4. Bertemu Lagi

98K 8.3K 107
                                    

Erika Bramastya:
Kee, besok tolong bawa Al check up ya.

Kinan Bramastya:
Al sehat kok, Mbak. Ada apa?

Erika Bramastya:
Al memang sehat, Sayang. Dia hanya perlu check up rutin tiga bulan sekali. Ke Prakasa Medika ya, dengan dokter Romy jam tiga sore.

Kinan Bramastya:
Prakasa Medika???? Tidak ada rumah sakit lainnya?

Erika Bramastya:
Itu rumah sakit langganan sejak Al lahir, Sayang. Pleaasee...

Kinan Bramastya:
Oke, fine! Demi Al. Mbak kapan pulang?

Erika Bramastya:
Miss me already, huh? ;)

Kinan Bramastya:
Miss my freedom already.

Erika Bramastya:
Sabar ya, Adikku sayang. Bunda kan pulang lima hari lagi. ;D

Kinan memutar bola matanya membaca pesan terakhir Erika itu. Lima hari lagi! Untung saja Al termasuk balita yang tidak rewel. Dan dia juga sudah sejak bayi dekat dengan Kinan. Bahkan, Al memanggilnya bunbun karena dulu saat dia bicara pertama kali adalah saat Al dititipkan pada Kinan. Kata 'bunbun' adalah yang pertama dia ucapkan saat memanggil Kinan. Sampai sekarang dia memanggil Kinan dengan Bunbun dan dia memanggil ibunya, Nda.

Dan apa tadi Erika bilang? Prakasa Medika?

Kinan merasa sudut hatinya teriris. Dia tak pernah berhubungan dengan keluarga Prakasa lagi sejak dua tahun lalu. Dia belum siap. Bukan, dia tidak siap. Tidak akan pernah siap.

"Mbak Kinan?"

Kinan menghapus sudut matanya sebelum menoleh. "Ya, Nay?"

"Ada yang mau ketemu. Mau pesen kue," lapor Naya.

"Armand kemana?"

"Monsieur keluar sebentar. Mau ketemu temannya katanya."

"Kamu disini dulu ya? Jagain Al." Kinan bangkit dari ranjang dan bergegas keluar dari kamar untuk menuju ruang kerjanya. "Mila, suruh tamu saya masuk ya?" ujar Kinan sebelum masuk ke ruangannya.

Mila mengangguk dan memanggil orang yang akan memesan kue.

"Mbak Kinan, ini tamunya," kata Mila disusul sosok tinggi di belakangnya.

Kinan mendongak.

"Nakula???"

"Mbak Kinan!!"

Teriak mereka bersamaan. Bedanya, Kinan berteriak ngeri plus kaget, sedangkan Nakula berteriak senang.

"Mmh...ngg...silakan duduk," kata Kinan dengan gugup. Ini pertama kalinya dia bertemu Nakula lagi setelah dua tahun berlalu.

Nakula masuk dan duduk di sofa. Kinan duduk dihadapannya memegang katalognya dengan erat.

"Mbak Kinan apa kabar?" tanya Nakula riang. Jelas sekali dia sangat senang bertemu Kinan.

"Ba...baik, Nakula," Kinan kembali menjawab dengan gugup. Dia bahkan hanya mampu menunduk menatap katalognya.

"Mbak Kinan kenapa nggak pernah ke rumah lagi? Bunda kangen, Mbak," ucap Nakula dengan lembut.

Kinan memberanikan diri menatap Nakula. "Maafkan aku. Aku..."

"Bunda menyesal sudah menyalahkan Mbak waktu itu. Bunda ingin ketemu Mbak, ingin minta maaf. Tapi Bunda takut mbak Kinan nggak mau maafin Bunda."

"Sudahlah, Nakula, aku sudah melupakan itu." Dustanya dengan senyum perih. Tentu saja dia tidak akan melupakan hari itu. Hari dimana dia di caci maki oleh ibu Nakula itu.

LOVE and MACARONS (Tersedia Cetak Dan E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang