1 - Z

115 2 2
                                    

Utara, mentok ke timur, utara lagi, terus agak ke timur laut, terus.. Oke, gue pusing. Bathin Z merutuki peta yang dipegangnya.

Dua jam.

Dua jam penuh dia menelusuri peta kearah sekolahnya, dua jam dihabiskan bertanya ke ibu-ibu ngerumpi, dan dua jam pula dia... tersesat.

Z mengutuk dalam hatinya pada hari ini, pada jalanan sempit yang diputarinya, bahkan pada waktu yang bikin nih cowok telat di hari pertamanya masuk sekolah.
Hari ini, hari pertama dia sah jadi murid SMA Pelita, Z memutuskan berangkat jalan kaki. Meninggalkan tunggangan kebanggaannya, dengan alasan ribet baca peta. Z berangkat sejam lebih awal dari jam tutup pagar biar nggak telat, tapi yang didapatinya, jauh dari ekspektasi.

Bosan ditunjukin jalan oleh orang-orang yang terus bilang "Lurus aja mas, ntar perempatan kekiri, terus kekanan, mentok kekiri lagi ntar ada gang kecil lurus aja, terus ambil gang kedua dikiri, ntar disana ada warung tempat mbok jum, disana tanya lagi aja mas." Tau gitu kenapa lo nggak nganterin gue ajaaa? Jerit Z dalam hatinya.

Yah, Lengkap sudah penderitaan Z. Terimakasih pada orang tuanya yang sama sekali buta arah dan mewariskannya pada Z. Sudahlah pindah ditengah semester kelas 1 SMA, tinggal diperumahan rapat, dan.. buta arah. Hebat. Z taruhan, untuk semua koleksinya, dia bakal telat terus kesekolah.

Capek nyasar, akhirnya Z membiarkan kakinya menuntun kemanapun. Berusaha nggak mikirin rapetnya jalanan komplek ini, cuma berharap cepet nemu taksi kesekolah, verifikasi bentar dan cabut pulang. Kalo perlu Z bakal maksa supir taksi bolak-balik sekolah-rumah berkali-kali biar dia hapal jalannya. Z nggak pernah tau, langkah kakinya menuntun kemana.

Nggak menghitung jam yang berlalu dan matahari yang mulai membara, Z tetap jalan keluyuran. Banyak hal yang dijumpainya. Mulai dari pekuburan di tiap RT-RW sampai orang-orang yang punya hajatan. Kemudian Z keluar komplek membingungkan itu. Z mendapati dirinya ada di jalanan cukup lebar dan bersih. Jalan itu hanya searah, di kedua ujungnya membelok kearah berlawanan. Posisi Z ada ditengah antara kedua ujung itu. Capek karena terus-terusan berjalan, Z memutuskan duduk sebentar sambil selonjoran.

Angin mendesau mengibarkan rambutnya yang mulai panjang. Z menikmati hembusan angin dikepalanya, terbuai buat tidur bentar disini mumpung sepi. Pikirannya melayang kemana-mana, pikiran-pikiran abstrak, tanpa tujuan, cuma seliweran gambaran nggak jelas. Lalu telinganya menangkap derapan samar saat ia memikirkan kuda. Ah, kayaknya dia memasuki genjutsu. Makin lama derapan itu makin keras, kali ini diikuti gumaman samar. Dia memikirkan makanan sekarang. Derapan itu makin jelas dan gumaman tadi berubah jadi teriakan dikejauhan. Ah, genjutsu ini makin kuat. Z memikirkan kolam renang sekarang. Telinganya menangkap derapan tadi makin dekat dan teriakan-teriakan tadi kini penuh kemarahan. Tunggu, Z mikirin kolam, kenapa malah teriakan bar-bar yang...

Uh-oh. Merasa terusik ketenangannya, Z mencari sumber suara. Jantungnya berpacu, seluruh indranya waspada, diujung hatinya ada selipan rasa takut yang dengan cepat diabaikannya. Diujung kirinya, dalam hitungan detik segerombolan orang berlari bak kesetanan kearahnya. Teriakan-teriakan marah bersahutan diantara mereka. Beberapa membawa balok kayu, beberapa tangan kosong. Z menatap ngeri pada gerombolan bar-bar itu. Dia bersiap menyingkir dan membiarkan pasukan tak dikenal itu lewat. Kalau perlu, dengan senang hati dia merapat kepepohonan, menyatu dengan alam, membiarkan dirinya tersamarkan. Sesuatu yang jelas nggak mungkin.

Baru aja Z mau lari ke pepohonan seberang sana--udah setengah jalan sebenarnya--tiba-tiba seseorang yang berlari paling depat di rombongan itu menyalak.

"Jangan jari lo!" teriaknya.

Pandangannya nyalang, tertancap tanpa ampun pada Z. Tangannya terkepal erat, siap menyerang. Z yang merasa mendapat ancaman sedemikian rupa, mulai mengambil kuda-kuda. Ilmu material art yang selama ini dianutnya mengajarkan untuk berdiri tegak saat ditantang. Itu membuktikan dirimu kuat. Hajar duluan sebelum lo dihajar. Sungguh motto yang sesat.

ZTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang