Chapter 7

415 11 0
                                    

Yasmin memang terobsesi untuk memiliki Delvan seutuhnya, bukan lagi sebagai teman melainkan sebagai pacar.

"Eh Mel, kalo Delvan bbm nanyain lo pulang jam berapa. Bilang aja gak tau gitu, atau alesan aja lo lembur."

Di lain tempat, Melati sedang mengantarkan pesanan untuk meja no 14.

"Silahkan menikmati." Senyum ramah Melati berkembang dibibirnya

Suara khas bbm berbunyi, Melati meraih ponselnya dari saku celemek. Dia membaca isi bbm dari Yasmin, tak lama kemudian bbm dari Delvan masuk dan dibaca juga oleh Melati.

"Apa yg harus aku lakuin? Jujur aku bingung."

Melati ingin sekali berteman dengan Delvan, menurutnya Delvan orang yg baik dan jujur. Tapi disisi lain dia harus mendengarkan Yasmin, bagaimana pun juga Yasmin adiknya. Tak mungkin dia mengkhianati atau bahkan melanggar permintaan kasar adik kembarnya.

***
"Ngapain bro? Dari tadi cek ponsel terus." Tio baru saja menyalakan rokoknya

"Gak apa-apa kok bro." Gelisah dalam diri Delvan sangat terlihat

"Lo kayak abg jatuh cinta aja, gelisah gitu sih."

"Hey, kenapa bro?" Diego ikut berbincang dengan Delvan dan Tio

"Lo berdua pada kepo banget sih."

"Eh ngomong-ngomong mana si Bastian?"

"Eh iya, itu anak gak keliatan ya hari ini." Delvan, Tio dan Diego baru sadar, Bastian tak ada di dekat mereka

"Coba gue bbm deh."

"Lo dari tadi gelisah mikirin Bastian? Haha." Tio tertawa puas dan sontak membuat satu alis Delvan terangkat

"Wah lo, gak banget deh jadi sahabat. Masa gitu ledekinnya."

"Emang lo gelisah kenapa, Van?" Diego yg belum tau isi topik saat itu, memasang wajah penasaran layaknya seorang suami yg menunggu hasil proses kelahiran anak pertamanya

"Kepo lo berdua deh, asli." Delvan sudan bosan mendengar pertanyaan dari kedua sahabatnya itu, akhirnya Delvan bangkit dari tempat duduknya dan melangkah ke parkiran

Delvan membolos hari ini, demi menemui Melati. Entah sejak kapan dia mulai tertarik padanya. Benar saja, Delvan kini sengaja duduk sebagai pelanggan dicafe tempat Melati bekerja. Dia memperhatikan wanita yg sedang sibuk mencatat pesanan di meja no. 06. Tapi yg diperhatikan pun tak sadar.

Delvan memakai kupluk jaketnya, dia sengaja agar Melati tak menyadari kehadirannya.

"Selamat datang, mau pesan apa?" Sambil meletakkan buku menu, tangan Melati sudah siaga untuk menulis

"Pesan nasi ijo sama es air gelap." Delvan menyamarkan suaranya

"Oke, silahkan tunggu ya." Melati segera ke dapur

Tak lama pesanan Delvan pun datang, Melati meletakkan piring dam gelas dengan hati-hati. Saat dia akan pergi, Delvan menahan tangannya.

"Sebentar Mel." Melati jelas bingung, karena orang tersebut dari tadi tak memandangnya. Dia terus menunduk

"Maaf, anda darimana tau nama saya? Karena dari tadi yg saya lihat, anda menunduk."

Delvan membuka kupluk jaketnya dan benar saja, Melati terkejut. Dia tak menyangka bila Delvan lah yg memesan barusan.

"Ngapain lo ke sini?" Sambil melepaskan tangannya yg masih digenggam Delvan

"Kenapa bbm gue gak dibales?"

"Ditanya malah tanya balik, lepas ih."

"Gak mau, jawab dulu."

Melati terus mencoba melepaskan genggaman Delvan, hingga dia mengeluarkan suara rintihan, barulah Delvan melonggarkan genggamannya.
Melati pergi dan dikejar Delvan.

"Maaf..anda tak boleh masuk ke sini. Ini khusus karyawan." Salah seorang staf dapur melarang Delvan masuk, tapi dia kekeh hingga mendorongnya ke tembok

Sang korban pun tak terima, dia menarik jaket Delvan dan meninju wajah tampan lelaki itu. Mereka beradu tinju dan menguras isi tenaga, perkelahian itu baru berakhir saat Melati sadar siapa yg sedang membuat keributan.

Dia menarik lengan Delvan, berhasil tapi membuat tubuhnya terlempar beberapa jengkal dari Delvan. Lelaki itu mengulurkan tangannya yg masih ada darah segar mengalir disela jari-jarinya. Melati berdiri dan memarahi Delvan.

"Lo ngapain sih berantem segala?"

"Itu karena cowok itu gak bolehin gue masuk ke dapur."

"Emang gak boleh, itu khusus karyawan."

"Tapi gue mau ngomong sama lo, siapa suruh lo main pergi aja."

Bos Melati menegurnya saat dia dan Delvan sedang berbicara.

"Mel, ada apa? Ini siapa?"

"Gak ada apa-apa pak, ini temen saya."

"Kalo lagi ada urusan, selesaikan dulu aja. Kamu kan udah jadi karyawan terpercaya saya, saya kasih ijin hari ini kamu kerja setengah hari."

"Makasih pak, saya ijin bawa Melatinya dulu ya." Malah Delvan yg menjawab ucapan bos Melati

Delvan menarik tangan Melati dan membawanya ke tempat dia memparkirkan motor. Dia mengajak Melati ke sebuah mall terkenal di Jakarta. Melati hanya menurut saja, menurutnya itu lebih tak menguras tenaga.

Melati diajak ke sebuah arena bermain, Amazon. Delvan mengajaknya bermain basket tapi Melati setengah hati melakukannya. Hingga tiba di permainan mengambil boneka di sebuah kotak kaca.

Ada sepasang boneka yg menarik hati Delvan, lantas dia mencoba mengambilnya dan dia berhasil. Sepasang boneka berhasil dia ambil, hijau dan kuning. Yg hijau dia berikan pada Melati, sedangkan yg kuning untuk dirinya.

"Makasih." Hanya itu ucapan Melati

"Sama-sama. Abis ini lo mau kemana lagi?"

"Terserah lo aja, kan lo yg ngajak gue. Atau lebih tepatnya nyulik gue."

"Oke kalo dibilangnya nyulik." Delvan menarik lagi tangan Melati, dia akan membawa wanita itu ke sebuah tempat yg dulu sering didatangi dirinya dan keluarganya

"Ini dimana?" Melati melihat ke sekeliling

"Ini taman deket vila keluarga gue."

"Ngapain kita kesini?" Delvan tak menjawab, justru malah menarik lagi tangan Melati ke arah tempat lain. Sebuah lapangan basket yg didekatnya ada rumah pohon berukuran besar, dengan jembatan tali dan tangga yg terbuat dari kayu

"Indah banget."

"Lo suka?"

"Iya."

"Yuk masuk dulu ke rumah pohonnya." Melati mengangguk dan masih menatap sekitarnya dengan kagum

Tak lama mereka didalam rumah pohon, hujan turun dengan derasnya. Melengkapi suasana kebersamaan diantara Delvan dan Melati.

"Yah, hujan. Pulang yuk."

"Udah tau hujan, malah minta pulang. Enakan juga neduh disini Mel, hangat."

"Tapi gue takut bunda nyariin."

"Ya tlp atau sms aja sih, gampang."

"Iya sih." Melati mencoba menghubungi bundanya tapi tak bisa, alhasil dia sms bundanya."

Agak tenang hati Melati kini, hujan masih deras. Jam juga sudah melewati batas sore dan menuju malam. Setelah akhirnya hujan berhenti, Delvan mengantarkan Melati pulang.

#Part7
*Maaf ya kalo gak nyambung isinya, lagi ilang idenya

Si Playboy KampusTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang