Chapter 10

589 16 1
                                    

Melati dan Yorine telah sampai di Purworejo, suasana yg mampu menyejukan mata sekaligus hati kini ada didepan mata mereka. Mereka menyewa sebuah kontrakan kecil di sebuah desa tak jauh dari kota.

Menenangkan hati, saat inilah waktu yg tepat. Melati tak ingin salah mengambil keputusan 'lagi'. Ya, Melati menyesal dulu dia menyarankan Yasmin agar ikut dengannya tinggal bersama bunda. Padahal Yasmin sangat dekat dengan ayahnya. Namun apalah daya, kondisi saat itu berbeda, tak dapat diperbaiki tapi dapat dijalankan.

"Capek banget ya, udah lama kita gak jalan jauh semenjak makin rame aja cafenya." Yorine merebahkan tubuhnya dikasur, tanpa memperdulikan bahwa sepatunya belum dilepas

"Capek sih emang, tapi sepatunya lepas dulu kali, Rin."

"Hehe, ya maklum lah Mel, gue kan capek banget." Sepatunya dilepas dengan malas

Saking capeknya, mereka tertidur hingga 2 jam. Ketika bangun, terdengar suara aneh.

"Hoammm"

"...???!!"

"Suara apa tuh?" Yorine mencoba mencari asal suara itu

"Hehe, ini." Melati menunjuk ke arah perutnya yg sangat lapar

"Ah lo, gue kira suara darimana. Sama sih, gue juga laper nih. Cari makan dimana ya?"

"Dialun-alun aja."

"Jauh Mel, lagian udah lewat dari sore loh ini."

"Pilih laper gak bisa tidur, apa kaki pegel tapi perut kenyang?"

"Ya..lo tau lah pasti jawaban gue. Gak usah nanya gitu juga sih." Muka jelek Yorine tak menghalangi paras cantik diwajahnya

Mereka pergi ke alun-alun kota Purworejo, mencari kuliner hemat tapi mengenyangkan perut.

***

Di lain tempat, Delvan seharian mencari keberadaan Melati. Dari rumahnya hingga ke cafe, tak ada sosok yg dia cari. Yasmin pun juga tak tau kemana adik kembarnya itu pergi.

Delvan sampai ingin pergi ke paranormal untuk mencari tau keberadaan Melati yg pergi dengan membawa jawaban atas pertanyaannya.

"Arghh, shit!!" Sungguh keadaan Delvan 2 hari ini seperti anak yg tak diurus orangtuanya. Kini gaya hidupnya berbalik arah. Yg biasanya Delvan suka kerapihan, sekarang dia lebih suka berantakan

"Lo gak boleh nyerah bro, harus terus cari." Tio ataupun kawan-kawan lainnya selalu bergantian menemani Delvan, untuk saat ini Delvan sangat membutuhkan penyemangat hidup agar dia tak bunuh diri

"Gue udah gak tau lagi harus cari dia kemana, hpnya ga aktif dan gak ada yg tau dia pergi kemana."

Ditengah obrolan mereka, Tio menyarankan Delvab untuk pergi ke Purworejo, tempat kelahiran Tio. Itung-itung mereka juga bisa berlibur dari padatnya suasana kota.

Delvan yg saat itu sedang frustasi, akhirnya hanya menuruti saran Tio. Mereka tinggal dirumah orantua Tio yg hanya dihuni oleh pembantu, tukang kebun dan pengurus ternak.

Ayahnya Tio memiliki peternakan sapi yg sangat terkenal hingga ke luar kota, sedangkan ibunya Tio memiliki bisnis properti hingga ke luar negeri.

"Luas banget ya rumah lo, eh tanah lo maksud gue." Delvan sedikit menghibur dirinya sendiri

"Nah gitu dong semangat ngobrolnya, jangan galau mulu."

"Udah ah, lo malah jatohin gue."

"Haha, iya iya sorry, masuk yuk ah pegel nih pengen tidur."

"Dasar pelor lo, haha." Mereka bercanda saling menghibur tanpa menyinggung, 2 kawan mereka belum dikasih tau soal keberadaan mereka

***

Si Playboy KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang