-SiL02-

2K 220 10
                                    

Pertemuan itu telah selesai sejak sepuluh menit yang lalu, namun Hyuuga Hiashi selaku Presiden Direktur masih betah berlama-lama duduk di singgasananya sembari melayangkan tatapan tajam pada pewarisnya yang terlambat hampir setengah jam menghadiri meeting bulanan para pemegang saham dan komisaris dari Hyuuga Corp. Sedangkan yang ditatap memilih untuk menunduk, menghindari tatapan menusuk milik ayahnya.

"Aku tidak ingin kejadian ini terulang lagi."

Kalimat singkat Hiashi, dibalas anggukan pelan dari Hinata. Sebenarnya ia hanya terlambat sepuluh menit, salahkan saja kantor pusat yang begitu besar dan ruang pertemuan yang berada di lantai 21, jadilah hampir setengah jam dirinya terlambat.

"Calon Presdir datang terlambat, kau membuatku malu."

Kalimat Hiashi selanjutnya membuat Hinata hampir menangis. Sejak dulu, Hiashi memang mendidiknya dengan keras, namun begitu jauh di dalam dirinya, Hinata masihlah sosok pribadi yang lemah lembut, oleh karenanya Hinata sering bersikap dingin, acuh dan arogan demi bisa menutupi sifat aslinya tersebut.

"Maaf Hiashi-sama, lima belas menit lagi kita ada pertemuan dengan duta besar dari Rusia."

Suara Kabuto, sekretaris pribadi Hyuuga Hiashi mengalihkan atensi Hiashi dari Hinata. Jujur saja, Kabuto merasa tidak tega melihat Hiashi terus mengintimidasi Hinata.

Hiashi berdiri dari kursi, berjalan keluar tanpa melihat ke arah putri sulungnya, pun Kabuto mengikuti Bosnya, namun sebelum pergi ia sempat berpamitan pada Hinata yang masih menundukkan wajah.

...

Kakashi melihat Hinata berlari ke arah mobil yang sengaja ia parkir tidak jauh dari pintu masuk gedung berlantai 33 itu. Pria yang selalu mengenakan masker itu mengernyit, mengapa Hinata memilih untuk berlari daripada menghubunginya. Mengenyahkan pikiran buruk, Kakashi buru-buru membukakan pintu mobil untuk Hinata.

Sulung Hyuuga itu masuk ke dalam mobil, melempar tasnya dengan kasar, air matanya sudah tidak bisa ia tahan, hingga samar-samar isakan lirih terdengar.

Kakashi sejenak menahan napas, pikiran buruk mulai berkecamuk lagi, namun begitu perlahan ia mulai menghidupkan mesin mobil. Hinata masih terisak, melihat kondisinya, Kakashi mengurungkan niat untuk bertanya ke mana tujuan mereka selanjutnya. Hingga beberapa menit terlewat hanya dalam keheningan.

Hinata menyeka air mata, menarik napas panjang dan menghembuskan kasar. Mengerti akan situasi saat ia menyadari bahwa mobilnya belum juga berangkat, dengan suara serak ia memberitahu Bodyguardnya untuk membawanya kembali ke kantor.

...

"Ada apa?"

Sakura mengekor Hinata yang datang mengenakan kacamata hitam. Ia langsung tau ada yang tidak beres dengan sahabat sekaligus atasannya itu.

Dengan kasar, Hinata menghempaskan bokongnya di sofa yang ada di ruangannya. Membuka kacamata, melemparnya ke atas meja.

"Hinata?"

Gadis itu menatap nanar ke arah Sakura sebelum mulai menceritakan apa yang ia alami.

Sakura menyodorkan gelas berisi air putih yang isinya langsung ditenggak habis oleh Hinata.

"Sudah lebih baik?"

Hinata mengangguk.

"Cuci wajah mu, aku akan merapihkan make up mu, sebentar lagi kepala kontraktor dari Okinawa akan tiba, kau tidak lupa, kan?"

Hinata mengangguk lagi.

"Jadi kau akan memberikan pelajaran pada si Bodyguard baru mu itu?"

Stuck In LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang