Part 6

37.2K 3.6K 127
                                    

Aku memperhatikan beberapa pembantu termasuk Mimih yang sedang memasak sambil mengobrol. Acara komedi di televisi sama sekali tidak menarik minat. Bayangan Gaharu yang tiba-tiba bersikap kasar mendominasi isi kepala. Bagaimana tidak, cengkramannya dipergelangan tangan begitu kuat hingga menyisakan bekas kemerahan. Untuk sesaat, dia terlihat tidak segan untuk menyakitiku lebih dari itu.

Teriakan bernada pengusiran dan sorot tajamnya masih terbayang. Tidak pernah terbersit jika Gaharu mampu bersikap diluar kendali seperti tadi. Dia menarik paksa lenganku, setengah mendorong agar hingga aku keluar dari kamarnya. Semua itu hanya karena pertanyaan tentang benda seperti obat.

Waktu yang membosankan akhirnya berakhir ketika Mimih selesai bekerja. Kami hanya pamit pada pekerja rumah yang lain karena sosok Gaharu tidak terlihat. Dia sepertinya tidak beranjak dari kamarnya, setidaknya begitu yang kurasakan ketika tidak sengaja melirik ke arah jendela kamarnya saat pulang. Sesosok bayangan dibalik tirai memperhatikan kami yang berjalan menuju pagar.

"Gaharu anak yang baik tapi sebaiknya kamu tidak terlalu dekat dengannya." Celotehan Mimih setibanya kami dirumah tidak urung mengangguku.

"Memangnya kenapa dengan dia? Tidak biasanya Mimih membatasi dengan siapa aku berteman."

Mimih terus menghindar, mengalihkan pembicaraan pada hal lain setiap pembicaraan mengarah pada sosok Gaharu. Aku terus mendesak, mencoba menggali tentang kehidupan Gaharu yang terkesan ditutupi. Para pekerja di rumahnya bahkan tampak segan saat melihat keberadaan sosok laki-laki itu.

Mimih menyerah pada desakanku. Dia berpesan agar semua yang kudengar hanya akan tersimpan dalam memori.  Keluarga Gaharu termasuk salah satu yang terpandang di kota ini. Sebagai anak tunggal, sejak kecil dia cukup dimanjakan dengan semua kemewahan dan fasilitas yang tidak mudah didapatkan anak-anak pada umumnya.

Sayangnya, semua berbanding terbalik dengan kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang. Kesibukan kedua orang tuanya membentuknya menjadi laki-laki bertemperamen kasar dan egois. Kenakalan demi kenakalan di anggap sesuatu yang biasa, tidak jarang orang tuanya mengeluarkan uang dalam jumlah tidak sedikit untuk menutupi ulah putra satu-satunya.

Puncaknya terjadi beberapa tahun lalu ketika Gaharu masih kelas tiga sma. Rasa pada lawan jenis mulai tumbuh tetapi sayangnya, dia menyukai wanita yang tidak mungkin dimiliki. Gaharu menyukai salah seorang guru muda. Perhatian dan kebaikan wanita itu disalahartikan olehnya. Penolakan semakin membuat Gaharu menjadi sosok yang sulit di atur hingga suatu hari kejadian mengerikan terjadi.

Guru muda yang di sukai Gaharu dikabarkan terbunuh di perkebunan teh. Polisi memperkirakan motifnya karena dendam berdasarkan banyaknya luka pada tubuh wanita itu. Hingga detik ini pelakunya belum bisa ditemukan dengan alasan kurangnya petunjuk. Beberapa pembantu merasa aneh dengan cara Gaharu menyikapi masalah ini. Dia yang biasanya mudah tersulut jika  membahas tentang Guru itu malah terlihat tidak peduli.

Menurut salah satu pekerja di rumah mewah itu, ada dugaan  yang menyebut Gaharu terlibat pembunuhan itu dengan alasan perasaan tidak berbalas. Semua masih misteri karena semenjak peristiwa itu, orang tua Gaharu melarang keras siapapun membicarakannya masalah ini. 

"Hal itu memang masih belum terbukti tapi sebaiknya kamu menjaga jarak dengannya. Mimih perhatikan ada yang berbeda dengan anak itu."

Cerita yang Mimih bicarakan sama sekali diluar dugaan. Sulit membayangkan sosok Gaharu yang supel dan pintar ternyata mempunyai masa lalu yang kurang enak di dengar. Terlepas dari benar atau tidak, ada sedikit rasa kasihan terutama tentang kehidupannya yang kesepian.

"Itu cuma gosip mungkin Mih. Selama ini sikap Gaharu baik-baik saja, dikampus temannya juga banyak. Wanita yang suka padanya bukan hanya satu atau dua. Dia bukan tipe laki-laki yang kesulitan mendapatkan pacar."

Jika (completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang