Chapter 5

22 4 2
                                    

Sialnya, aku baru tau kalau jam kuliahku sudah usai sejak bel tadi. Dan itu artinya aku menyia-nyiakan waktuku tadi saat membaca buku Harry Potter dan terlibat percakapan tidak menyenangkan dengan si aneh Ashton. Dan sekarang aku tidak bisa langsung pulang dan bersantai dirumah karena Taylor selalu memaksaku untuk menunggunya setiap saat. Tapi bagaimanapun ia berjasa hari ini, karena jika bukan karenanya mungkin aku tidak akan tau jika jam kuliah sudah usai.

Aku duduk di salah satu bangku di kantin, sementara Taylor memesan milkshakenya. Kantin sudah tidak terlalu ramai. Sebagian mahasiswa sudah pulang karena pelajaran mereka juga sudah usai. Taylor kembali dengan 2 gelas milkshake di tangannya. Dia memberikan milkshake rasa cokelat padaku. Setelah itu, aku dan Taylor berjalan menuju halte bus terdekat. Ada sebuah bus terparkir di depan halte. Sepertinya jurusan apartemen ku dan apartemen Taylor. Apartemen Taylor hanya berjarak 1 km dari apartemenku. Aku dan Taylor memasuki bus itu, lalu duduk di salah satu kursi.

"Oh, iya! aku lupa mengenalkanmu pada Harry!" Taylor membuka pembicaraan

"Harry itu siapa, sih?!" jawabku ketus

"Pacarku, lah"

"Kau tak ingat terakhir kali kau mengenalkan pacarmu padaku, huh?"

"Ya, aku ingat. Aku yakin Harry tidak akan menyukaimu seperti John. Dan-" i phone Taylor berdering menghentikan kalimatnya

"Oh, lihat! Dia meneleponku" sambung Taylor sambil menunjukkan layar i phonenya padaku. Tertera nama 'Harry my Sweety' di layar i phonenya. Ewh.

Taylor menerima panggilan itu lalu mulai bercakap aneh dengan Harry. Aku lebih memilih untuk diam dan mendengarkan lagu dengan earphone.

Setelah sekitar 1 setengah jam perjalanan, aku menyadari 1 hal. Jalan menuju ke apartemenku berbeda. Ini bukan jalannya. Dan jarak antara apartemen dan kampus tidak memakan waktu selama ini. Jangan-jangan...

"Tay! Taylor! Kita salah naik bus!!" aku mengguncang tubuh Taylor yang masih bertelepon dengan Harry

"Apa?" dia menjauhkan i phonenya dari telinganya dan menatapku bingung

"Kita-Salah-Naik-Bus Taylor Allison Swift!!" aku mengeja lebih pelan

"What?!," Taylor kembali mendekatkan i phonenya. Gila! "Darl, akan ku telepon nanti, oke?" beberapa detik kemudian, dia mematikan i phonenya lalu menatapku serius

"Jadi, sekarang apa?!" tanyanya yang hampir menangis. Aduh.

"Tenanglah, okay. Kita akan kembali," aku berusaha menenangkan. Jika Taylor menangis, aku akan 2X lebih stress. Terjebak dengannya di sini saja sudah membuatku stress

"Aku akan bicara dengan supir bus ini" kataku lalu bangkit dan mulai bernegosiasi dengan supir bus

Nihil, supir bus sialan itu tak mau kembali. Sekarang aku dan Taylor malah di keluarkan dari bus itu. Dan disinilah aku, di halte bus, hanya dengan orang gila yang sedari tadi menangis sangat keras itu. Taylor, pastinya.

"Tenanglah, Tay. Kau akan sampai di apartemenmu tanpa luka sedikitpun, okay!"

"Kita bahkan tak tau ada dimana!" Taylor tetap melanjutkan tangisannya. Tapi Taylor benar juga, bagaimana kita bisa pulang jika tak tau jalan? Satu-satunya cara adalah menunggu bus datang. Masalahnya adalah, kapan bus itu datang?

Baru saja selesai memikirkannya, bus pun berhenti di depan kami. Aku pun masuk dan bertanya apakah apartemenku adalah salah satu dari jurusan bus ini.

"Maaf sir, apakah bus ini menuju ke Hallaway Street?" tanyaku pada supir bus ini

"Maaf nona, kami tidak mengarah ke selatan. Kami mengarah ke timur" jawab supir itu sopan

"Oh, terimakasih sir. Maaf mengganggumu"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Nov 22, 2015 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

The Clan - IrwinTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang