Chapter 2

42 4 5
                                    

Hah! Aku memekik begitu aku terbangun. Mimpi itu lagi. Dan sekarang aku tepat di bawah sofa, pukul 1 malam. Hebat! Sekarang mimpi aneh itu mengahantuiku lebih awal. Apakah mimpi itu akan datang 2 kali hari ini?!

Aku bangun dan duduk di sofa. Kulihat banyak remah-remah chips di mana-mana. Novel yang kubaca tergeletak di sekitar remah-remah itu. Aku sudah selesai mambacanya, ceritanya cukup keren. Aku suka dengan judulnya, 'Twilight'. Andai aku memiliki Edward-ku sendiri. Tapi itu hanya salah satu mimpi liarku saja, mungkin. Well, tidak ada vampire hidup di jaman seperti ini. Aku tidak percaya hal-hal seperti itu.

Aku tersadar dari lamunanku, tanganku lengket karena kemarin aku membaca sambil memakan chips ku. Niatku untuk membersihkan kamarku pun tergugah. Aku berdiri dan berjalan gontai menuju kamar mandi. Aku mencuci tanganku dan wajahku. Rasa kantukku sedikit hilang sekarang.

Setelah membersihkan diriku dari siksaan remah chips yang membuat lengket dimana-mana ini, aku segera mengambil sapu dan mulai menyapu sekitar sofaku. Membersihkan kamar bukanlah hal yang mudah untuk Ashley Abigail Heyden. Ibuku tidak pernah memperbolehkan aku untuk melakukan hal semacam ini. Aku tidak tau mengapa. Tapi jika aku mengeluh atau semacamnya ibuku pasti merasa sangat bersalah. Padahal sih aku biasa saja.

Setelah beberapa menit, akhirnya kamarku kembali bersih. Keringatku bercucuran dengan derasnya. Aku merasa lelah padahal aku hanya menyapu sebagian apartemenku. Sebuah ide terlintas di benakku. Aku membuka jendela kamarku, dan seketika udara di kamarku berubah menjadi sedingin es. Keringatku mulai hilang perlahan.

Aku menatap hamparan salju di jalanan kota Sydney di malam hari. Jalanan benar-benar sepi. Cukup seram juga, menurutku. Hanya ada hamparan salju dan angin yang sesekali bertiup membawa butiran salju terbang menjauh.

Aku merasakan udara di belakangku menghangat. Itu sedikit aneh, karena jelas udara di depanku masih terasa sangat dingin. Dengan ragu, aku menengok ke belakang. Aku melihat blazerku yang tadinya menggantung, kini jatuh dari gantungan baju di balik pintu. Aku segera menutup jendela ini dan segera mengmbil blazerku yang tergeletak di lantai. Aku menatap blazerku, dimana aku harus meletakkan benda ini?

Aku mundur beberapa langah dan duduk di pinggiran tempat tidurku. Aku memandangi blazerku, tak terasa aku sudah masuk di universitas, dan sebentar lagi, aku akan berumur 20 tahun. Padahal rasanya baru kemarin aku menangis karena jatuh dari sepeda dan lututku tergores. Well, sebenarnya itu kejadian bertahun-tahun yang lalu, saat umurku 7 tahun. Saat itu aku terjatuh dari sepeda dan lututku tergores jalanan dan mengeluarkan darah. Dan yang membuatku menangis adalah, lutut ku yang mengeluarkan darah itu perlahan-lahan lukanya menghilang.

Ibuku berkata aku harus melupakan hal itu. Karena sepertinya ibuku berpikir tentang hal-hal mistis. Ibuku percaya pada kehidupan selain manusia. Bukan hewan dan tanaman, maksudku seperti hal mistis. Dia sering menceritakanku cerita tentang makhluk selain manusia. Tapi, aku berbeda 180 derajat dengan ibuku, aku tidak mempercayai hal seperti itu. Mana mungkin ada alien, vampir, zombie, werewolf, goblin, dan para kerabatnya yang lain.

