E m p a t

1.5K 133 0
                                    

Tes tes


Sial.

Apa hari ini akan hujan lagi? Sementara kulihat dari balkon kamarku, sudah ada Nathan dengan sepeda gunungnya.

Ah sudahlah, daripada membuat Nathan menunggu, lebih baik aku segera bersiap.

Ku ambil tas ransel yang sudah kusiapkan, dengan isi jas hujan, payung, handphone, dan sebotol air mineral. Penampilanku sederhana sekali, hanya menggunakan celana lima senti di atas lutut, kaos putih, dan tak lupa jaket. Rambutku, aku kuncir kuda tanpa menggunakan poni.

Aku melihat jam yang menempel di dinding kamarku. Tepat pukul enam pagi.

"Mau bersepeda dengan Nathan?" tanya Ziggy ketika aku baru saja turun dari tangga.

Aku meliriknya hanya sekilas. "Iya."

"Di luar cuaca sedikit gelap, mungkin sebentar lagi akan hujan deras."

Aku mendengus jengah. Memang benar apa kata Ziggy. Tetapi, masa aku akan membatalkan acara bersepeda? Sementara Nathan sudah menungguku.

Kulihat Ziggy yang masih setia duduk di kursi goyang. "Mau ikut?"

Dia berdehem. "Tidak. Sudah sana. Hm, apa kau sudah sarapan?"

Aku menggeleng. Kemudian mengangkat kedua bahuku tidak acuh. "Dahh, sampaikan Mami Papi. Aku bisa sarapan di luar."

Tanpa menunggu jawaban Ziggy, aku langsung saja melenggang pergi. Menuju ke garasi untuk mengambil sepeda gunungku.


###


"Sophie!" panggil Nathan setengah berteriak.

Aku segera mengayuhkan sepedaku agar jaraknya tidak berjauhan lagi seperti tadi.

Setelah bisa menyejajarkan sepedaku dengan sepeda Nathan, ia hanya menyengir lebar. Kulihat ke arah taman kota yang ramai. Tanpa bisa dipungkiri lagi, senyum terbit di wajahku. Akhirnya aku bisa menikmati suasana seperti ini lagi walau cuaca masih gelap dan langit yang menurunkan sedikit tetesan air. Setidaknya ada kesempatan buatku dan Nathan untuk bisa bersepeda.

"Kamu sudah sarapan?" rintihku ketika perut ini mengeruyuk.

Nathan terkekeh. "Lapar, ya?"

Aku mengelah napas, dan menjawab pertanyaan Nathan dengan mengangguk.

Nathan memberiku isyarat agar aku bisa memberhentikan sepeda yang aku kayuh. Aku melihat ke sisi kananku, ternyata ada penjual jagung rebus.

Aku turun dari sepeda, dan duduk di tempat duduk yang sudah disediakan. Kulihat Nathan yang ternyata mengikuti apa yang aku lakukan.

"Mau?" tawarku sesaat jagung rebus itu baru saja kuterima.

Dia menggeleng sembari tersenyum tipis. "Makan saja. Aku sudah sarapan."

Aku membalas senyuman itu dan langsung memakannya dengan lahap.

Berjalannya detik, aku sudah menghabiskan jagung rebus itu. Segera kami kembali mengayuhkan sepeda. Entahlah ke mana arah tujuan kami, yang terpenting aku bisa merasakan enaknya bersepeda.

"Kita parkirkan saja sepeda ini di sini. Lalu kita ke tengah-tengah taman kota. Setuju?"

Aku mengacungkan jempol sebelah kanan, menyetujukan tawaran Nathan.

Kami jalan dengan saling menyejajarkan langkah.

Sekarang kami sudah berada di tengah-tengah taman kota, dan tujuan kami sekarang adalah mencari tempat duduk yang kosong.

Ku edarkan pandanganku ke segala arah. Masih ramai. Tiba-tiba aku mencium aroma petrichor yang sangat menyengat. Apa akan hujan deras lagi? kemungkinan besar iya, karena sedari tadi sudah gerimis.

Setelah berjalan cukup lama, akhirnya aku dan Nathan bisa duduk di tempat duduk yang tidak jauh dari tengah-tengah taman kota ini. Aku merileks-kan posisiku, dan kutatap ke atas, ternyata langit masih gelap.

"Kamu membawa jas hujan 'kan?" tanyaku sedikit mengecilkan volume suara. Aku mulai was-was, daripada hujan datang tiba-tiba, lebih baik aku mengambil payung dahulu. Soal jas hujan, bisa terakhiran.

Nathan mengangguk.


###


Hujan yang tiba-tiba datang lima menit yang lalu membuat kami harus berteduh sejenak di bawah pepohonan. Beruntung karena taman kota ini banyak terdapat pohon yang rimbun.

Saat ini, taman kota dan jalanan mulai sepi. Hujan benar-benar deras hingga kami bingung, bagaimana cara pulang. Kalau melawan hujan, kami bisa sakit, walaupun menggunakan jas hujan ataupun payung.

Saat aku menyapu pandangan, aku melihat dia lagi. Kak Alin. Masih sama dengan baju hitam, payung hitam dan boots hitam. Langkahnya santai, pandangannya kosong, ternyata ia menuju ke arah bangku yang ada di bawah pohon beringin.

Ingin sekali aku mengajaknya mengobrol. Aku sangat ingin tahu soalnya.

Ya, mungkin aku memang akan melakukannya.

Aku melihat ke sisi kiriku, ternyata Nathan sedang bermain game di handphone-nya.

Dengan ragu aku bertanya. Tetapi sebelumnya, kuhirup napasku dalam-dalam.

"Nath, kamu di sini sebentar ya. Aku mau pergi ke arah gadis itu," ucapku sambil menunjuk keberadaan gadis itu dengan jari telunjukku.

Nathan menghentikan game-nya. Ia menoleh ke arahku. Alisnya kini berkirut. "Mau apa?"

"Sebentar saja, kok. Duluan ya, secepatnya aku akan kembali."

Kudengar Nathan mengelah napasnya.

###



[a/n]
Backsoundnya suka gak? Wkkwkwk gue sengaja ngasih backsound musik klasik piano version karena menurut gue itu sangat cocok sama cerita ini. Gue juga suka banget sih, sama musik begituan. Enak aja wkwkwkwkw

I hope like it ya guys!


Ketika HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang