Tulisan yang dicetak miring berarti flashback. Selamat membaca....
***
Sekelebat bayangan masa lalu langsung muncul setelah pria di depanku mengucapkan nama yang begitu sakral di hatiku. Aku masih terdiam, mencoba menggali ingatan tentang wajah yang ku simpan jauh di relung hati dan otakku. Wajah tampan nan lugu didalam ingatanku sangat berbeda dengan wajah dihadapanku. Dulu tidak ada kacamata yang bertengger dihidungnya. Apakah dia terlalu keras belajar sampai membuat matanya rusak? Rahangnya sekarang begitu kokoh, berbeda dengan dulu. Tatapannya juga lebih berani, sangat berbanding terbalik dengan mata malu-malu yang dulu sering aku mimpikan bahkan hingga kini. Tak pernah terbayangkan bahwa inilah wujudnya ketika menjadi pria dewasa. Begitu mempesona. Seharusnya aku mengenalinya. Tetapi usahaku untuk melupakannya membuatku enggan untuk membandingkan sosoknya yang kini sedang menatapku dengan dirinya yang dulu.
Dhani. Aku memanggilnya Dhani, bukan Refa. Itu juga yang membuatku sulit mengenalinya. Banyak hal yang ingin ku tanyakan, tetapi entah mengapa pertanyaan inilah yang ku utarakan kepadanya, ''kamu sudah menikah?''
Dhani atau Refa terlihat terkejut mendengar pertanyaanku, mungkin tidak menyangka pertanyaan itulah yang keluar dari mulutku setelah sekian lama berdiam diri. Tetapi aku hanya butuh kepastian. Jika kami duduk berdua disini dengan aku yang masih mengharapkan dirinya sementara ada yang menunggunya pulang ke rumah, bukankah sangat menyedihkan?
''ah.. itu..'' Dhani tampak tergeragap.
Aku tahu ada retakan yang tercipta dihati merah mudaku saat sebuah kenyataan menyelinap di tengah-tengah kami. Sudah terlalu lama rasa ini ada dan enggan pergi. Tetapi jika memang dia sudah menjadi milik yang lain, apa yang bisa ku perbuat? Mungkin ada hikmahnya. Dengan mengetahui bahwa dia sudah menjadi milik yang lain, aku bisa melupakannya dengan lebih mudah. Kenyataan adalah kenyataan. Meski sakit rasanya. Masa lalu milik kami berdua memang tidak dapat begitu saja ku lupakan. Tetapi dia sudah seribu langkah di depanku, sementara aku? Dengan bodohnya mengagungkan rasa yang mungkin mudah hilang jika aku lebih berusaha mengusirnya. Bodoh. Kamu terlihat bodoh, Naya. Lihatlah tatapan pria di depanmu. Dia memberikan tatapan mengasihani seperti itu pasti karena matamu memancarkan luka karena merasa terkhianati. Transparan sekali perasaannu, Naya. Dia pasti bisa menghancurkanmu tanpa menyentuhmu, bahkan dia sudah melakukannya. Good. Tidak ada yang sesuai harapan untukmu, Naya. Aku menertawakan diriku sendiri.
''Dhani..'' matanya melembut ketika aku memanggil namanya. Nama yang dulu begitu senang menari di lidahku. terdengar merdu ditelingaku sendiri. ''ah apa ya yang ingin ku katakan? Banyak sekali yang ingin keluar tetapi tidak tahu harus memulai dari mana.''
''itulah yang saya rasakan sejak tadi.'' Dia tertawa pelan. ''tinta abu-abu sepertinya mendominasi sekali diantara kita.''
''Begitulah.'' Aku mengangguk setuju. ''Jadi kamu sudah menikah?'' Aku mengulangi pertanyaan yang belum sempat dijawabnya.
Dhani mengangguk. Aku memejamkan mata sebentar, meresapi suara retakan yang begitu keras jauh di dalam sana.
''Beberapa tahun lalu saya menikah. Dan bercerai dua bulan yang lalu.''
Aku menatapnya yang balik menatapku dengan intens. Kami terdiam saling bertatapan. Waktu seperti berhenti. Rasa yang begitu manis kembali menyeruak di relung hatiku. Rasanya sangat familiar dan menyenangkan. Aku kembali merasa seperti seorang remaja. Hanya ada aku dan dia. Perasaan yang begitu egois. Ingin memiliki dan menguasai dunia hanya untuk kami berdua. Mendominasi seluruh fikiran dan fokusku. Aku jatuh cinta untuk yang kedua kalinya pada orang yang sama. Setelah mendengar kenyataan yang diutarakannya, aku berani untuk kembali jatuh cinta. Retakan yang berserakan perlahan kembali menyatu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Aku dan Dirimu
RandomBerapa lama sebenarnya yang dibutuhkan sang waktu untuk mempersatukan dua hati yang terikat atas nama cinta? ini adalah tentang bagaimana sebuah rasa hadir namun tak punya tempat tuk berlabuh. bukan hanya dari satu sisi, melainkan dua sisi. Dua h...