Troll sudah kembali, ditangannya terkumpul buah-buahan dan beberapa ekor ikan. Di pundaknya terdapat Vaery yang tengah terduduk sambil memperhatikan luka-luka di tubuhnya.
Sina yang tadinya tertidur kini sudah bangun, dipindahkannya kepala Fasco yang tadinya bersandar dipundaknya menjadi bersandar ke pohon. Sina bangkit, membersihkan bagian belakang rok nya dan mendekat ke arah Troll.
"Kau istirahat lah, aku akan memasak." ujar Sina sambil mengambil beberapa ekor ikan.
Troll mengangguk paham, "Bolehkah peri ini ikut bersama kita untuk sementara?" lanjutannya sambil menunjukan Vaery pada Sina.
"Tak masalah selama tak mengganggu." jawab Sina tanpa menoleh.
Sina mencari beberapa kayu bakar yang ada disekitar tempat mereka beristirahat, saat dirasa cukup Sina mulai menyalakan api di kayu bakar tersebut. Ditusuknya ikan-ikan tersebut dan dibakarnya, sembari menunggu Sina mencari air untuk diminum, karena Troll lupa mengambil air.
Disisi lain, Troll yang tengah terduduk di samping Fasco yang sedang tertidur mulai merasakan ada gerakan di lengannya. Saat dilihat, ternyata Fasco tengah memeluknya sambil menggumamkan beberapa kata.
"Tuan Sina." igau Fasco.
Troll hanya mendelik, dirinya berusaha menjauhkan diri dari Fasco, sedangkan Vaery yang berada dipundaknya hanya tertawa melihat kelakuan Troll dan Fasco.
"Tuan Sina."
Tawa Vaery semakin keras, pasalnya kali ini Fasco berusaha mencium Troll. Langsung saja Troll mendorong bibir Fasco yang sudah dimanyun- manyunkan yang membuat sang empunya terbangun.
"Serangan!" kata Fasco tersentak.
"Diam lah!" bentak Troll galak.
Fasco menciut, namun saat menyadari Tuan Sina kesayangannya menghilang Fasco menjadi panik.
"Dimana Tuan Sina?" tanya Fasco.
"Memasak." jawab Troll.
Fasco yang masih panik berlari mendekati tempat Sina memasak, namun karena Sina sedang mengambil air Fasco jadi tak menemukan siapa-siapa.
"Tidak ada." kata Fasco masih panik.
Troll mendekat, "Paling ia sedang mencari sesuatu."
"Bagaimana kalau Tuan Sina dalam bahaya?"
"Dia pasti baik-baik saja."
Fasco ingin menangis, matanya sudah berkaca-kaca. Ia merasa tak becus menjaga Tuannya, ia merasa tak berguna dan otaknya dipenuhi pikiran negatif. Namun, saat air mata Fasco ingin mengalir datanglah Sina.
"Kalian sedang apa?" tanya Sina.
Belum mendapat jawaban Sina sudah diserang oleh pelukan dari Fasco yang tiba-tiba, segera saja didorongnya tubuh pelayannya itu.
"Syukurlah Tuan Sina tidak apa-apa." ujar Fasco terharu.
Sina mendengus, dirinya sudah menebak apa yang terjadi saat ia pergi.