24

1.2K 101 6
                                    

Skorsing selama sebulan yang diterima Farish dan Deva adalah waktu yang cukup, sangat cukup untuk berpikir dan menenangkan diri bagi keduanya, termasuk untuk Veranda.

Tentunya kejadian ini menjadi topik obrolan utama di Joitus dan di sekolah mereka. Namun, kejadian itu cukup mengajarkan banyak hal pada keduanya. Bagaimana akhirnya mereka tersadar dengan kelakuan bodoh mereka dan yang terutama mereka ternyata saling membutuhkan.

Sementara itu, Veranda akhirnya sudah berbicara terbuka pada Shania dan Naomi, menjadikan ketiganya lebih dekat. Home kembali seperti dulu, Shania, Veranda, bahkan Naomi ikut berkumpul di home.

Masih seminggu lagi hukuman Deva dan Farish berakhir, seharusnya keduanya tidak boleh keluar dari rumah. Tapi, tiba-tiba Farish menghubungi Deva dan mengajaknya untuk bertemu di lapangan T.

Deva pun menghampiri Farish yang sedang bermain bola dengan beberapa anak kecil.

“Farish! Apa lo gila?! Kalau kita ketawan-”

“Mau gimana, Va? Lo juga udah keluar dari rumah, kan?”

Farish menjawabnya sambil masih men-dribble bola, menendangnya ke gawang dan mencetak goal. Farish pun tersenyum lebar.

“Lagian bukannya kita harus menyelesaikan masalah kita?”

“Wah! Wah! Ada dua singa yang harusnya lagi dikurung, ngumpul, nih.” Ucap suara familiar dari kejauhan.

Farish dan Deva langsung melihat ke arah sumber suara berasal. “Re-Revan?!” Kaget keduanya bersamaan, terlihat Revan dan beberapa kawan-kawannya.

“Hmm? Kayaknya kaget banget. Apa dikurung buat kalian ciyut dan berubah jadi kucing?”

Sorry, Van. Kita lagi gak mau ribut. Permisi. Ayo, Rish!”

Deva menarik tangan Farish. Namun, Farish tidak bergeming dan tetap diam di tempatnya.

“Takut Deva? Yah. Gak apa-apa kalau lo gak ikut. Tapi, sepertinya temen lo itu gak akan pergi sama lo.”

Melihat suasana perkelahian yang sepertinya akan terjadi, anak-anak kecil di sekitar lapangan itu langsung pergi berlari.

“Tentu aja! Ayo kita selesaikan masalah kita, Revan!”

“Majulah Farish!!”

“Hiaa!!” Teriak Farish maju, anak buah Revan pun ikut maju.

“Ohh, please Farish.” Deva hanya bisa mengacak-acak rambutnya sendiri, sebelum akhirnya ikut menyerang. “Farish! Kita udah janji buat gak berantem lagi.” Deva berkata sambil menghindar serangan dari depan dan memukul orang yang ada disampingnya.

“Tiga hal K. Satu, ini bukan perkelahian antara kita.” Farish memukul seseorang di depannya. “Dua, kita berantem lawan orang lain.” Memukul orang yang lainnya. “Dan tiga, kita gak pake baju sekolah!” Farish lalu menendang orang disampingnya. “Lagian, urusan gw sama Revan belom selesai! Awas, Va!!” Ucap Farish kembali, lalu menendang orang yang ingin memukul Deva dari belakang.

Saat ini posisi Deva dan Farish saling membelakangi dikelilingi 12 orang murid Gaiden yang sudah terluka. Sementera Revan, menunggu sambil menonton mereka.

“Hmm. Baiklah cepat bereskan ini. Karena masalah kita juga belum selesai.” Saut Deva, mulai menyerang orang-orang di depannya.

I know it, Va!” Teriak Farish menghindar dari serangan 2 orang sekaligus. “Gimana kalau kita bicara masalah kita sekarang juga?” Tanya Farish sambil menonjok balik perut 2 orang itu.

Joifuru High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang