5. Bayangan Masa Lalu

90.3K 8.2K 121
                                    

Kinan menidurkan Al di kamarnya, menyetel AC agar tidak terlalu dingin, dan beranjak ke kamar mandi. Dia butuh berendam. Kinan terisak pelan di kamar mandi. Kinan merindukannya.
Merindukan sosok yang telah pergi itu. Bahkan setelah dua tahun, ia masih belum bisa melupakan sosok itu, belum bisa berhenti menyalahkan dirinya sendiri bahwa dialah penyebab semua itu.

"Mas Yudis, maafin aku," bisik Kinan pelan entah pada siapa. Dia bangkit dengan cepat dari bathub dan meraih kimononya lalu keluar dari kamar mandi. Tangannya meraih sebingkai foto dan membawanya ke balkon. Kinan duduk di kursi seraya memandangi foto itu. "Mas, aku kangen kamu," bisiknya lirih. Sebulir bening kembali lolos di pipinya.

Lelaki itu, Yudisthira Akbar Prakasa, anak sulung keluarga Prakasa, kakak dari Nakula.
Kinan mengenal lelaki itu tiga tahun lalu di Laduree. Ingatan Kinan kembali melayang ke masa dimana dia bertemu Yudis pertama kalinya.

Flashback on...

"Kee, belikan aku macarons Laduree yaaa, pleaseeee," pinta Aimee, sahabat sekamarnya, pada suatu malam yang dingin di bulan Desember.

Kinan melihat jam dinding dan memutar bola matanya."Astaga Ai, ini sudah hampir jam sepuluh malam! Toko itu pasti sudah hampir tutup. Aku buatkan saja besok pagi ya?"

Aimee menggeleng. "Please, Kee, ini permintaan bayiku," ucapnya sambil mengelus perutnya yang sedikit buncit.

Kinan mendesah. Selalu, senjata itu yang Aimee gunakan."Oke, fine. Aku carikan sekarang. Tapi jangan salahkan aku jika aku tak mendapatkannya!" Kinan bersiap memakai mantelnya karena udara di luar sangat dingin.

"Merci beaucoup, my dear," pekik Aimee senang seraya memeluknya.

"Aku akan meminta upah lembur pada Matt!" kata Kinan kesal disambut tawa Aimee.

Matt adalah tunangan Aimee. Saat ini pria itu sedang pulang ke negara asalnya, Inggris, jadi Aimee menginap di apartemennya. Sebenarnya apartemen mereka bersebelahan, tapi karena Aimee sering tiba-tiba menginginkan sesuatu seperti malam ini, maka Matt 'menitipkannya' pada Kinan.

Kinan turun ke lantai satu dan memutuskan berjalan kaki karena letak apartemennya dan Laduree hanya beberapa blok saja. Ia berjalan cepat sambil memasukkan tangannya ke dalam saku mantelnya untuk mengurangi hawa dingin. Dia takut toko kue itu akan tutup. Jika sampai dia tidak mendapatkan kue itu pasti Aimee akan marah padanya.

Karena sudah malam, Kinan tak perlu mengantri untuk membelinya. Giliran Kinan setelah seorang pria muda selesai bertransaksi.

"Tolong, beri aku satu set macarons," pinta Kinan pada pelayan muda di balik meja.

"Mohon maaf, Nona, macarons kami sudah habis. Monsieur tadi yang terakhir membelinya. Anda bisa kembali besok," jawab gadis muda itu dengan sopan.

"Tolonglah, tidak adakah satu set lagi untukku? Temanku sedang hamil, dia sangat ingin memakan macarons dari sini," pinta Kinan memelas.

"Maafkan kami, Nona, sudah tidak ada persediaan lagi."

Kinan menunduk lesu. "Baiklah, terima kasih," katanya sambil meninggalkan toko kue legendaris itu.

Salju mulai turun. Kinan memakai topi rajutnya dan kembali berjalan, kali ini lebih pelan. Dia duduk di bangku kecil di pinggir jalan dan menunduk memandangi sepatunya yang terkena salju yang turun.

LOVE and MACARONS (Tersedia Cetak Dan E-Book)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang