Masih belum mengerti

15.6K 926 61
                                    

Aileen

Saat aku memutuskan untuk menerima pinangan Mas Roy sama halnya aku telah siap untuk menjadi istri yang baik untuk dirinya. Menyadari bahwa orang yang dicintai sedang asyik berselingkuh dengan perempuan lain tentu saja bukanlah hal yang mudah. Aku juga merasakan luka dan sakit yang berkepanjangan. Kecewa, sedih dan marah karena dikhianati semuanya bercampur aduk membuatku begitu terpukul. Aku bahkan melewati masa-masa sulit seakan tidak bisa menerima kenyataan mengingat untuk menikah dengannya tidak segampang pasangan pada umumnya aku berusaha menampik segala cemohan dan tanggapan negatif orang lain tentang kami. Namun pada akhirnya aku berusaha sekuat mungkin untuk menerima takdir ini aku mencoba sekeras mungkin untuk tidak terbawa emosi. Aku hanya tidak ingin terlalu tenggelam dalam kesedihan dan kekecewaan yang tidak ada gunanya secara berlarut-larut apalagi mencoba untuk lari dari kenyataan ini.

Aku berusaha menanamkan sebuah prinsip dalam diriku bahwa tidak akan ada hubungan yang sempurna. Aku tahu meskipun tingkahnya tidak jauh beda dengan pria hidung belang lainnya namun sebagai istri aku tetap ingin menghormatinya. Aku tidak ingin melakukan hal bodoh dengan membalas tingkahnya dengan hal yang serupa. Awalnya memang sangat sukar untuk melewati semua ini namun siapa lagi yang dapat membebsakan diriku dari maslah ini kalau bukan diriku sendiri. Hingga lambat laun aku mengikuti gaya hidupnya.

Hari ini Mas Roy telah pulang ke rumah sebagai seorang istri tentu saja aku harus berperan sebaik mungkin di depannya. Pura-pura tertawa bahagia menyambut kedatangannya seakan tidak mengetahui apa saja yang di perbuat di luar sana. Seperti biasa saat dia tiba dia akan langsung memelukku memperlakukan diriku seakan hanya akulah seorang yang bersinggasana dalam hatinya. Perempuan manapun akan terbuai bila mendengar kata-kata manis yang terucap dari bibirnya. Dengan memasang senyum terbaikku aku membalas pelukannya menemaninya menuju kamar menyiapkan segala keperluannya agar bisa mengistirahatkan badannya yang baru menempuh perjalanan jauh.

Layaknya suami istri yang sedang melepas rindu aku dan Mas Roy sedang bercengkrama di ruang keluarga. Aku hanya mengangguk terkadang tersenyum saat Mas Roy begitu heboh saat menceritakan kelakuan konyol rekan kerjanya. Seperti biasanya obrolan ini pasti akan berlanjut dengan kami saling bercumbu atau lebih tepatnya Mas Roy mencumbuku ya aku memang menikmatinya namun rasanya tidak seperti dulu saat aku belum mengetahui sikapnya meskipun dia masih berlaku manis padaku. Aku sungguh terkejut saat Mas Roy melepaskan pagutannya dan menyapa seseorang. Merasa penasaran aku melirik sebentar kemudian kembali mengalihkan pandanganku saat mengetahui kalau orang itu adalah Diva. Aku hanya mendengar obrolan mereka tanpa ikut nimbrung aku sama sekali tidak melihat Diva, aku pura-pura fokus seakan-akan meja di depanku lebih menarik di banding melihat Diva. Aku tidak sanggup untuk melihat wajahnya, rasanya sangat canggung dia harus melihat kami berdua. Aku semakin malu saat mendengar gurauan Mas Roy yang menurutku tidak perlu di katakan pada dia. Dan entah kenapa ada rasa khawatir berharap dia tidak melihat kami bercumbu yang sebenarnya wajar saja apalagi kami pasangan suami istri. Tapi aku tidak rela bila Diva yang menyaksikan tontonan ini. Setelah berbasa-basi sejenak Diva akhirnya memutuskan meninggalkan kami berdua. Saat menuju tangga aku memperhatikan dia yang masih menjnjing sepatunya tanpa sadar aku tersenyum melihat tingkah konyolnya. Kepulangan Diva cukup membantu, akhirnya aku punya alasan untuk tidak melanjutkan kemesraan yang semu ini dengan Mas Roy.

Sudah hal wajib aku harus menemani Mas Roy yang ingin melanjutkan istirahatnya karena merasa lelah, setelah memastikan dia sudah tidur aku segera meninggalkannya. Aku melangkahkan kakiku menuju ke dapur berencana ingin melanjutkan acara masakku yang harus tertunda karena kedatangan Mas Roy apalagi Mbo Nah tidak sempat memasak.  Aku memang sangat suka memasak namun sejak menikah dengan Mas Roy kegiatan masakku mulai berkurang apalagi sudah ada Mbo Nah yang mengurusi masalah dapur. Kebetulan Mbo Nah meminta izin untuk pulang kampung karena baru saja mendapat kabar kalau saudaranya baru saja menghenbuskan nafas terkhirnya. Meskipun Cuma Mbo Nah seorang yang menjadi pembantu kami tentu saja aku tidak tega bila tidak membiarkan dia pulang berkumpul dengan keluarganya yang sedang berduka. Aku mengiyakan saja waktu Mbo Nah meminta cuti selama delapan hari karena ingin menghadiri acara tujuh harinya saudaranya. Lagipula aku tidak mempunyai kesibukan yang berarti jadi masalah urusan rumah aku pikir tidak masalah lagipula aku pandai memasak.

"Ngapain...!!!" bentakku saat melihat Diva yang sebenarnya sudah dari tadi kuperhatikan sedang grasak-grusuk di dapur

"Mau masak ini Tan eh kak.." dia menyodorkan sebungkus mie instan yang sepertinya tinggal di rebus saja apalgi pembungkusnya telah dia robek

"Mie..??" ucapku menyilangkan tangan di dada gestur yang memperlihatkan ke aroganan

"Ii..iiyya kak,aku lapar kak terus tidak ada makanan" jawabnya terbata-bata, sepertinya keberaniannya menciut mendengar suara yang ditambah dengan gesturku ini padahal aku Cuma ingin menggodanya

"Kenapa tidak memasak kan ada bahan di kulkas!!" rutukku. Jengkel juga melihat dia,segitu laparnya kah dia sampai tidak sempat mengolah bahan makanan yang sengaja di siapka Mbo Nah di kulkas

"Aku tidak tahu masak..maaf" ujarny sambil menunduk. Dengan anggun aku berusaha menyembunyikan senyumku mendengar jawabannya yang begitu polos. Merasa tidak tega melihatnya yang sepertinya sangat lapar aku berniat membuatkannya makanan tapi tentu saja niat itu tidak aku tunjukkan di depannya

"Minggir!!!"aku segera menggeser posisinya merebut dengan paksa mie yang masih berada dalam genggamannya kemudian membuangnya di tempat sampah.Melihat tingkahku yang cukup tidak sopan aku sadar dia pasti merasa jengah dan sangat marah terlihat dari raut wajahnya dan tangannya yang mengepal erat membuktikan kalau sebenarnya dia berusaha keras untuk menahan emosinya. Mungkin tidak tahan dengan sikapku yang semena-mena dia segera meningglkanku tanpa sepatah kata pun. Aku mengikutinya dengan pandanganku melihat langkahnya yang sangat gontai bahkan terkesan lemah. Bukannya aku bermaksud ingin membiarkannya kelaparan tapi aku tidak suka kalau dia harus konsumsi mie instan yang jelas- jelas sudah jadi rahasia umum merupakan salah satu makanan yang tidak sehat. Kalian tahukan kalau kebanyakan komposisi dari mie instan bila di konsumsi terlalu sering akan menimbulkan efek yang tidak baik bagi tubuh.

Setelah hampir satu jam berkutak di dapur akhirnya aku bisa juga menyelesaikan masakanku yang meskipun hanya menu sederhana. Dengan tergesa-gesa aku segera menuju kamar Diva untuk mengantarkan makanan untuknya. Tidak perlu salah paham aku hanya tidak ingin terjadi apa-apa pada anak itu yang ada nanti urusan kedepannya akan berabe apalgi secara tidak langsung orang tua mereka menyerahkan Diva sebagai tanggung jawab kami selama dia masih menetap di rumah ini. Sampai di depan pintu kamarnya, untuk sementara aku meletakkan gelas yang berisi air minum itu di lantai, tidak mundkin juga aku mengetok pintunya dengan tanganku yang penuh bawaanya. Saat aku mendengar derap langkah dari kdalam kamar aku seger amengambil gelas itu kembali menunggunya membuka pintu. Rasa bersalah tiba-tiba menyerangku melihat dia yang saat ini berdiri di depanku tanpa tenaga dengan wajah yang mulai memucat.

"Ini!!!" dengan ketus aku segera menyodorkan sepiring makanan beserta segelas air putih dan segera berlalu.

Sementara Mas Roy kembali menenggalamkan dirinya dalam dunianya sendiri aku memutuskan untuk mengunjungi taman bunga yang berada di belakang rumah. Taman bunga ini merupakan permintaanku pada Mas Roy karena aku memang sangat suka dengan bunga. Taman ini telah aku tanami dengan berbagai macam bunga yang aku rawat sendiri. Di taman ini aku biasanya akan meluapkan segala kelu kesahku yang terlalu lelah dengan lakon yang kujalani. Menyaksikan berbagai macam bunga dengan warna masing-masing mampu menghadirkan ketenangan dan kedamaian dalam jiwaku. Biasanya aku akan mengunjungi taman ini bila aku lagi kalut dan mumet namun hari ini sangat berbeda. Kali ini  aku sengaja  mengunjungi taman ini berharap aroma wangi bunga mampu menenangkan degup jantungku yang entah sejak kapan akan berirama tidak teratur bila dekat dengannya. Aku masih belum mengerti, hamparan bunga bermekaran yang menyerbakkan aroma wanginya dulunya mampu menciptakan ketenangan namun kali in sama sekali tidak berhasil. Nama itu selalu terngiang dalam indra pendengarku, wangi aroma tubuhnya mampu menutupi wangi semerbak bunga yang seharusnya sudah di hapal mati oleh indra penciumku. Aku harusnya tersenyum melihat kupu-kupu yang berusaha menikmat sari bunga kenapa sekarang justru bayangnya tega menghalau itu semua. Justru sekarang tingkahnya yang konyol berhasil menciptakan senyum dan rasa bahagia yang telah lama memudar. Aku masih bingung kenapa yang punya wangi, bayang, dan nama itu Diva..???


Perempuan simpanan (GirlxGirl)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang