Chapter 1

1.6K 44 3
                                    

Cowok itu gak bakal bisa lepas dari 'gaya', bagi para cowok gaya itu ibarat bumbu masakan yg menjadi kunci penikmat rasa suatu masakan. Nah, para cowok jaman sekarang gak mau kalah sama gaya para cewek. Mereka gak hanya bergaya dari segi tampilan, tapi juga dari segi kepopuleran.

Apalagi cowok setampan Delvan, anak band pula. Cewek mana yg gak bisa jauh darinya saat cowok itu lagi nyanyi sambil maen gitarnya. Bagai dapet voucher belanja gratis, bagi para cewek.

Delvan termasuk cowok cuek yg saat peduli sama orang, bisa bikin salah paham. Tapi bagi temen-temen akrabnya, Delvan itu baik. Suka bikin lelucon yg gak terkira. Tapi di sisi keuntungannya, Delvan memiliki kelemahan juga pastinya. Dia sulit punya chemistry sama cewek. Banyak cewek yg deket dan bahkan ngejar-ngejar tiap hari, tapi mereka gak bisa bikin luluh hati beku seorang Delvan Raldino.

***
Diruang studio dekat sekolah.
"Hey bro, what's up?" Sang vokalis, Tio, jelas sangat peka terhadap teman-teman bandnya. Dia pun tau ada yg terjadi pada sang gitarisnya.
"Nothing." Delvan sangat tak bersemangat ngeband hari ini.
"Ah lo, kayak gak hafal dia aja. Palingan masalah cewek." Kini Diego ikut berbicara. Dia adalah sang keybordis.
"Ohhh, cewek lagi. Lo kapan kelarnya sih, Van?" Bastian, Sang drummer pun tak kalah bawelnya ikut bicara.
"Tau ah, males bahansya." Delvan melepaskan gitarnya dan duduk dikarpet didalam ruangan studio.

"Gue bingung bro, gak ada cewek yg srek buat hati gue." Delvan terlihat menyedihkan. Padahal wajahnya tampan, tapi hatinya tak sebanding dengan wajahnya.
"Payah lo bro, liat tuh sih Diego. Ceweknya ada 4. Tiap weekend udah kayak meja direstoran aja, bisa dibooking." Tio mulai membuka kartu salah satu sahabatnya itu.
"Apa perlu gue bantuin bro?" Diego menawarkan bantuan, dia gak tega liat sahabatnya itu menyedihkan.
"Balik yuk, kita hangout dulu gitu dicafe." Bastian malah memberi ide yg luar biasa spesial. Hingga membuat sahabat-sahabatnya melemparinya dengan bantal yg ada disofa dalam studio.

Mereka berempat pun pergi hangout sesuai ide Bastian. Lumayan untuk menghilangkan penat Delvan.

***
Di sebuah cafe daerah Kemang. 4 sekawan itu baru sampai dan segera memesan makanan dan minuman.
"Pelayan" Teriak Tio pada salah seorang pelayan.
Pelayan itu datang menghampiri mereka "Mau pesan apa?"
"Soto tangkar sama jus belimbing 1 ya. Lo mau apa bro?" Tio menatap 3 sahabatnya.
"Gue sama." Kata Diego
"Gue juga." Bastian ikut menjawab.
"Kalo lo?" Tio menatap Delvan yg hanya diam saja."
"Terserah lo aja." Delvan sebenarnya tak nafsu makan, tapi demi menuruti ide Bastian alhasil dia ikut saja.
Pelayan itu mencatat pesanan mereka dan mengulangi untuk memastikan pesanan "Soto tangkar sama jus belimbing 4. Oke, ditunggu ya."
Lalu pelayan itu meninggalkan keempat sahabat itu dan pergi ke dapur.

Tak lama, pesanan mereka pun datang. Delvan memakan perlahan makanan dan minumannya. Tentu para sahabatnya pun tau, makanya mereka memaklumi tingkah Delvan.

"Abis ini langsung balik apa kemana dulu nih?" Diego bertanya disaat itu masih mengunyah makanannya.
"Lo kalo mau ngomong, jangan sambil makan." Bastian menasihati Diego dan dibalas dengan muka sinis dari cowok berponi miring itu.
"Langsung balik aja bro." Delvan membuka suaranya walau pelan.
"Siap mas bro." Tio memasang senyum meledeknya.

Seusai makan, mereka pulang ke rumah masing-masing. Hari itu mereka sedang serempak membawa motor saja bukan mobil saat ke studio. Jadi pulang pun sendiri-sendiri.

-Bersambung-

#Part1
*Ditunggu vote atau commentnya ya, ini cerita ke-4 ku tapi masih kurang PD..hehe, mohon bantuannya ya para pembaca

Si Playboy KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang