Dua minggu ini aku harus membiasakan diri bangun pagi. Membantu mama memasak dan menyiapkan bekal untuk papa. Sarapan dengan tempe goreng haruslah menjadi keterbiasaanku. Tidak boleh meminta lebih! Itu yang selalu aku katakan dalam hati. Hidupku kini sungguh berbeda dengan hidupku yang sebelumnya. Begitu cepatnya semua berubah. Namun aku tidak terlalu memikirkan nasibku, melainkan nasib kedua orang yang sangat aku sayangi. Papa sekarang terlihat agak kurus dan kulit kuning langsatnya kini mulai kehitaman karena terbakar sinar matahari sepanjang hari. Sedangkan mama sangat terlihat bahwa dia sedang memikul beban yang sangat berat. Aku yakin, dia merasakan hal yang sama sepertiku, tidak kuat dengan kehidupan yang tidak pernah terbayangkan sebelumnya. Dimana dia yang dulunya hanya duduk bersantai di atas sofa, kini dia harus ikut membanting tulang demi kelangsungan hidup kami. Namun tak pernah aku mendengar keluh kesah dari mereka. Setiap hari mereka selalu lukiskan goresan senyum di pipi walalu faktanya kami sekarang hidup begitu miskin. Mereka hebat, sangat hebat!Hanya akulah satu-satunya tombak harapan mereka. Bagaimanapun caranya, aku akan terus berusaha membahagiakan mereka. Satu rasa yang tak pernah hadir disaat hidupku dalam kemewahan dulu, kini begitu jelas terasa, bahwa aku sangat menyayangi mereka.
Butuh seribu lebih persen keberanian yang aku kumpulkan hari ini. Melangkah dengan ketidakpercayadirian yang tak pernah hadir sebelumnya.
Mobiku?
Tas baruku?
Dimana!!! Seakan diri ini memojokkanku sendiri, membanting hatiku sendiri. Ingin rasanya aku berlari menjauhi gedung megah itu. Tapi itu percuma, gak akan merubah keadaan yang sudah menjadi sebuah suratan takdir.Aku ingat kembali kepada seorang lelaki culun yang dulunya selalu menungguku di ambang pintu kampus. Apakah dia akan tetap menungguku pagi ini setelah apa yang semua telah terjadi padaku? Sudah, Raisa. Jangan lagi berharap. Kamu bukanlah seorang model terkenal lagi sekarang. Kamu tidaklah lebih hanya seorang anak dari tukang cuci baju dan kuli bangunan. Langkahku tak terhentikan sampai sebuah mobil berhenti di dekatku.
"Hey! Model kita udah masuk nih? Lhoh.. mobilnya mana? Kok jalan kaki sih? Gak takut kena matahari??", hal mustahil apabila dia tak mengetahui peristiwa yang terjadi dalam keluargaku, karena dia adalah musuh bebuyutanku sejak SMA. Yang akan melakukan apapun untuk menjatuhkanku. Citra Salvania. Sejujurnya, aku bukanlah tipikal orang suka mencari masalah dengan orang lain. Tapi dialah yang pertama mengibarkan bendera peperangan denganku. Kami sering terlibat pertikaian panas sejak SMA.
"Oh iya, aku lupa kalo papamu udah BANGKRUT."
Haruskah dia memperjelas kata itu? Dengan bahakan kepuasan melihat keadaanku yang hanya terdiam memaku, dia menjalankan mobilnya dengan amat kencang. Malas lidah ini bergerak hanya untuk membela diri, lagipula apa yang mesti kubela dari diriku sendiri? Dasar si mulut sampah! Setelah mobil itu jauh dari pandanganku, aku segera melanjutkan langkahku. Namun kini aku dikejutkan lagi oleh sepeda motor matic yang tiba-tiba berhenti di hadapanku. Sepertinya aku kenal dengan motor ini.
"Hai Raisa! Kamu kemana aja? Aku kangen banget!" Deny. Dia spontan mematikan motornya dan mendekatiku dengan kegirangan yang dapat terbaca dari matanya.
"Aku..."
"Yaudah-yaudah, aku udah paham. Yuk, bareng aku!" dia menarik lenganku seperti anak kecil. Akhirnya aku diboncengnya sampai kampus. Selama diperjalanan aku terus berpikir, kenapa dia masih baik kepadaku, sementara dia pastinya sudah tau eadaanku.
"Kamu kenapa lama banget ngilangnya? Kamu gak tau, aku mati-matian dimarahi ga..", entah kenapa dia memutus pembicarannya.
"Dimarahi siapa?", namun pertanyaanku sama sekali tak digubrisnya dengan jawaban yang sesuai. Dia malah menceritakan dirinya sendiri, segala curahan hatinnya, huhhh.... Butuh kuping tebal mendengarkan semua curahannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Tegar Dalam Sujud✓ [SELESAI]
Short StorySujud tak hanya sebatas menempelkan dahi di atas bumi. Lebih dari itu, sujud merupakan bentuk ketidakberdayaan manusia di hadapan Sang Mahakuasa, bentuk Ketaatan makhluk pada Sang Maha Pencipta. Sujud memang tidak bisa mengeluarkan kita dari masal...