Tekad Kuat

436 28 0
                                    

Malam ini terasa sebuah pengalaman pertamaku sholat Isya' dan mengaji (walau yang kubaca hanyalah sepuluh surat pendek dalam juz 30). Membuatku merasa sangat tenang dari sebelumnya. Menyadarkanku bahwa aku hidup di dunia tidaklah semerta-merta untuk makan dan minum, melainkan mencari Ridho-Nya. Saat ku telah baringkan tubuh di atas kasur, tak maksud menguping, aku mendengar perbincangan papa dan mama. Mungkin mereka berpikir aku sudah tidur, jadi mereka berbincang tanpa memelankan suaranya.

"Tadi orang-orang membicarakan Raisa, Pa."

"Ada apa lagi?", papa terdengar tidak menanggapinya dengan serius. Papa memang termasuk orang yang tidak memikirkan pandangan buruk tentangnya dari orang lain, beda dengan mama.

"Mereka tadi siang bilang, kalo cepat atau lambat Raisa akan putus kuliah karena gak mampu bayar biaya kuliahnya. Dan itu akan berdampak pada masa depan Raisa. Mereka bilang juga kalo Raisa gak akan pernah bisa bahagiain kita dengan pendidikan yang rendah." Isakan mama mulai terdengar. Ya Alloh, mulut sampah milik siapa yang sudah mengatakan hal itu. Terasa perih disekitar hidungku, namun percuma aku tahan, air mata ini sudah mengalir di pipiku perlahan. Pasti mama sangat hancur hati saat ini. Berikanlah kekuatan untuk mama, ya Alloh.

"Ma, jangan lagi memikirkan perkataan orang-orang itu. Mereka hanya bisa memandang keluarga kita dari luar. Sampai kapanpun mereka tak akan pernah paham bahwa kebahagiaan kita satu-satunya adalah kehadiran Raisa yang sudah kita nanti selama delapan tahun pernikahan kita saat itu. Tangisan Raisa adalah nyanyian terindah saat itu, ma. Menjaganya adalah hal yang sangat indah dalam hidup papa. Apapun yang terjadi, papa akan berusaha sekuat tenaga untuk mencukupi kalian dan membiayai kuliah Raisa." Suara papa mulali meirih. Dadaku terasa semakin sesak karena perkataan papa. Mereka sangat menyayangiku, sangat, melebihi diri mereka sendiri.

Aku mendengar langkah kaki mendekati pintu kamarku. Aku segera merubah posisi tidurku menghadap ke tembok agar wajahku yang basah karena air mata ini tidak dapat terlihat. Setelah membuka pintu kamarku, langkahnya semakin dekat dan benar-benar dekat. Belaian lembutpun terasa di atas kepalaku.

"Kami sangat menyayangimu, Raisa." Kecupan penuh cinta itu sungguh terasa hangat di pelipisku. Mama, wanita terlembut yang pernah ada di dunia ini. Hanya aku yang mereka punya. Mama, papa, Raisa berjanji akan membahagiakan kalian. Akan Raisa tunjukkan pada semuanya.

Tbc

Tegar Dalam Sujud✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang