"Pagi, Mbak Kinan."
"Pagi, Nay. Tidurmu nyenyak?"
"Sangat, Mbak."
"Great. Di mana Mila?"
"Ke supermaket sama Surya, Mbak. Bahan kue ada yang habis."
"Pagi, Mbak Kinaaann."
"Pagi semuaaa. Kalian tidur nyenyak?"
"Sangaattt, Mbaakk."
"Bagus. Semangat untuk hari ini!"
"Semangaaaattt!!"
Itu rutinitas Kinan setiap pagi, menyapa para karyawannya di toko, para anak-anak muda yang enerjik dan penuh semangat. Karyawannya lima laki-laki dan lima perempuan, yang semuanya masih berumur antara dua puluh sampai dua puluh limaan. Bekerja dengan anak muda selalu menyenangkan karena mereka adalah jiwa-jiwa yang penuh dengan semangat.
Kinan masuk ke ruangannya untuk meletakkan tasnya. Setelahnya, ia mencopot jake tdan mengikat rambut panjangnya, kemudian keluar lagi dan langsung menuju dapur.
"Bonjour, Boulanger," sapa Kinan pada baker andalannya, Armand, pria asli Perancis yang tampan dan menggoda layaknya pria Perancis pada umumnya.
"Bonjour, Princesse," jawab Armand sambil tersenyum dan mencium pipi Kinan.
"Ayo kita bekerjaaa!!" Kinan berbicara penuh semangat hingga membuat Armand tertawa geli.
Macaron's cake shop. Kinan membuka toko kue ini dua tahun lalu saat dia selesai kuliah di INBP. Institut National de la Boulangerie Pâtisserie. Institut roti dan kue di Rouen, Perancis. Kenapa dia memakai nama itu? Because she's a macarons lover.
Ya, dia adalah pecinta kue-kue mungil nan lucu itu. Sejak dia kecil, Bundanya yang asli Perancis selalu membuatkannya kue macaron. Hingga dia besar cita-citanya untuk menjadi boulanger tak pernah padam, dan itu semua terwujud dua tahun lalu setelah dia lulus dengan memuaskan dari institut roti terkenal di dunia itu.
Lebih beruntungnya lagi, Armand, seniornya saat kuliah dulu mau membantu usahanya ini dan ikut tinggal di Jakarta, sekalian menanamkan modalnya. Toko kue ini memang usaha Kinan sendiri tanpa campur tangan dari ayahnya. Jadi secara resmi toko ini miliknya dan Armand.
Akan tetapi, tentu cake shop ini tak hanya menjual macaron. Ada berbagai jenis cake dan kue di sini yang semuanya dibuat oleh mereka berdua. Karyawan mereka yang berjumlah sepuluh orang itu hanya bertugas melayani pembeli dan mengantarkan pesanan. Mereka sengaja tidak mempekerjakan orang lain di dapur demi menjaga kualitas rasa kue yang selama ini mereka jual.
Cake shop ini juga melayani pembeli yang ingin menyantap kue di tempat. Kinan terinspirasi dari dosennya yang juga mempunyai cake shop dan cafe sekaligus. Meskipun tidak sebesar milik dosennya, tetapi Kinan sangat bangga dengan tokonya. Usahanya dua tahun ini mulai menampakkan hasilnya. Dia bisa mencicil apartemen dan mobil dari hasil kerja kerasnya ini.
"Kee, bagaimana kalau kita mencoba menu macarons baru?"
Kinan menoleh pada Armand. "Rasa apa?"
"Jahe," ucap Armand sambil menyeringai.
"Jahe? Kau serius, Ar? Apakah akan enak?" Kening Kinan berkerut membayangkannya. Apa itu mungkin? Kinan bukan jenis boulanger yang suka berkreasi seperti Armand.
KAMU SEDANG MEMBACA
LOVE and MACARONS (Tersedia Cetak Dan E-Book)
General FictionTERSEDIA EBOOK di PS, KUBACA APP, KARYAKARSA Temui Kinanthi. Wanita cantik 24 tahun pemilik cake shop yang tidak berani untuk jatuh cinta lagi. Temui Arjuna. Lelaki tampan 27 tahun seorang dokter anak yang tidak bisa move on dari cinta pertamanya. S...