"bi, lo sebenernya nyari buku apa sih? Dari tadi muter-muter perpus tapi gak satupun buku yang lo ambil, jangan kan di ambil ngelirik aja kayaknya lo engga deh"
Ya, memang benar yang cia bilang, aku hanya mutar-mutar tidak jelas di perpus. Padahal, biasanya kalo sudah masuk perpus atau bahkan toko buku pasti ada saja buku yang menarik untuk ku baca. Tapi beda untuk saat ini. Aku masih kepikiran tentang alfa-qila.
Kenapa? Kemarin setelah pensi selesai, aku melihat alfa pulang bersama qila menggunakan mobil alfa.
Dan juga banyak rumor beredar kalau mereka balikan.
Lantas, apa yang harus aku lakukan sekarang?
Oke lah kalau orang yang bersama dengan alfa sekarang sederajat dengan ku juga, tapi ini?
Ini qila, seorang qila. Ketua cheers, anak dari salah satu pengusaha ternama di Indonesia.
Bisa apa aku?
Seperti kutipan lagu 5 Second of Summer di lagunya yang berjudul try hard "you so out of reach, and I'm finding it hard".
Ya, alfa sangat jauh dari jangkauan ku. Dan itu yang membuatku susah untuk menggapainya. Butuh banyak perjuangan jika aku ingin menggapainya, dan tentu saja akan di hadiahi juga beberapa cobaan.
"yee malah bengong" cia menggelengkan kepalanya. Terlihat gemas.
"lo kenapa sih bi, cerita dong kalo ada masalah" tambahnya lagi.
"gue mau mundur lagi" aku menatap cia
"mundur lagi? Cemen lo!" cia meremehkanku.
"mereka balikan cia" kali ini suara ku mulai sedikit bergetar
"lo udah denger sendiri dari alfa? Belum kan? Lo baru denger itu dari anak-anak?" aku hanya mengangguk.
"yaudah, terus kenapa masih di percaya aja?"
"tapi kemarin gue liat mereka pulang bareng"
"Cuma pulang bareng kan? Udah deh, gausah dengerin omongan orang-orang. Kalo lo terus-terusan kaya gini gimana alfa bisa peka sih bi. Semangat dong, jangan putus asa gitu" cia mengusap-usap punggung ku.
Aku memikirkan kata-kata cia, ada benarnya juga. Alfa tidak akan tau perasaan ku kalau aku seperti ini terus.
Saat aku sedang melihat kearah pintu perpus, ada dua orang siswa dan siswi yang baru saja masuk ke perpus.
"ci, ke kelas yuk" ajak ku
"loh? Tumben banget? Biasanya lo betah banget di sini?"
Aku tidak menjawab pertanyaan cia, aku hanya melihat ke pasangan yang baru saja masuk tadi. Mengerti dengan isyaratku, cia mengikuti arah pandanganku.
"gak. Kita tetep disini."
"tapi ci, gue ga mau liat" aku memasang wajah semelas-melasnya. Memang melas beneran untuk kali ini.
"ini tuh waktunya buat ngebuktiin bi kalo mereka ga balikan. Kita liat aja. Pokoknya kita tetep di sini." Cia tetep dengan pendiriannya.
Baiklah, aku tidak bisa menolak lagi jika cia sudah seperti ini.
Alfa dan qila duduk di tempat yang jauh dari ku dan cia, tapi aku dan cia bisa melihat keberadaan mereka dengan jelas. Bahkan suara mereka samar-samar masih bisa di dengar.
Mereka terlihat seperti membawa buku pelajaran.
Sepertinya qila meminta alfa untuk mengajarkannya sesuatu.
"ngapain coba tuh cewe? Pasti modusin alfa deh" komentar cia yang masih serius memperhatikan alfa dan qila.
"idih pake pegang-pegang alfa lagi tuh anak" cia terlihat sangat gemas.
"ih bi, makin deket aja tuh orang duduknya"
"loh loh, kok si qila malah pegang-pegang pipi alfa sih? Wah ga bener nih anak"
Aku sudah tidak kuat. Aku keluar perpus dengan terburu-buru.
"bi lo mau kemana?" terdengar suara cia dari belakang. Aku tak menggubrisnya dan tetap melanjut kan pergi keluar.
Engga, ga boleh nangis di sini. Ga boleh.
Langsung saja aku ke atap sekolah. Aku tidak mau ada seseorangpun yang tau kalau aku menangis.
Aku duduk di pojok atap, agar dapat bersenderan dengan tembok.
Satu tetes,
Dua tetes,
Dan banjirlah sudah
Aku sudah tidak bisa menahannya lagi.
Aku bilang juga apa, memang sudah seharusnya aku mundur (lagi) atau bahkan mundur untuk selamanya.
Ku ambil i-phone yang berada di sakuku, kemudian memasangkan headset dan menyalakan lagu yang ingin ku dengarkan. Begitu cocok rasanya dengan keadaan ku saat ini.
Waktu bergulir
Lambat merantai langkah perjalanan kita
Berjuta cerita terukir dalam
Menjadi sebuah dilema
Mengertikah engkau
Perasaan ku tak terhapuskan
Waktu terus berjalan
Banyak cerita yang sudah ku lalui
Tak jarang menjadi sebuah dilema
Tau kah kau?
Perasaanku terhadapmu takkan terhapus
Malam meringis
Tetes embun membasahi mata hatiku
Mencoba bertahan di atas puing-puing cinta yang t'lah rapuh
Apa yang ku genggam
Tak mudah utuk aku lepaskan
Berkali-kali aku mencoba untuk bangkit kembali
Ku lakukan semua itu karna tak mudah bagiku untuk melepas apa yang sudah ku genggam
Aku terlanjur cinta kepada mu
Dan t'lah ku berikan seluruh hatiku
Tapi mengapa baru kini kau pertanyakan cintaku
Akupun tak mengerti yang terjadi
Apa salah dan kurang ku padamu
Kini terlambat sudah untuk di persalahkan
Karna sekali cinta aku tetap cinta
Aku terlanjur mencintaimu
Terlanjur memberikan seluruh hati ku kepadamu
Bahkan aku tak mengerti dengan apa yang sedang terjadi saat ini
Beri tau aku, kesalahan dan kekuranganku terhadapmu
Sudah terlambat untuk saling menyalahkan
Dan sekalinya aku cinta, maka aku akan tetap cinta.
(Rossa – Terlanjur Cinta)
------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
NIH PART 5 NYA. VOMMENTS NYA BISA KALI YA? :)
KAMU SEDANG MEMBACA
Alfa
Teen Fiction"Awalnya, aku menjadikan perbedaan sebagai alasan agar aku tidak memperjuangkannya. Tetapi lambat laun, aku menyadari kehidupan di sekitar ku mempunyai banyak sekali perbedaan. Tidak usah jauh-jauh, kedua orang tua ku contohnya. Mereka mempunyai ban...