Morazoe 5

415 4 0
                                    

BURUK!
Ga tau kenapa tiba tiba ditengah cerita ganti pakai sudut pandang orang pertama:(

Tapi ya sudahlah dicoba saja. Walaupun jadi ga karu-karuan hahahahaha...

Selamat membaca^^

***

“Mora, keruanganku sekarang!” ini sudah yang ketiga kalinya Mora pergi keruangan Zoe. Untuk yang pertama ia meminta Zoe untuk menanda tangani berkas penting.

Yang kedua ia tak melakukan apapun karna Zoe lah yang memintanya tanpa keterangan apapun, bahkan Zoe hanya memanggil untuk menciumnya seperti biasa.

Dan ini panggilan untuk yang ketiga kalinya. Mora mulai geram dengan tingkah Zoe akhir-akhir ini. Ia jadi tak terkontrol. Bahkan berkali-kali Zoe menciummya dengan kasar, tidak seperti biasanya. Ada apa dengannya?

Tanpa mengetuk Mora langsung masuk kedalam ruangan Zoe, dan pria itu sama sekali tak bermasalah dengan tingah tidak sopan Mora. Ia menatap Zoe dengan tangan yang terlipat didadanya.

“baru beberapa menit yang lalu kau menyuruhku kemari Zoe” ujarnya. Zoe menatap sesaat Mora sembari membuang nafas kasar. Ia bangkit dan berjalan menuju tempat Mora berdiri.

Ketika Zoe berada dihadapan Mora, gadis itu bisa melihat guratan lelah dalam wajah Zoe. Apa ia sedang ada masalah? apa yang terjadi dengannya? Mora pikir tak ada masalah dengan pekerjaan, semuanya baik-baik saja.

Sesaat mereka saling memandang hingga akhirnya Zoe menarik Mora, membawanya semakin dekat dengannya, sedangkan ia bersandar dimeja kerjanya. Zoe mengelus lembut pipi Mora, membuat gadis itu semakin heran dengan Zoe. Mau tak mau, Mora khawatir dengan keadaan Zoe.
Tetapi gadis itu tetap diam hingga Zoe mencium keningnya lembut dan lama, membuat jantungnya berdegub dengan kencang lagi. Sudah berkali-kali Mora menangkis perasaannya pada Zoe, tapi semakin ditangkis semakin tegas terasa kalau Mora mulai jatuh cinta dengan Zoe.

“Zoe, ada apa?” tanyanya karna penasaran dengan sikap Zoe.

“Mora” ucapnya dengan suara serak. Seperti ada sesuatu yang ditahan oleh Zoe, entah apa itu. Ia menatap Mora, mencari kepastian yang tak kunjung Zoe temukan.

Sudah hampir seminggu lebih Zoe menunggu kesedian Mora untuk bercinta dengannya, dengan berbagai macam cara ia lakukan untuk menarik gairah Mora, namun gadis itu tetap kekeh. Ia tak mau melepaskan keperawanannya jika tidak pada suaminya. Ingin sekali Zoe menikahi Mora namun ia belum siap jika suatu saat gairah sexnya kembali muncul dan ia haus akan sex, lalu pada akhirnya ia berpaling dan menyakiti Mora.

Zoe merasa orang-orang sepertinya tidak akan mungkin terikat dengan sebuah pernikahan. Ia selalu merasa haus, selalu menginginkan hal yang berbeda dengan orang yang baru.

Ia khawatir jika ia mengikat satu wanita, ia akan menyakiti wanita itu. Terlebih lagi jika wanita itu tak mampu memuaskan Zoe.

Sudah hampir sebulan ini Zoe berkali-kali pergi kepsikolog hanya untuk berkonsultasi dengan gairah sexnya yang berlebihan. Awalnya membantu dan berhasil, tapi entah belakangan ini gairah itu muncul lagi, dan semakin tak mampu ia kendalikan.

“bercintalah denganku” pintahnya dengan nada memohon.
Mora terkejut dengan permintaan Zoe, ia ingin menolak namun tertahan dengan kalimat Zoe. “kumohon” wajahnya kembali memelas.

Sejujurnya Mora tak pernah melihat Zoe seperti ini, selama ia dekat dengan Zoe, lelaki itu baik-baik saja. Ia tak pernah mencoba melakukan apapun kecuali ciuman dan hanya sampai foreplay saja. Ia memang pernah menyanyakan kesediaan Mora tapi gadis itu tak kunjung menerimanya. Tak terlihat bermasalah.

Mora hanya diam tak menjawab, sementara Zoe sudah mulai melumat bibir Mora habis-habisan. Ia melumat lembut bibir atas dan bawah Mora secara bergantian, hingga ia menggigit gemas bibir ranum yang manis itu, membuat Mora menggeram tertahan, ia membuka dengan suka rela agar Zoe semakin bisa menjelajah seluruh rongga mulut Mora.

MorazoeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang