Sixth (Cafe)

110 15 0
                                    

Maaf ya kalo chapter ini agak lama di post nya hehehe.

Rafa menunggu Vina didepan ruang osis karena kemarin Rafa tidak sempat menemui Vina dan buku nya juga belum dikembalikan.

Vina keluar dengan membawa buku Rafa yang bersampul coklat. Rafa mengobrol dan tertawa dengan Vina karena sedang membahas sesuatu yang lucu.

Ketika Vina ingin masuk kembali ke ruang osis, dia mengusap pipi Rafa lembut. Refleks, Rafa segera menyingkirkan tangan nya dan tanpa sengaja Rafa mengenggam tangan Vina dan ia juga menggengam tangan Rafa balik.

Rafa merasa ada yang memperhatikan dirinya. Rafa melihat kesekeliling dan menemukan sosok gadis yang sedang berdiri disebrang ruang osis menatap kearah nya.

Itu kan....Tasya. kok dia belum pulang?

Gadis itu langsung membuang muka nya yang keliatan berair dan ia berjalan menaiki tangga dengan cepat.

Wah ada yang gak beres nih. Gua harus susul dia.

"Gua mau balik dulu ya Vin. Dah"

"Nanti sehabis gua rapat osis, jalan yuk Raf?"

"Gak"

"Kenapa?"

"Ada urusan"

Rafa langsung meninggalkan Vina yang mendengus kesal karena ia tolak ajakan nya.

Segera Rafa menaiki tangga dan mencari-cari Tasya. Tapi tidak Rafa temukan sama sekali dia dilorong-lorong. Rafa menyusuri setiap kelas dan berhenti pada kelas X.9. Kelas yang tadi dipakai ekskul IT.

Tasya sedang menenggelamkan wajah nya di atas tangan yang berada dimeja. Ia memakai earphone dan sepertinya.... dia menangis.

Rafa memanggil dan berjalan pelan menghampiri Tasya. Dengan cepat, Tasya langsung mengelap pipi nya dan berdiri ingin pergi dari Rafa.

Tubuh mungil Tasya dihalangi oleh postur badan Rafa yang bidang. Ia masih menundukkan kepala nya.

****

"Misi, gua mau lewat" ucap Tasya sedikit bergetar

"Lo kenapa belum pulang?" Tanya Rafa dingin.

"Bukan urusan lo"

Tasya mencoba melewati Rafa tetapi ia sama sekali tidak memberi jalan kepada Tasya.

"Kalo ngomong, kepalanya jangan ditundukkin gitu. Gak sopan"

"Terser-" belum sempat Tasya menyelesaikan omongan nya, Rafa menaikkan dagu Tasya menghadap kearahnya. Jarak Tasya dan Rafa sekarang hanya 1 jengkal.

Bola mata kami bertemu. Sangat sangat sangat dekat.

Tasya menatap Rafa dengan tatapan kosong. Lagi-lagi, jantung nya berdetak sangat cepat.

Rafa menatap Tasya bingung. "Lo kenapa? Abis nangis? Mata sama idung lo merah"

"Bukan urusan lo" jawab Tasya dingin. Sekarang, ia tidak ingin berada didekat Rafa seperti ini. Ia ingin pergi jauh-jauh dari seorang Rafa

"Serius, lo kenapa? Lo nangis gara-gara ngeliat gua tadi sama vina?"

Seperti ada sambaran petir yang menyambar hati Tasya. Tasya memutar otak nya untuk mencari alasan yang tepat. Bagaimana Rafa bisa tau?

"Apaan si elah, awas gua mau lewat" Tasya menabrak bahu Rafa agar bisa melewatinya dan Tasya langsung berjalan cepat keluar dari kelas dan menuruni tangga.

"Tunggu tas, tunggu"

Terdengar di belakang Rafa berkali-kali meneriakkan nama Tasya agar ia berhenti, tapi Tasya menghiraukan nya.

Some RegretsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang