Aku membuka mata ku perlahan. Kukedipkan mataku beberapa kali karena masih terasa perih. Aku segera bangun dan duduk di pinggir tempat tidurku. Kulirik jam yang terduduk di meja sebelah tempat tidurku sejak seminggu yang lalu. Tepatnya saat aku pindah ke apartemen ini.
Jam menunjukkan pukul 10 pagi. Aku membelalakkan mataku seketika. Aku segera mencari i phone ku, memastikan jam bekerku tidak rusak. Ternyata benar, sekarang pukul 10 pagi. Dan yang lebih parah, i phone ku penuh dengan notifikasi dari Taylor. Entah itu i messages, panggilan telepon, pesan snapchat, DM ,email ,ratusan voice mail,dan masih banyak lagi. Intinya, dia berkata hal yang sama pada semua sosial media yang ku miliki.
"Oh, hebat Ash!! Bersiaplah menjadi tuli!!"
Kalau aku bertemu dengan Taylor setelah ini, pasti dia akan mengomeliku karena aku tidak masuk kuliah hari ini, di hari pertamaku. Aku membanting diriku sendiri ke tempat tidurku. Bagaimana bisa, setelah mimpi seperti itu, aku bisa tidur nyenyak selama berjam jam?! Seharusnya aku berangkat satu setengah jam yang lalu. Payah!!
Setelah beberapa menit berbaring sambil memejamkan mataku, akhirnya kuputuskan untuk pergi keluar apartemen untuk sekedar berjalan jalan. Mungkin udara segar bisa membuatku lupa akan mimpi mengerikan itu.
***
Salju terhampar luas di jalanan kota Sydney. Mungkin semalam hujan salju. Aku pun memutuskan untuk memakai scarf dan jaket tebal. Rambut cokelatku kubiarkan tergerai begitu saja. Lalu aku keluar dari pintu apartemen lalu berjalan di trotoar jalan. Aku jauh lebih menyukai salju daripada hujan. Karena hanya ada 2 musim dingin di dunia ini, hujan dan salju. Dan sejak aku mendapat mimpi aneh tentang hujan, perasaanku tidak pernah tenang saat hujan datang.
Setelah berjalan cukup jauh, aku melihat kios starbuck tak jauh dari tempatku berdiri. Aku segera mampir dan memesan. Tidak ada yang mengantri, hanya ada 2 orang. Aku segera mengambil antrian di belakang orang ke-2. Setelah beberapa menit mengantri, akhirnya tiba giliranku.
"Hot caramel mocha, please" kataku pada pelayan sambil menyerahkan beberapa pounds. Pelayan itu segera menulis pesananku.
"Dan siapa namamu?"
"Ash. Ashley"
"Okay. Ash-ley" katanya sambil menulis namaku pada salah satu gelas kopi
"Silahkan duduk, pesananmu akan segera datang"
Aku melihat sebuah meja kosong di dekatku. Dan aku segera duduk di sana. Aku tidak melakukan apa pun selama menunggu. Hanya diam dan berfikir apa yang harus ku lakukan setelah ini. Apakah aku harus menelepon Taylor dan bertanya ada informasi apa selama di kampus tadi?
Tapi, jika aku menelephonenya, pasti dia akan mengomeliku tanpa henti selama berjam-jam sampai telingaku terasa sakit. Oh tuhan, kenapa hanya dia yang kukenal di kota menyebalkan bernama Sydney ini?! Andai saja di bukan sepupuku, pasti sudah ku bunuh dia dari dulu!
"Don't wanna be an american idiot.!!. Don't want a nation und-" I phoneku berdering, menandakan panggilan masuk. Oke, silahkan judge aku karena aku suka Green Day. Sialan! Taylor meneleponku! Duh, bagaimana ini? Apa aku harus mendengarkannya mengoceh seharian?! Ya tuhaaan.
"Halo, Tay.."
"OH AKHIRNYA KAU ANGKAT JUGA TELEPON DARIKU KEMANA SAJA KAU KENAPA KAU TIDAK MASUK DI HARI PERTAMA KITA SEKOLAH KAU TAU TIDAK TADI DI KAMPUS ADA ANAK GANTENG BANGET NAMANYA HA--"
"Whoa, Tay, Tay, bisakah kau sedikit memelankan suaramu?!"
"TIDAK BISA AKU SANGAT BAHAGIA SEKARANG KAU TAU TADI DI KAMPUS AKU BERTEMU DENGAN MANUSIA TERTAMPAN NAMANYA HAR--"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Clan - Irwin
FanfictionKenyataan itu menyakitkan, Ashley. Jangan berpikir kau tau siapa dirimu, sebelum kau benar benar tau. Jangan pernah berbohong, karena ia pasti akan mengetahuinya. Jangan pernah mencintainya karena kau berbagi tubuh dengan seseorang yang juga mencint...