Semua flashback itu membuatku mengantuk, kurasa. Aku masih memegang blazerku. Akhirnya aku berdiri dan mengikuti kemana kakiku melangkah. Dan kakiku berhenti di depan meja di depan cermin besar yang menampakkan pantulan diriku. Aku mendekat dan meletakkan blazerku di meja yang berada di depan cermin. Aku menajamkan penglihatanku, sepertinya aku melihat, ...sesuatu.

Aku mengerjapkan mataku beberapa kali, dan aku melihat seseorang dengan rambut cokelat sedang menodongkan sebuah pisau pada seseorang lainnya yang bajunya seperti tentara abad pertengahan. Aku terdiam dalam bingung, lalu mengucek mataku dan kembali memandangi cermin. Orang itu masih ada di sana, di sudut kamarku. Aku masih memperhatikan gerak-geriknya. Dia tetap mencekik orang dengan kostum abad pertengahan itu. Lalu, dia mengangkat pisau bercahaya birunya.

"Aaaaaaa!!!!" aku menjerit begitu melihatnya menusukkan pisaunya ke jantung orang berkostum abad pertengahan itu. Aku mundur beberapa langkah dan terduduk di sebelah tempat tidur. Untuk saat ini, aku sangat sangat sangatpayah berharap bahwa ini adalah salah satu mimpiku.

Aku masih bisa melihat wajahnya yang khawatir melalui cerminku. Dia menjatuhkan orang dengan kostum abad pertengahan itu, dan perahan-lahan mayat itu berubah menjadi abu dan menghilang. Dia berbalik dan diam mematung. Kuberanikan untuk melihat wajahnya, aku mengintip melalui tempat tidurku. Aku sempat menatap wajahnya sesaat sebelum sebuah cahaya yang datang entah dari mana, menyilaukan mataku. Dan aku merasakan kepalaku pusing bukan main dan tiba-tiba semuanya gelap.

***

Suara gebrakan membangunkanku dari tidurku. Kepalaku terasa sakit. Dengan malas aku membuka mataku dan mempertajam pendengaranku untuk mencari asal suara itu. Suara itu terdengar lagi, kali ini dengan suara teriakan.

"ASHLEEYYY!!! BUKA PINTUNYA!!" tidak salah, pasti Taylor. Aku bangun dan duduk di pinggir tempat tidurku. BRAK BRAK BRAK.. kembali suara itu terdengar.

Aku membuka mataku lebih lebar dan ku lirik jam di sebelahku. Sekarang masih pukul 9. It's fuckin 9 o'clock! Kenapa dia selalu menggangguku ya tuhan?! Aku dengan kemalasan yang begitu dahsyatnya, berjalan gontai membukakan pintu.

"Hai," Taylor menyapa begitu pintu terbuka. Seperti biasa, dia masuk tanpa izin.

"Kau sudah siap?" sambungnya. Aku tidak menjawab dan hanya menatapnya sambil melipat tanganku di depan dada.

"Oh, okay, aku akan menunggumu. Cepatlah, aku tak mau kita terlambat" katanya seolah dia membaca pikiranku

"Terlambat?! Ini bahkan baru jam 9!! Ah, sudahlah" kataku lalu pergi meninggalkan Taylor untuk mandi.

***

Aku dan Taylor berjalan kaki ke halte bus. Jaraknya lumayan jauh dari apartemenku.

"Oh iya, aku lupa! Ayo!" kata Taylor yang tiba-tiba menarikku kembali ke arah apartemenku

"Hah? Kita mau kemana?"

"Ke Starbuck"

"Kau gila. Kita akan ketinggalan bus!"

"Busnya tiba 30 menitlagi. Ayo!" dia menarik tanganku semakin kencang.

***

Haloh! Gue apdet loh :v setelah berabad-abad krisis kuota duh :'V maapkan bella mandtemand :'v Maap juga ni cerita semakin absurd :v maklum yang nulis juga absurd bhak ;3 Vomments yah!! Vomments pokoknya ;3

The Clan - IrwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang