Setelah melewati 'kaget moment' karena membuka gallery Daffa, aku memilh untuk tidak ambil pusing dan segera tertidur. Foto gak menandakan perasaan seseorang kan? Adanya fotoku di gallery Daffa bisa saja hanya kebetulan.
-------------------------
Acara selanjutnya hanya free time sampai jam makan malam. Kami diberi kebebasan berkeliling area sekitar hotel. Untungnya, daerah sekitar hotel kami adalah daerah kuliner yang menyajikan banyak kuliner singapore yang wajib dicicipi.
Karena Sheryl yang tiba-tiba merasa kurang enak badan, terpaksa aku berjalan-jalan sendiri menikmati sore hari di Singapore. Udara yang sangat bersih membuatku sangat menginginkan Jakarta dapat mencontohnya.
Meskipun di sekitar sini banyak sekali jajanan tradisional khas singapore, aku tidak berniat mengunjungi nya untuk kali ini, mengingat Sheryl yang sedang sakit dan aku ingin menemaninya.
Jadi pilihanku hanya jatuh pada Seven Eleven kecil yang terletak di ujung jalan.
Setelah memilih-milih, akhirnya aku hanya membeli 2 sandwich dan 1 milk tea. Wow, untuk 1 milk tea aku harus membayar sejumlah 5 dollar atau sama dengan 50 ribu. Tak heran, karena Singapore termasuk negara maju, yang tentu per ekonomiannya beda dengan di Indonesia.
Ketika melangkah keluar, sekita hujan turun. Karena waktu masih menunjukkan pukul 4.30 , aku memutuskan untuk berteduh di depan sevel tersebut.
Aku mulai menghabiskan milk tea -dingin-ku ketika seseorang tiba-tiba datang dan membawakan kopi hangat.
"Manda, tau hujan kan? Dulu sih, kata guru TK gue, kalau lagi hujan, cuacanya tuh dingin. Jadi disaranin minum yang anget-anget. Mungkin ajaran guru Tk lo beda kali ya."
Daffa.
Kalau hati bisa berbicara, mungkin sekarang hatiku akan berkata "yahh".
Karena yang muncul, bukan Dika.
Tapi, siapa peduli kata hati kalau ternyata jalan pikiranmu akan mengantarkan mu pada sebuah fakta yang dapat dilihat jelas, bukan diraba melalui perasaan.
Ya, fakta bahwa Dika hanyalah sahabatku yang mulai dekat dengan sahabatku juga.
Dengan fakta itu, apakah aku akan mengikuti kata hati ku, bila itu tertuju untuk Dika?
Mungkin, jalan pikirku akan mencegahnya.
"Hehe. Kan gue ga kerja di BMKG daf, mana gue tau bakal ujan pas gue beli minuman ini"
"Wkwk apasih man. Nih, barusan gue beli didalem" Ujarnya sambil menyodorkan hot coffe padaku.
"Thanks ya. Btw kok gue ga nyadar ya lo tadi masuk kedalem. Apa jangan-jangan lo nembus lewat tembok samping ya!?" Aku hanya mencoba mencairkan suasana.
"Iyadong, gue kan sepupunya limbad" Jawab Daffa tak mau kalah.
"Wih. Mintain tanda tangannya dong, gue fans berat."
"Okesip, ntar tanda tangannya gue anter ke rumah lo ya, abis itu kita jalan, haha"
Entah serius atau tidak dengan perkatannya, Aku hanya tertawa sambil memukul bahunya. Awkward, hampir tidak pernah kualami selama bersama Daffa.
-------------------------
#DIKA
Gue sama Daffa memutuskan buat jalan-jalan sekitar hotel ini, gara-gara kita kepo sama jajanan singapore.
"Bro, ntar kalau makan lo harus jeli merhatiin label halal nya. Gue gamau ya, tiba-tiba makan babi rebus." Si Daffa mulai bawelnya.
"Iyalah pasti, emak gue juga udah berjuta2 kali ngingetin gue" Hehe, ini untungnya punya mama pramugari, pengalamannya banyak, saking banyaknya, sebelum pergi gue diceramahin panjang lebar soal makanan, tata tertib spore, dll.
KAMU SEDANG MEMBACA
Gotta Be You (SG)
Fiksi RemajaSingapore mengatahui segalanya. Singapore menyimpan banyak kisah. Singapore, awal semuanya. Untuk, Manda dan Dika, yang bersahabat. Pada awalnya.