E n a m

1.3K 124 8
                                    

Aku mengambil baju yang ada di dalam lokerku. Sepertinya hari ini olahraga akan dilaksanakan di dalam gedung lagi, bukan di lapangan. Ya, berhubung cuaca yang sangat tidak memungkinkan.

Dengan sedikit lesu, aku berjalan menuju ke ruang ganti. Lesu? Karena aku tahu kalau ruang ganti 'agak' ramai, dan pasti akan mengantri.

Setelah selesai berganti baju, aku langsung berlari ke arah gedung olahraga, tetapi sebelumnya, kumasukkan seragamku ke dalam loker.

"Soph!"

Aku menengok, kudapati Nathan yang sedikit berlari ke arahku, tangan kanannya menggenggam raket dan tangan kirinya memegang kok.

"Jam kosong," Nathan menghela napasnya. "Mau bermain minton denganku?"

Aku mengirutkan dahiku. Jam kosong? Kenapa lagi? Padahal setauku, olahraga tidak pernah ada jam kosong. Tapi, tak apalah, aku akan menerima tawaran Nathan, untuk mengisi acara jam kosong.

"Boleh, tapi...," mataku melihat ke arah raket yang dipegang Nathan. "Di lokerku, aku tidak menyimpan raket."

Tiba-tiba dia menepuk puncak kepalaku, pelan, dan membuatku tersenyum tipis. "Aku bawa dua."


###


"Soph," Nathan bersandar di sebelah lokerku, "Yang kemarin, saat kamu duduk di bawah pohon beringin, nama orang di sebelahmu siapa ya?"

Aku menutup loker, memandang raut wajah Nathan. "Kak Alin," aku berjalan mendahului Nathan, dan kudengar dari langkahnya, dia mengikutiku. "Ada apa?"

"Rumah keluarganya, tepat di sebelah rumahku."

Spontan, aku memutar balikkan tubuhku. "Kamu tahu Kak Alin? Sejak kapan?"

"Entahlah...," Nathan membasahi bibirnya. "Tapi, aku pernah mendengar namanya saat aku diajak Papa ke perusahaan."

Mata Sophie memberi isyarat agar Nathan mau berjalan sejajar dengannya. "Kak Aldi? Kamu tahu?"

"Mantan Kak Alin? Yang sudah meninggal bukan?"

Aku mengangguk singkat. Tidak kuduga, ternyata Nathan tahu. Sebenarnya, berita ini sudah terdengar sampai mana? Aku tidak menyangka, ternyata orang di sebelahku tahu tentang itu.

"Apa kamu tahu kenapa Kak Alin suka pergi saat hujan, dan pasti duduk di bawah pohon beringin?"

Nathan mengerjap kaget. "Rumah keluarga Kak Alin memang ada di depan rumahku, tetapi aku tidak pernah melihatnya keluar rumah. Tahu soal itu saja aku baru tahu sekarang."

Aku semakin bingung. Awalnya aku memang tidak peduli dengan apa yang dilakukannya ketika hujan, tetapi semakin berjalannya waktu, apalagi sedikit demi sedikit mengetahui informasi itu, aku malah ingin memecahkan semua masalahnya, sampai tuntas.

Dan Nathan hanya tahu tentang nama dan keluarga yang bersangkutan. Bukan tahu masalahnya.

"Rumah keluarga Kak Alin, sebelum ada di sebelah rumahmu itu ada di sebelah rumahku. Dan rumah itu, masih dijaga dengan pengurusnya, mungkin pembantunya dulu."

Nathan sempat bungkam, dan setelahnya menatapku lekat. "Mungkin nanti akan kutanyakan lagi dengan keluarganya. Aku juga ingin tahu...."


###


Hujan kembali reda. Dan tentu saja ini membuatku senang. Sekarang sudah saatnya jam pulang sekolah. Ku ambil tasku dan kusampirkan ke punggungku. Kali ini, Nathan mendahuluiku, katanya ada keperluan keluarga.

Ketika HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang