The Killer

48 9 3
                                    

Thomas terbangun dari tidurnya saat aroma manis masuk ke hidungnya. Ia membuka matanya,

"Apa yang ibu masak untuk pagi ini?" Batinnya.

Ia menebak nebak apa yang akan masuk ke perutnya pagi ini. Ia bangkit dari kasur, berjalan menuju jendela dan membuka tirai yang menutupinya.
Thomas memicingkan matanya. Ternyata matahari sudah tinggi. Cepat cepat ia keluar dari kamarnya dan berlari menuju ruang makan.

"Pagi semua!" Sapanya begitu ia sampai di ruang makan.

"Pagi sayang...," Ava terlihat sibuk dengan panecakenya.

"Hei, kau baru bangun?" Tuan Sangster muncul dari pintu dapur.

Thomas tertawa kecil, "Aku terlalu menikmati tidurku tadi malam..."

"Duduklah, aku membuatkan teh hangat untukmu. Kau masih suka teh kan?" Tuan Sangster meletakkan teko teh dan beberapa cangkir ke atas meja makan.

Thomas mengangguk dan tersenyum, "Terimakasih," katanya. Thomas tak langsung duduk. Ia menghampiri ibunya untuk membantunya menyiapkan sarapan.

Tuan Sangster membuka semua jendela di ruang makan. Angin segar berhembus masuk. Aroma bunga dari kebun bercampur dengan aroma manis panecake. Thomas melongok ke luar jendela. Ia menutup matanya. Ia senang melakukan hal ini, sekalipun di dalam mobil. Melongokkan kepalanya keluar jendela dan membiarkannya diterpa angin. Ini membuatnya merasa nyaman.
Tiba-tiba, ia teringat kata-kata Tuan Sangster semalam.

"Apa dia tahu tentang Coliee...?" Tanyanya dalam hati.

"Mana Luke? Dia tidak sarapan?" Tanya Tuan Sangster begitu sarapan siap.

Dari ruang tengah, Luke berlari menuju ruang makan. Ia terlihat sudah siap dengan pakaian memancing, lengkap dengan topinya.

"Mmm...., aroma sedap apa ini?" Luke duduk di samping Ava.

Thomas dan Tuan Sangster saling berpandangan, heran dengan sikap Luke yang seperti anak kecil. Thomas jarang melihat ayahnya seperti ini. Luke terlihat sangat ceria, begitu juga Ava. Sepertinya menghabiskan liburan musim panas di sini adalah keputusan yang tepat. Ia berharap ini juga akan membuat perasaannya menjadi lebih baik.

Hari itu mereka habiskan dengan memancing di danau. Tak banyak ikan yang mereka dapat. Luke meminta pada Ava memasak ikan-ikan itu untuk makan malam mereka. Setelah makan malam dan sedikit perbincangan kecil, mereka memutuskan untuk mengakhiri hari ini dan cepat-cepat pergi tidur.

Thomas merebahkan tubuhnya di kasur. Hari ini terasa sangat melelahkan, tapi juga menyenangkan. Walaupun ia tak berhasil mendapatkan satu pun ikan di danau.
Thomas menyalakan ponselnya.

3 pesan diterima.

"Gally...,"
Ia membuka pesannya. Gally memintanya untuk segera kembali dari liburan dan datang ke sekolah. Akan diadakan acara baru di sekolah. Mereka membutuhkan Thomas untuk melakukan persiapan.
Thomas menghela nafas. Ia memejamkan matanya, mencoba untuk tidur. Thomas merasa haus dan memutuskan untuk pergi ke dapur mengambil minum dan beberapa makanan ringan.

Thomas berjalan menuju dapur. Langkahnya terhenti saat ia melewati ruang baca, ia mendengar suara ayahnya dan Tuan Sangster, sepertinya sedang membicarakan sesuatu. Thomas yang penasaran berjalan pelan mendekati pintu ruang baca yang sedikit terbuka.

".....ya, kejadiannya terasa sangat cepat"

"Aku turut berduka Luke,"

Percakapan itu bisa Thomas dengar dengan jelas. Dari celah pintu, ia melihat raut wajah ayahnya yang terlihat sedih.

"Sepertinya mereka sedang membicarakan kejadian itu," batinnya.
Tak banyak yang ia tahu tentang kejadian itu. Kejadian yang merenggut nyawa Coliee dan orang tuanya. Sebenarnya, dengan mengingatnya saja sudah membuat dadanya sakit. Tapi rasa penasaran Thomas membuatnya bertahan dan tetap berdiri di balik pintu.

"...........kecelakaan mobil?"

"Ya, kecelakaan tunggal. Mobil mereka menabrak pagar pengaman..., pagi itu sangat berkabut, jalan juga licin..." Luke menarik nafas dalam-dalam, ia melanjutkan kalimatnya.

"Jarang ada kendaraan yang melewati jalan itu, bahkan hampir tidak ada. Itu sebabnya mereka baru di temukan sore harinya...,"

"Andai saja mereka di temukan lebih awal, mungkin mereka bisa diselamatkan..."

"Pagi...?" Thomas merasa tenggorokannya tercekat.
Tiba-tiba kakinya bergetar hebat. Ia terhuyung ke depan dan membuat pintunya terbuka. Ia jatuh tersungkur.
Luke dan Tuan Sangster sangat terkejut. Cepat-cepat mereka berlari ke arah Thomas.

"Apa yang terjadi?? Kau baik baik saja?" Luke mengangkat tubuh Thomas dan mendudukkannya.

"Thomas...?"

Seluruh tubuh Thomas bergetar. Dengan sedikit terhuyung, ia mencoba bangkit.

"Apa yang terjadi?" Luke semakin bingung.

Dengan suara parau, Thomas mengeluarkan kalimat yang bahkan Thomas sendiri tidak pernah membayangkan akan mengatakannya.

"Ayah...., aku membunuh mereka...."

LockedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang