Morazoe 4

438 7 0
                                    

***

Sudah seminggu ini Mora dan Zoe meninggali apartement yang sama. Setelah kejadian kemarin, secara tidak langsung saat Zoe memperkenalkan Mora dihadapan keluarganya. Hubungan mereka semakin dekat.

Dimana ada Mora selalu ada Zoe disampingnya, seakan tak membiarkan gadisnya itu sendirian. Zoe selalu mengikuti kemana Mora mau. Mereka kekantor bersama-sama, makan siang bersama, hingga pulangpun mereka tetap bersama. Sampai banyak karyawan yang mempertanyakan hubungan Zoe dan Mora, sekertaris barunya.

Karna kedekatan mereka. Tamara, sahabat Mora tak bisa mendekati Mora karna sudah pasti ada Zoe disampingnya. Walau wanita itu begitu penasaran apa yang membuatnya kembali keperusahaan milik Zoe, dan menggatikan posisi Laura menjadi sekertaris Zoe, hingga kini ia sangat dekat dengan Zoe.

Laura dan Mora seperti bertukar posisi, Laura menjadi karyawan dan kini berteman baik dengan Tarama, sementara Mora menempati tempat Laura dan sangat dekat dengan Zoe. Walau awalnya wanita itu kesal dengan gadis lugu seperti Mora, pada akhirnya ia mengerti. Semua ini kehendak Zoe Patrick, bukan Mora.

Berbeda lagi ketika mereka berada dalam satu apartement. Memang Zoe Patrick seorang hypersex yang tak beradap. Urat malunya seakan terputus saat ia belum mengenal Mora. Entah apa yang gadis itu lakukan hingga hanya dirinyalah yang mampu membuat Zoe penasaran, bagaimana berada didalam Mora nantinya.

Mereka memang selalu bercumbu, setiap saat, setiap detik, dan juga setiap ada kesempatan Zoe tak akan menyia-nyiakan untuk tidak mencumbu gadis pujaannya itu. Walau begitu cumbuhan mereka hanya sebatas ciuman saja, Zoe tak ingin melakukan itu dengan paksaan. Ia siap menunggu Mora sendiri yang memintanya. Terkecuali saat ia menjadikan Mora satu-satunya wanita dalam hidupnya kelak. Menjadi satu-satunya ibu untuk anak-anaknya.

Sementara Mora sendiri tak bisa menolak setiap cumbuan Zoe, sentuhan lembut dan sensualnya membuat Mora merasa nyaman sekaligus mengingan lebih. Mau bagaimanapun ia tetap seorang gadis yang ingin dipuja. Dan Zoe datang untuk melakukan itu semua. Mora memang tak menolaknya, hanya saja ia masih memberikan batasan untuk Zoe. Batasan untuk tidak merenggut mahkota terindahnya sebelum waktunya nanti.

Dua sejoli itu menikmati kehidupan yang hadir saat ini, tanpa mereka sadari sesuatu tumbuh dalam hati masing-masing. Hati beku milik Zoe yang mulai mencair, dan hati hampa milik Mora yang mulai berwarna.

Mora menggeliat diatas kasur yang besar dengan rengkuhan lengan besar diatas tubuhnya, Mora dan Zoe memang tidur sekamar. Namun tak jarang gadis itu memberikan jarak untuk Zoe, sedangkan Zoe sendiri lebih suka menggoda gadisnya dan membuatnya sangat jengkel dengannya. Walau begitu Mora percaya, Zoe tak akan melakukannya dengan paksaan.

Ia menatap secercah cahaya yang masuk lewat sela-sela dinding dengan tirai putih nan bersih. Ia mengangkat lengan Zoe dan menggantikan tubuhnya dengan guling. Pria itu menggeliat namun tak kunjung membuka matanya.

Mora bergegas turun untuk menyiapkan sarapan, kegiatan barunya disetiap pagi. Selama ada Mora diapartement Zoe, selalu bersih dan lebih rapi dari sebelumnya, gadis itu tak bisa melihat apartement Zoe yang berantakan, tak terurus.

Ia membuka lemari es yang besar namun tak ada sedikitpun bahan makanan yang tersisa, sepertinya aku harus belanja hari ini ucapnya. Ia menyiapkan dua gelas dengan susu dan gula didalamnya. Menu hari ini hanya sereal dan segelas susu. Karna tak ada bahan makanan yang bisa dimasak hari ini. Heran, cowok kekaya Zoe begitu malas untuk menyuruh pelayannya membeli bahan makanan.

Saat Mora tengah sibuk mengaduk susu, ia merasakan sebuah lengan besar melingkar erat dipinggangnya. "Good morning Princess" suara serak khas orang bangun tidur terdengar sexy ditelinga Mora. Zoe mengecup lembut pipi Mora yang mengalirkan sengatan listrik hingga keujung kakinya. selalu seperti ini, apa yang terjadi denganku?

MorazoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang