Akibat Seonggok Pulpen

119 10 1
                                    

Sina bukanlah seorang gadis cantik yang populer, namun ia juga bukanlah gadis jelek ataupun kutu buku yang menjadi sasaran bagi para pembuli. Namun, Sina juga bukanlah gadis biasa yang kehidupannya juga biasa, akan tetapi, gadis itu setingkat lebih tinggi dari gadis yang menjadi sasaran para tukang buli. Gadis itu memang dibuli, tapi setidaknya pembulian terhadapnya tidaklah parah.

Gadis itu kini tengah berdiri di samping tempat duduknya, meratapi keadaan mejanya yang berbeda dari sebelum gadis itu pergi ke kantin untuk membeli makanan. Sekarang jam istirahat, dan makhluk penghuni kelasnya lebih sering bergentayangan di kantin ataupun di luar kelas, jadi gadis itu tidak tahu siapa yang bertanggung jawab atas mejanya.

Gadis itu ingin beranjak pergi, namun matanya menangkap sesuatu yang menarik pengelihatannya. Itu adalah benda yang menunjukkan siapa yang bertanggung jawab atas mejanya. Tak lama, sang pelaku memasuki ruangan, Sina menghampirinya lalu menatap sang pelaku--sebut saja Mawar--dengan datar.

"Jadi kamu yang melakukannya." tuduh Sina.

Mawar hanya tersenyum sinis, "Kalo iya kenapa?"

"Sudah berapa kali aku peringatkan untuk berhenti melakukan itu. Kamu pikir aku hanya akan diam?" Sina mulai geram.

"Yah, lakukan saja apa yang kau mau. Aku punya cukup banyak anak buah kau tau?" Mawar menyeringai.

"Ini yang terakhir kali."

Lalu Sina berbalik, ia kembali duduk ke mejanya. Tak lama bel masuk berbunyi, para penghuni kelasnya kembali, namun Malaikat Maut tak kunjung datang. Lima menit berlalu, sang Ketua yang tadinya pergi mencari sang Malaikat Maut kembali dengan wajah bahagia.

"Sekarang jamkos Bu Indah nggak masuk!" seru sang Ketua bersemangat.

Disambut oleh seruan bahagia dari para penghuni kelas. Kini Sina gabut, dirinya memutuskan untuk pergi ke koperasi sekolah untuk membeli penggaris dan beberapa pulpen. Lalu ia menaruh barang-barangnya itu di atas meja dan pergi ke kamar mandi.

Sekembalinya Sina ke kelas, alangkah terkejutnya gadis itu, mendapati keadaan mejanya seperti saat istirahat. Diliriknya meja Mawar, gadis itu berniat membalas perbuatan Mawar, beruntungnya Mawar sedang tidak berada di tempat. Diambilnya sesuatu di atas meja Mawar lalu membuangnya keluar jendela.

Jam selanjutnya, sang Malaikat Maut yang lain datang dengan membawa kabar tak mengenakan.

"Hari ini ulangan sejarah bab empat."

Dibalas seruan kecewa dari penghuni kelas dan sebuah umpatan kecil dari pelaku pembuli Sina. Menengok ke kanan dan kiri Mawar mencoba mecari barang pinjaman pada sekitarnya. Namun, tak ada yang mau meminjamkan, alhasil Mawar mengangkat tangannya untuk izin keluar sebentar.

###

Sudah jam pulang sekolah, namun Sina masih berada di dalam kelasnya bersama dengan Mawar dan antek-anteknya.

"Kan sudah ku bilang, aku punya cukup banyak anak buah, tapi kau masih berani macam-macam." Mawar berkata sambil menjambak kasar rambut Sina.

Sina meringis, ternyata jambakan dari Mawar sakit juga.

"Kau akan menerima balasannya."

Ditariknya Sina keluar kelas, lalu Mawar dan antek-anteknya membawanya ke dalam toilet, menguncinya di dalam salah satu bilik toilet lalu menyiramnya dengan air dari luar.

Setelah suara tawa yang terdengar dari luar mulai menghilang, Sina kebingunan, bagaimana caranya ia keluar nanti. Tidak mungkin ia berada di sini sampai esok, dan lagi ia sudah merasakan sakit di perutnya, sepertinya ia naber. Untungnya ia ada di toilet, namun dari yang ia lihat di dalam toilet, tidak ada air dalam ember yang ada di sana, keran air juga mati.

Air yang ada di kloset berputar, padahal Sina tak melakukan apapun. Dan dari sana muncullah sesosok cogan.

"Akhirnya, saya bisa bertemu dengan Tuan Sina." cogan itu berkata.

"Siapa kamu?" Sina bertanya, sedikit takut karena berdua dengan laki-laki di dalam toilet.

"Apakah Tuan Sina tidak mengingat saya? Saya pelayan Tuan Sina." sang cogan berkata dengan nada sedih.

"Apa maumu?"

"Saya ingin membawa Tuan Sina kembali ke Dimensi 4 bersama saya."

Sina tahu, adegan ini sangat klise jika dalam cerita-cerita fantasi yang biasanya ia baca. Namun, Sina tak menyangka bahwa kejadian itu sedang ia alami sekarang. Aneh memang, karena Sina berada di dunia nyata dan bukan dalam cerita.

"Tidak terima kasih. Aku tidak mau mencari barang yang digunakan untuk menghancurkan atau menyelamatkan dunia, atau disuruh mengalahkan musuh yang tujuannya menguasai dunia, atau menjadi sosok yang diramalkan akan membawa kesejahteraan pada dunia.

"Aku nyaman berada di dunia yang (cukup) indah ini, aku nyaman berada di kasurku seharian sambil mendengarkan musik dan membaca cerita, aku nyaman berada di sekolah yang memiliki (banyak) siswa membosankan. Jadi, terima kasih atas tawarannya aku tidak tertarik." gadis itu berkata panjang lebar.

"Tidak kok, Tuan Sina tidak akan disuruh seperi itu. Tuan Sina hanya harus menjaga barrier perbatasan Dimensi 4, jangan khawatirkan musuh karena sejak lima tahun lalu, kekuatan musuh sudah melemah." makhluk itu berkata.

"Tetap saja, aku tidak mau." Sina ngambek.

"Saya jamin Tuan Sina akan bahagia dan nyaman berada di Dimensi 4. Tuan Sina, kalau pun terjadi apa-apa di Dimensi 4 saya akan selalu berada di samping Tuan Sina, sebagai pelayan yang baik."

Sina sedikit baper, apalagi jika empat kata terakhirnya dihilangkan. Namun, Sina tidak rela jika harus baper dengan cogan yang tidak jelas ini.

"Saya akan melakukan cara apapun untuk membawa Tuan Sina ke Dimensi 4." cogan itu kembali berkata.

Oke sip! Sina berseru dalam hatinya.

Sebenarnya Sina tidak tertarik untuk pergi ke Dimensi 4, walaupun mungkin saja kehidupannya disana bisa lebih baik. Namun, Sina belum siap, ia belum siap melepaskan kepergian kasur tercintanya dan juga wifi tetangga yang sudah ia bobol dengan susah payah.

"Memang apa untungnya buatku?" tanya Sina.

"Jika Tuan Sina bersedia kembali ke Dimensi 4, kita berdua bisa hidup bahagia selamanya." jawab sang cogan.

Oke sip!.2

Jujur saja, walaupun mem-baper-kan, namun itu juga terdengar seram. Sina tak ingin kehidupannya dihabiskan dengan berduaan bersama makhluk tak jelas itu.

"Ayo kita pergi!"

Digenggamnya tangan kanan Sina, lalu keadaan disekitar mereka mulai bergoyang-goyang. Dan saat keadaan mulai kembali normal, Sina dan sang cogan tengah berada di toilet, namun lebih bagus dari sebelumnya.

"Selamat kembali ke Dimensi 4, Tuan Sina."

Oke sip!.3

Sina tidak tahu kronologi kejadiannya, namun yang pasti. Ini semua disebabkan oleh seonggok pulpen hitam, bermerk Iskandar, yang telah diambil oleh Mawar.

Oke sip!.4

Sepertinya Sina butuh Aqube.

###

ZheBheCheh

Sina AdventureTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang