphone-nya, sejak tadi ia tidak begitu memperhatikan handphone-nya. Banyak ucapan selamat dari teman-temannya baik lewat media sosial ataupun pesan singkat. Caliandra begitu senang, tidak sabar rasanya bertemu dengan ibunya. Siapa lagi tempat berbagi paling indah kalau bukan orang tuanya.
"Ngantuk ya Ray? sampai beli kopi gitu," Tanya Caliandra ketika Rayhan sudah kembali ke mobil.
"Hah? Enggak kok, kebiasaan aja kalo lagi nyetir ditemenin kopi. Mau?" Rayhan menyodorkan cup kertas di tangannya, terlihat asap hangat masih mengepul dari dalam cup tersebut. Fakta yang baru disadari Caliandra, benar juga kopi itu tak pernah absen hadir kalau Rayhan menyetir. Pantas saja.
"Nope, i'm not a big fan of coffe. Kotak tadi isinya apa?"
"Kotak itu?" ujarnya seraya menengok ke arah bangku belakang tempat ia meletakkan kotak besar tadi, "caramel cake buat Tante Kartika. Inget waktu itu si Tante pernah bilang kalau suka caramel, yaudah sekalian aja. Gak enak mau mampir gak bawa apa-apa." Caliandra berusaha menyembunyikan senyumnya. Kenapa Rayhan begitu manis hari ini? Sampai mengingat kue kesukaan ibunya. Jangan terus bersikap seperti ini Ray, aku bisa menyukaimu nanti.
Bukan main hebohnya ketika Caliandra sampai di rumah. Ibunya berteriak bangga sambil memeluknya begitupun dengan Caliandra yang senang akan kelulusannya. Rayhan sampai-sampai tak terlihat oleh ibu dan anak ini.
"Ya ampun sampai lupa sama nak Rayhan. Masuk Rayhan, itu barang-barangnya Caliandra ditaruh di meja itu saja. Terima kasih ya sayang sudah mau mengantar Caliandra, maaf merepotkan."
Rayhan tersenyum dengan begitu manisnya, siapa yang tak luluh melihatnya. Si manusia es ternyata bisa juga tersenyum. "Sama-sama tante. Gak ngerepotin sama sekali kok."
"Oh iya Bu, ini dibawain caramel cake sama Rayhan. Favorit ibu tuh." Caliandra menyerahkan sebuah kotak cake berukuran sedang dengan nuansa hijau-putih ke tangan ibunya.
KAMU SEDANG MEMBACA
I Choose You
ChickLitCaliandra Caliandra menutup pintu kamarnya agak keras, dan duduk di depan meja riasnya, " Apa? Lo pikir lo siapa tuan Rayhan? Karena sejujurnya gue sudah punya pacar dan gue gak mungkin juga suka sama lo," Caliandra mencoba menirukan gaya bicara Ray...