Ketiga

1.3K 264 31
                                    

"Sesakit itu?" tanya Mika. Ia duduk di atas kursi, memandangku yang duduk bersila di lantai.

"Iya," ujarku pelan.

Mika menggerakkan ekornya. Ia menjilat tangannya, atau itu kakinya?

"Sepertinya... mor, mor... kebang," ucapnya. Aku mengernyitkan dahi. Apa yang dia ucapkan? Tiba-tiba ada bayangan di belakangnya, orang itu datang.

Mika pun melompat dari kursi, kemudian mengecil dan masuk ke dalam lubang yang tiba-tiba saja ada di dinding. Aku menghela napas pelan.

"Jadi, bagaimana?" tanya orang itu. Kini dia yang duduk di kursi.

"Mor, mor," ujarku pelan. "Maksudnya apa?"

"... Tumor?"

Aku menelengkan kepala, "Tumor? Apa itu?"

Ia terdiam menatapku. Kedua alisnya bertautan, apakah dia marah? Tidak, tidak. Dia menatapku dengan pandangannya yang... sendu. Tidak ada air mata yang mengalir. Air matanya tertampung bersama matanya yang mulai memerah. "Sejahat itu?" tanyanya lirih.

"Maksudmu?"

Ia beranjak, melangkah pelan ke arahku. Hanya dalam jarak satu jengkal, ia menghilang. Benar-benar menghilang. Tanpa suara, tanpa hempasan angin sedikit pun. Dari dulu aku bertanya-tanya, ke mana dia pergi? Dan, kenapa dia pergi?

Orang ItuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang