Ketika pagi baru saja menjelang dan sang matahari pun mulai mengintip malu-malu dibalik awan tipis yang ikut hadir menghiasi langit pagi di awal musim semi.Sinar matahari pagi mulai menyusup di balik tirai jendela kamarku dan menggodaku untuk segera membuka mata.
Aku pun menggeliat di balik selimutku dan masih sibuk bergelung dibawah sana. Nyaman rasanya. Aku tak mau bangun sepagi ini. Tapi lagi-lagi secercah cahaya itu datang menggodaku untuk segera bangun. Menawarkan keindahan yang terjadi di luar sana.
Ku rentangkan tanganku keatas dan membuka mataku perlahan. Awalnya terlihat samar dan semakin lama semakin jelas.
Aku pun segera turun dari ranjangku dan mengambil langkah kecil untuk membuka jendela kamarku. Aku memandang ke segala penjuru pekarangan belakang rumahku dari atas sini.
Embun pagi masih menjejak pada rumput-rumput di sekitar pekarangan rumahku. Bunga-bunga yang awalnya masih kuncup sekarang tengah berlomba-lomba untuk bermekaran seolah-olah ingin menunjukkan pesonanya masing-masing.
Aku pun menarik seulas senyum melihat pemandangan yang menyambutku saat ini.
Oh indahnya jika dunia selalu seperti ini..
Saat aku berbalik hendak masuk ke dalam kamar, aku melihat kearah sudut balkon. Aku hampir melupakannya. Aku pun segera menghampirinya. Lalu meletakkannya diatas meja.
Ya itu adalah bunga lily.
Bunga lily adalah bunga kesukaanku. Jika kalian bertanya mengapa aku menyukai bunga lily jawabannya adalah karena bunga lily melambangkan ketulusan dan kelembutan. Sesederhana itu. Dan alasan lainnya kenapa aku menyukai bunga lily, karena lelaki itu. Lelaki yang amat sangat ku cintai.
Sesederhana itu... Semudah itu...
Flashback on
"Annn" awas jangan lari-lari nanti kau akan tergelincir dan jatuh? teriak seorang lelaki yang sudah berumur kira-kira tengah mencapai kepala tiga.
"Iya Paman Sam.. aku akan berhati-hati" ujarku sambil berteriak ke arahnya dari kejauhan.
Saat itu aku masih berusia 8 tahun. Aku sedang membantu Bibi Elina memetik berbagai macam sayuran dan buah-buahan di kebun belakang rumah mereka. Dulu aku sering sekali berlibur di tempat tinggal pamanku yaitu Negeri kincir angin. Entahlah aku hanya saja selalu menyukai hal-hal yang berbau atau berhubungan dengan Belanda.
Aku berusaha membantu bibi mengumpulkan tomat ceri dan beberapa buah strawberry kedalam keranjang yang telah tersedia. Sebenarnya hari ini kami akan sedikit memberi kejutan kepada ibuku karena hari ini ibuku berulang tahun. Aku tersenyum sendiri memikirkan hal itu. Aku tidak sabar melihat bagaimana reaksi ibu saat kami semua memberikan kejutan kepadanya."Honeyy... bibi masuk dulu ya, karena bibi harus membersihkan tomat-tomat ini.. apa kau mau ikut?" tanya bibi sambil tersenyum memandangku dan sebelah tangannya yang tidak memegang keranjang mengelus pipiku dengan lembut.
"Iya bibi.. aku kan juga ingin mempersiapkannya, tapi aku masih ingin memetik bunga dulu yang ada disana" ujarku sambil mengarahkan jari telunjukku kearah segerombol bunga di hamparan padang bunga di depan pekarangan rumah kami.
"Baiklah sayang... tapi kau harus tetap berhati-hati" Ucap bibi sambil mengangkat telapak tangannya ke atas. Mengajak tos.
"Siap laksanakan..." Balasku sambil tersenyum dan membalas tos dari bibi.
Dengan riangnya aku melangkahkan kakiku menuju ke hamparan padang bunga. Disini selalu menjadi tempat favorit saat aku berkunjng ke rumah paman. Dengan segera aku memetik bunga yang ada di hadapanku. Awalnya aku tak tau itu bunga apa, sampai pada akhirnya..
KAMU SEDANG MEMBACA
Liana Alexander
Storie d'amoreApakah aku bisa hidup tanpanya? Apakah aku bisa merelakannya bersama yang lain? -Liana Alexander- Aku masih mencintainya Namun takdir memang tak berpihak padaku dan cintanya -Reno Miller- Aku sangat menginginkannya Aku harus bisa memisahkan mereka d...