Part 2

3.1K 83 0
                                    


"Selamat pagi, anak - anak. Kali ini kita kedatangan murid baru dari Bali." Ucap pak Rachmat. Sebagai wali kelas 2 IPA 5 pak Rachmat adalah wali kelas yang bertanggung jawab dan tegas.
"Silahkan kamu perkenalkan diri." Ucapnya lagi.
Anak itu memiliki mata yang sipit namun manis, berkacamata, berpostur tegap dan lebih tinggi dariku.

"Namaku Nathan Wijaya. Panggil aja Nathan, aku pindahan dari Bali. Kita bisa berteman baik." Katanya sambil tersenyum simpul. Suaranya berat dan terlihat menarik.

Setelah pak Rachmat menyuruhnya duduk, dia berjalan ke arah barisanku. Ternyata dia duduk dibelakangku, dia tersenyum padaku, dan aku senyum balik kepadanya. Pak Rachmat pun memulai materi pelajaran hari ini.

"Bapak ingin menugaskan kalian untuk membuat puisi. Temanya bebas asalkan masih pantas dibaca untuk semuanya." Tukas pak Rachmat.

Aku langsung terkejut dan merasa tugas itu sangat melelahkan dan menurutku membosankan.
"Huh, kenapa harus puisi, sih?!" Ucapku pelan dengan nada jengkel.
"Udah santai aja, yang penting nilai diatas rata - rata, Nin." Ucap Arini santai.

Bel istirahat berbunyi, aku tidak langsung keluar, melainkan masih tetap duduk di bangku dan masih asyik membaca novel.

"Nin, laper nih. Ke kantin yuk." Ajak Arini sambil menarik - narik lenganku.
"Ah, lo duluan aja deh. Lagi seru nih ceritanya." Jawabku sambil melepas tarikan Arini.
"Ih, gak asik lo. Yaudah gue ajak Rista aja deh."
Arini akhirnya mengajak Rista ke kantin, sedangkan aku masih duduk sambil membaca novel.

Tiba - tiba seorang laki - laki duduk disebelahku. Ternyata Nathan yang duduk disebelahku.
"Lo suka novel?" Tanyanya.
"Iya." Jawabku sambil tetap menatap novel.
"Oh, sama dong."
"Iya." Aku tetap tidak menatap matanya.
"Besok kan hari sabtu. Mau gak temenin gue ke Taman Suropati?"
Aku terheran, mengapa dia berani mengajakku? Padahal, kenalan saja belum.
"Mau ngapain?" Tanyaku. Kali ini aku menoleh ke arah wajahnya dan menatap matanya.
"Di sana ada bazar buku, mulai dari buku pengetahuan sampe novel ada di sana." Katanya.
"Gak tau deh." Jawabku jutek.
"Gue tau sebenernya lo mau, tapi lo gengsi kan, hehehe. Sabtu sore gue tunggu di Taman Suropati, yaa!" Katanya dengan percaya diri.

Setelah dia bicara, aku langsung beranjak pergi menyusul Arini yang sedang berada di kantin. Saat di kantin aku melihat Arini sedang bersama teman - teman basketnya. Arini adalah kapten basket putri disekolahku, jadi wajar saja jika ia memiliki banyak teman.

"Ar, sini deh, gue mau ngomong." Kataku sambil menarik lengannya ke kursi panjang dipinggir kantin.
"Kenapa? Buru - buru banget kayaknya." Katanya keheranan.
"Iya, Ar. Ini penting banget!" Kataku bersemangat.
"Ada apa emangnya?"
"Gue di ajak pergi besok, sama cowok." Kataku saat kami berdua sudah duduk di kursi panjang.
"Hah? Siapa? Josh?"
"Bukaaaan."
"Lah, terus siapa?" Katanya keheranan.
"Nathan. Anak baru itu." Kataku pelan bahkan berbisik.
"Hah?! Kok dia berani langsung ngajak lo pergi? Padahal belum sampe 5 jam dia ada di sekolah ini." Arini kaget saat mendengar ceritaku.
"Gak tau, tuh. Tapi gue bingung, gue juga ada janji sama Josh. Mau nonton." Kataku.
"Menurut gue, mendingan lo jalan sama Josh daripada lo jalan sama yang belom lo kenal sama sekali. Tapi, terserah lo sih."

Bel masuk berbunyi. Semua murid masuk ke kelasnya masing - masing. Namun, guru yang mengajarku tidak masuk hari ini, jadi kelasku bebas dan tidak belajar.
"Nin, ke kantin yuk. Gue laper nih." Ajak Arini. Arini memang suka bolos saat jam pelajaran. Apalagi saat tak ada guru.
"Gue juga laper sih. Tapi, lo aja deh Ar. Gue masih bisa tahan. Gue males ke kantin." Kataku lalu lanjut membaca novel.

Arini langsung pergi dari hadapanku dan mengajak Rista. Aku tetap duduk sambil membaca novel. Saat aku sedang membaca, Nathan datang dan duduk disebelahku lagi, sambil membawa bekalnya.
"Lo laper kan? Nih, gue masih ada sepotong roti. Makan aja." Katanya dengan penuh simpati.
"Gak usah, makasih." Kataku sambil tersenyum padanya. Tak sengaja, mata kita bertemu dan bertatap kurang lebih lima detik. Menurutku itu tatapan yang biasa saja, bukan semacam love first sight. Aku yakin aku tidak punya perasaan sedikitpun untuknya.
"Yaudah kalo gak mau, gue abisin aja deh." Lalu ia langsung membuka kotak makannya.
"Eits. Yaudah deh sini, gue mau." Kataku sambil tersenyum malu, habisnya udah laper banget, hehehe.

Pulang sekolah telah tiba, dan kini aku telah tiba dirumah, tepatnya di ruang tv. Handphone-ku bergetar, ternyata ada SMS dari nomor yang tidak aku kenal.
' Hey, Nindy. Tadi gue cariin, tapi tadi lo udah pulang. Bisa kan besok temenin gue ke bazar buku? '

[tbc]

Cinta dan NathanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang