Morazoe 3

425 11 0
                                    

***

Pagi cerah menjelang. Hari senin merupakan hari tersakral di Indonesia. Hari dimana banyak pelajar malas bangun pagi, malas melakukan kegiatan yang padat merayap seperti jalanan ibu kota setiap paginya, malas mengerjakan tugas yang selalu ada disetiap hari senin. Namun tidak untuk pekerja seperti Mora.

Hari senin seperti ini merupakan hari tersialnya, ia akan mamasukan hari senin kedaftar hari yang paling dibencinya. Jika tidak karna terpaksa, ia tidak akan mau kembali kekantor itu, walau ia tau Zoe tak melakukan apapun dengannya, kecuali saat ia mencium dan membuka pakaiannya dengan lancang. Ia tetap saja malas melihat bos hypersexnya itu, ia pasti akan melihat adegan dan peristiwa yang sama seperti dulu, kerika ia melihat Zoe melakukan -itu-.

Hal sial yang lainnya ia pasti akan malu sekali setiap ia berhadapan dengan Zoe, namun entah mengapa pria itu seakan selalu mengikutinya kemanapun ia berada. Rasanya seperti telanjang ketika Zoe melihatku batin Mora. Atau memang tatapan Zoe selalu menelanjangi Mora.

Walau begitu, gadis jutek seperti Mora selalu memasang tampang cuek-tak pedulinya- meskipun jauh dilubuk hatinya ia sangat malu jika berhadapan dengan Zoe. Mau bagaimanapun ia tetap seorang wanita, yang menyimpan rasa malu jika berhadapan dengan pria pertamanya seperti Zoe.

Ketika Mora berjalan menuju halte bus, tempat ia biasa menunggu jemputannya datang, jemputan yang ditumpangi banyak orang. Apalagi kalau bukan bus umum, tapi tiba-tiba pajero hitam yang berkilauan layaknya kuda hitam yang gagah berani seperti dinegeri dongeng berhenti tepat didepannya.

Dibalik kaca muncullah wajah Zoe yang tampan penuh kilauan tapi malah terlihat buram dan tak sedap dipandang dimata Mora. Kenapa dia datang menjemputku?
Ia menatap Mora. "masuk" perintahnya.

Mora merunduk sedikit agar dapat melihat Zoe didalam mobilnya, "lebih baik aku naik bus saja, dari pada harus datang kekantor bersamamu" ia menjauh dari jendela.

Pria dengan setelan jas lengkap itu keluar dari mobilnya, mencuri perhatian dari banyak mata wanita dihalte itu. Zoe memang terlihat sangat tampan hari ini, kemeja biru dengan jas dan celana berwarna navy, ditambah dasi silvernya yang berkilauan.

Tatapan Mora mengikuti langkah Zoe yang mendekatinya, sial, aku lupa dia tidak pantang menyerah batin Mora menyesal.

Ketika Zoe berdiri dihadapannya, ia bisa mencium bau parfum yang dulu pernah ia rasakan, entah mengapa diam-diam ia menikmati harum ini. "kau ingin masuk sendiri atau aku yang harus menggendongmu?" ia memandang Mora dengan tatapan menantang.

Gadis itu mengalihkan pandangannya, lagi-lagi ia menyesal telah terpesona dengan pria ini. "aku tidak peduli" ucapnya acuh.
Mora menggerutu dalam hati, mengapa disaat-saat seperti ini bus yang akan mengangkutnya tidak segera datang, seharusnya bus itu datang dan Mora masuk kedalamnya, lalu Zoe mengejarnya, layaknya dalam sinetron-sinetron yang sering ditontonnya. Sudahlah Mora, apa yang kau pikirkan. gadis itu menggelengkan kepalanya beberapa kali. Berusaha mengenyahkan khayalan gilanya.

Tanpa ia sadari Zoe semakin dekat dengannya, "atau kau mau kucium sembari kurengkuh dalam gendonganku, lalu membawamu masuk kedalam mobil, dan kita bercinta disana" Mora menatap Zoe tak percaya, khayalannya sangat tidak kontras dengan khayalan Mora. Terlalu extream.

Tanpa ba-bi-bu lagi, Mora masuk kedalam mobil dengan ogah-ogahan. Sementara Zoe tersenyum puas karna ancamannya berhasil membuat Mora menurut dengannya.

Zoe membawa Mora menembus keramaian pagi ibu kota yang padat merayap. Dalam diam, Mora memandang keluar jendela, sedangkan Zoe terlalu konsetrasi menyetir.

Sementara itu, Mora berdoa agar dia baik-baik saja selama berada didekat Zoe. Semoga pria agresif itu tidak melakukan apapun dengannya. Semoga.

"sudah sampai, apa yang kau tunggu?" Mora tersadar dari lamunannya, ia turun dari mobil Zoe, setelah pria itu bersedia untuk membukakan pintu untuknya. Sok manis batinnya.

MorazoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang