[one]

24.6K 1.4K 60
                                    

Siang hari sangat cerah ditambah angin kencang berhembus mengibarkan rambut panjang berwarna coklat keemasan. Diapit dua orang saling menggamit, namun keceriaan sore hari berbeda dengan ketidak bahagiaan wajah ditekuk itu.

"Cepat!"

Tarikan paksa tak bisa diurungkan, lagi. Wajah masam terus meminta orang menemaninya ikut melangkah. Sejauh mata mendekat, ukuran tubuh dua orang dengan satu orang di tengahnya sangatlah beda.

Wajah ditekuk itu adalah seorang gadis cilik rata-rata tingginya sekitaran paha lutut atas paha orang dewasa terutama pria. Sedangkan dua orang lainnya, dua wanita dewasa mengenakan seragam putih selayaknya seorang baby sitter.

Pintu dibuka menggunakan tangan mungilnya, tetapi tidak sepenuhnya. Ada waiters membantu hingga tubuh kecil itu hampir terhuyung.

"Iih, lucunya!" pekik salah satu waiters ada di sana.

Apanya tidak lucu kalau seorang gadis cilik berambut coklat keemasan dikepang dua dengan ujungnya ikal, memiliki mata bulat seperti pipinya yang tembem. Aroma bayi di tubuhnya yang mengenakan dress lucu, ada pita besar warna merah di rok bawahnya. Kaos kaki renda dan sepatu mirip ballerina.

"Daddy Oli ana?" tanya gadis kecil itu kepada waiters masih terpesona. "Aunt, Daddy Oli ana?" teriaknya lagi mengguncang dua orang waiters kembali ke dunia nyata.

"Eh, eh? Maaf." Salah satu waiters mengecek nama di daftar tamu. "Atas nama siapa?"

"Ed--" Gadis kecil itu diam, matanya berkaca-kaca. Nama Daddy-nya memang susah disebut. Bahkan mata nanar terpaku ke baby sitter yang kasihan.

"Edward Golden, please."

"Oh," sontak waiters mencari. "Ada. Di ruang VVIP lantai dua. Apa mau saya antarkan?"

Uluran tangan kecil menggamit tangan waiters yang kaget. "Aunt, ajak Oli ke Daddy."

"Iya, Sayang."

Waiters dan baby sitter melangkah menuju lantai dua sembari menggenggam erat gadis kecil menyebut dirinya Oli--walau tak tahu nama aslinya. Susah menaiki tangga menanjak karena Oli tidak mau digendon---kalau bukan orang dikenal.

Setelah lima belas menit berlalu, barulah mereka sampai. Ketidaksabaran Oli mengedar pandangan mencari-cari namun tak dapat, Oli pun menatap menggunakan puppy eyes kesayangannya.

"Daddy ana?"

"Di sini," ajak waiters ke salah satu kamar di lorong tersebut, berhenti tepat di depan pintu. "Ini kamarnya, little girl."

"Uca!" perintah Oli memaksa, menunjuk pintu tersebut.

"Ya?" Waiters kebingungan memahami kata tersebut.

Entak kaki-kaki menimbulkan bunyi "beep" berkali-kali di sepatu berwarna cantik, akhirnya Oli menjijitkan kakinya dan mengulurkan tangan ke atas meraih gagang pintu.

Waiters mengembuskan napas, jantung berdentum takut anak itu terpeleset akibat ulahnya sendiri. Tangannya gemetar ketika menekan handle pintu, membuka secara perlahan. Sangat mengerti artian dari gadis kecil gagal meraih gagang tersebut.

Tetapi dorongan keras dari Oli menyebabkan pintu terdorong keras, membentur dinding dan mengagetkan dua orang sedang beradu mesra di dalam.

"What?!" teriak seorang lelaki tampan. "Ada apa ini?!"

Mereka bertiga sontak mengalihkan pandangan, membawa Oli agar disembunyikan atau ditutup matanya.

Siapa tidak menyangka, dua insan belum ada status pernikahan sedang menindih tubuh. Kalau bahasa kotornya, bergulat. Lelaki tampan itu berada di atas wanita yang telanjur pakaian atasnya tak ada. Kancing lelaki itu terbuka seluruhnya. Mereka terlihat berantakan.

G O L D E N ✔️Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang