Awal Menuju Happy Ending

443 22 0
                                    


Dua tahun kemudian.........

Tak sanggup terukur kebahagiaan ini, tak sanggup terukir lagi syair untuk ungkapkan kebahagiaan ini. Sebuah toga yang sudah bertengger indah di atas kepalaku dan juga BEASISWA S2 di LONDON benar-benar berada ditanganku!! Tak kalah bahagia orangtuaku yang kini sedang dalam pelukan. Aku tak menyangka bahwa keberuntungan ini benar-benar untukku.

"Papa sama mama bangga sekali. Anakku memang yang sangat hebat!"

Belum, belum berakhir sampai disini kebahagiaan kalian, aku akan membuat kalian lebih bahagia dari detik ini. Walau aku tahu, berapa besar apapun harta ataupun jasa yang aku berikan pada mereka nantinya, tak akan pernah bisa membalas jasa suci yang telah mereka berikan padaku selama ini. Namun setidaknya, melihat mereka tersenyum bahagia atas pengabdianku sudah menjadi sebuah hal yang terindah dalam hidupku.

"Raisa," untuk kesekian kalinya dia mengagetkanku
.
"Iya, pak Raihan?"

"Bisa kita bicara?"
Aku menganggukkan kepalaku dan mengikutinya dari belakang. Ternyata dia membawaku ke sebuah tempat yang sangat bersejarah bagiku. Tempat yang menjadi awal kedekatan kami berdua, bangku taman kampus.

"Selamat ya! You're the best."

"Hehehe.. Thank's sir. Gak akan saya dapatkan ini semua tanpa anda dan Deny."
Ya, Deny yang sudah membantuku sebelumnya. Sedih karena tidak merayakan kelulusan bersamanya. Dia mendapat beasiswa kuliah di Jerman. Hebatnya minta ampun! Anehnya dalam perpisahan kami saat itu, Deny membuat dirinya terkesan misterius.........

"Aku minta maaf banget ya sama kamu, Rai. Suatu hari nanti kamu pasti bakalan marah deh sama aku. Yang penting, kamu harus percaya ya sama aku, kalo aku bener-bener nyaman sahabatan sama kamu. Kamu sahabat yang paling baik. Dan tenang aja, aku pasti datang di acara istimewa itu."

Saat aku tanya apa maksudnya, dia hanya tersenyum dan begitu saja meninggalkanku.

Heningpun kembali menyelimuti kami, sampai...

"Maafkan saya."

"Untuk?", aku bingung yang tiba-tiba saja pak Raihan meminta maaf padaku. Harusnya dia menjawab sama-sama setelah aku mengatakan terima kasih padanya, bukannya menjawab, dia kembali membisu sementara.

"Kamulah model tercantikku."

Aku terbelalak mendengar kalimat yang tak asing itu. Megingatkanku pada secarik kertas yang dulunya rutin datang padaku, kini sudah tak lagi tercium keberadaannya entah sejak kapan dan mengapa. Surat itu,

"Bapak......"

"Ya, saya penulis surat kaleng itu."

"APA!! APA MAKASUD PERBUATAN BAPAK?!!"

"Raisa, jangan marah dulu, dengarkan saya. Ok?", dia mencoba untuk menenangkan keadaan. Namun jantung ini masih terus berdetak tak beraturan. Aku sangat tak menyangka bahwa dialah yang selama itu mengirimiku surat, menghinaku setiap hari, menghancurkan hatiku tanpa kata belas kasih. Orang yang selama ini kukagumi ternyata dialah yang telah mengirimiku surat panas selama ini.

"Saya lakukan semua itu karena saya ingin mengenal Raisa yang sebenarnya, Raisa yang saat ini. Saya ingin membuang angkuhmu dan egomu saat itu. Tidak ada cara lain menurut saya saat itu. Setelah semua berjalan sesuai rencana dan saya melihat kamu sekarang sesuai dengan harapan, visi saya berakhir dan misi saya berhasil. Sekali lagi, Sayalah penulis surat itu, saya dapat mengetahui semua yang terjadi padamu dan bisa menyampaikan suratmu ini karena bantuan saudara sepupu saya, Deny."

"HAA!! Jadi Deny bekerjasama dengan anda? Jadi selama ini dia mendekati saya hanya untuk......"

"Jangan berpikir buruk tentangnya. Dia sangat beruntung memiliki sahabat sepertimu, walau memang benar awalnya dia mendekatimu hanya untuk memata-mataimu."

Keningku masih berkerut, tak paham dengan jalan pikiran mereka berdua. Tapi benar, berkat surat itulah aku dapat mengetahui siapa diriku di mata orang lain. Aku sadar dan aku mulai bisa berpikir dewasa. Misi mereka berhasil dengan sempurna. Tapi yang masih mengganjal...

"Untuk apa bapak melakukan semua itu hanya karena ingin merubah peringai saya?"

"Saya ingin menjadikanmu wanita yang berarti dalam hidup saya."

"Apa maksud bapak?"

Diapun merogoh saku celananya dan menunjukkan sebuah kotak beludru berwarna merah hati, Nampak sebuah cincin berlian indah didalamnya.

"Maukah kamu menjadi istriku?"

Alloh.... Apa ini? Mimpikah aku? Tak pernah terbayangkan hal ini akan benar terjadi. Aku memandang bola mata pekatnya itu, menyusup mencari gurauan yang tersirat didalamnya, namun aku tak menemukan itu, seakan yang kutemuakan adalah sebuah ketulusan dalam matanya.

"Raisa? Bagaimana? Kamu menerimaku??" kalimatnya menyadarkanku bahwa ini adalah sebuah kenyataan yang memang menjadi takdirku.

Dengan anggukan penuh dengan keyakinan,"Tentu."

Tbc

Tegar Dalam Sujud✓ [SELESAI]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang