25

1.1K 104 3
                                    

Seminggu berlalu semenjak perkelahian Farish dengan Revan itu. Boby, Deni, Shania, Veranda dan juga Naomi berkumpul di home. Kelimanya begitu asik ngobrol hingga lupa bahwa sudah sebulan berlalu sejak Deva dan Farish dihukum.

SREK!

Bunyi pintu home dibuka. Dua sosok yang sebulan tidak terlihat itu kembali muncul.

"Wah! Wah! Jahatnya. Gak ada yang nyambut kedatangan kita." Ucap seorang yang gaya berpakaian dan rambutnya sedikit berantakan.

"Pada asik kayanya sampe lupa, nih." Timpal seorang lagi yang lebih rapih itu.

"Farish!" "K!" "Deva!" Teriak Boby dan Deni bersamaan, lalu menghampiri kedua sahabatnya itu.

"Surprise!!" Deva dan Farish teriak bersamaan sambil tersenyum.

"Jadi semuanya clear?" Tanya Boby.

"Yup! Clean and Clear." Jawab Deva.

"Jadi, kita udah bisa kumpul lagi kaya dulu?" Tanya Deni dengan mata berbinar.

"Iyap! Kenapa? Lu gak mau? Hah!" Tanya Farish balik pada Deni.

"Ihh! Gak gitu lah, my Bro." Deni merangkul Farish. "Udah ah. Ayo masuk! Jangan diluar aja, kaya ganjelan pintu aja berdiri disini mulu."

"Ah! Bisa aja kang batagor!!" Farish mengacak-acak rambut Deni.

Tiba-tiba Naomi berdiri dari duduknya. "Lebih baik, gw permisi." Naomi lalu berjalan melewati keempat pemuda itu.

"Tu-tunggu Kak Naomi!" Farish langsung mengejar Naomi.

"Kak Naomi!"

Deni ingin mengejarnya, namun tangannya tertahan Boby.

"Biarkan mereka menyelesaikan masalah yang belum selesai Nob. Mungkin, kita juga, Ve."

Mendengar ucapan Deva, Veranda bangkit menghampiri Deva untuk berbicara berdua.

Di atas atap gedung satu sekolah mereka, Veranda dan Deva berdiri menatap langit indah yang cerah di atas kepala mereka itu.

"Jadi, kalian udah berbaikan? Gak ada perkelahian lagi, kan?" Tanya Veranda membuka percakapan diantara keduanya.

"Hmm. Yah, dibilang gak ada perkelahian sih mungkin gak juga."

"Maksud kamu?" Deva hanya tersenyum cengengesan.

Saat Deva menceritakan apa yang terjadi sebelumnya pada Veranda, termasuk perkelahian dengan Revan itu, di koridor yang tidak jauh dari home, Farish dan Naomi berbicara berdua.

"Jadi, begitu Kak Naomi."

"Begitu apanya sih Farish?" Naomi terlihat kesal. "Kalau ngomong yang jelas dong."

"Gw. Eh, aku. Duh. Farish minta maaf soal semua yang kita, maksudnya yang Farish lakuin sama Kak Naomi." Naomi hanya diam. "Gw. Eh lah! Farish wa-"

"Kalau mau ngomong pakai 'gw' juga gak apa-apa kok. Asal lo tahu sopan santu aja."

Farish menatap gadis itu. "Sekali lagi, gw minta maaf. Gak ada maksud menyakiti atau apapun itu."

"Iya. Gw tahu kok." Naomi mengulurkan tangannya. "Damai and be friend?"

Farish tersenyum lebar dan menyambut uluran tangan Naomi.

"Emm. Mungkin lebih tepatnya jadi, calon sahabat ipar? Ada gak istilah itu?"

"Hah? Sahabat ipar??" Tanya Naomi dengan bingungnya.

"Ahh. Gak bukan apa-apa. Hahaha!"

Farish tertawa keras tidak jelas seorang diri. Membuat mereka yang sudah jadi tontonan makin jadi tontonan. Termasuk oleh dua orang adik kelasnya yang kebetulan lewat di dekat mereka.

Joifuru High SchoolTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang